Hi, Ly!

Regina Mega P
Chapter #13

Shy

William pulang ke rumah dengan balutan luka di tangannya. Tepat saat kakinya sampai di halaman rumah, rasa ragu mulai menyapa. Alasan apa lagi yang harus di utarakannya saat mami bertanya tentang luka di tangannya? Otaknya bahkan tak mampu lagi berpikir saat ini.

“Kak.”

Saat dirinya merasa belum siap untuk masuk ke dalam, adiknya yang saat itu sedang bermain di halaman, menghampiri dan meminta William untuk menggendongnya. 

“Rose, main sama siapa hari ini?”

“Main sama Anggrek. Lho…” kedua matanya mulai memerhatikan kain kasa yang membalut tangan kakaknya. “Tangan kakak kenapa? Kok, luka?”

“Nggak apa-apa, kok! Kena…” belum sempat menjelaskan, Rose langsung berteriak memanggil maminya.

“MAMI, TANGAN KAK WILL LUKA!” 

William langsung membekap mulut Rose dengan tangannya. Sementara gadis itu berusaha menghindar. “Rose, kenapa panggil mami, sih?”

“Kan, tangan kakak luka! Kata mami kalau kakak terluka harus kasih tau mami.”

“Ya, tapi kakak nggak kenapa-napa. Nanti mami khawatir!”

“Kenapa, Rose? Will?” Mami. “Oh, God! Tangan kamu kenapa, Will?” 

William berusaha menurukan Rose saat maminya menghampiri dan langsung memeriksa tangannya. Wajahnya yang khawatir membuat Will merasa bersalah.

“It’s okay! Tadi aku bantuin teman yang bersih-bersih kelas, terus ada pecahan kaca dan aku jatuh, pecahan kacanya nggak sengaja kepegang,” alasan itu meluncur begitu saja keluar dari mulutnya.

“Kamu nggak bohong, kan?”

“Enggak, kok Mam. Mau tanya teman-teman di sekolah juga, biar Mami percaya?”

Mami menatap wajah William yang berusaha terlihat baik-baik saja. Meski rasa khawatir tak mampu disembunyikannya, namun dia berusaha memercayai penjelasan William. 

“Lain kali hati-hati, dong sayang. Mau cek ke Rumah Sakit? Takut lukanya infeksi. Tadi diobatinnya udah benar belum?”

“Nggak usah. Tadi udah diobatin sama petugas UKS.” William menatap wajah mami yang terlihat khawatir. “Tapi kalau nanti kerasa sakit kita ke Rumah Sakit.”

Mendengar ucapan Will, hatinya berangsur lega. “Janji, ya! Kalau kenapa-napa kamu harus bilang.”

Lihat selengkapnya