Hi, Ly!

Regina Mega P
Chapter #17

Cafe and Cake

Aroma tanah basah pagi ini menguar terasa menyengat setelah diguyur hujan sejak dini hari. Hembusan udara sejuk membuat suasana semakin terasa segar. Di sebuah café dengan ornament estetik ala-ala vintage, tercium aroma roti yang baru saja di angkat dari oven, membuat perut yang semula tenang mulai bergemuruh lembut. 

Pagi-pagi sekali, William sudah berada di café membantu maminya menyiapkan segala sesuatu untuk opening store pukul 10.00 nanti.

“Will kalau lapar, kamu bisa ambil roti yang belum dibungkus untuk sarapanmu. O, ya tolong berikan beberapa untuk ayah sama adik kamu!” pekik Ibunya yang tengah sibuk menghias beberapa tart kecil yang akan dijualnya.

“Oke.” Will hanya menjawabnya dengan gumaman kecil, lalu mengambil beberapa roti yang ditunjukkan Ibunya tadi.

“Will, mami lupa bikin earl grey buat ayah sekalian buatkan, ya!”

Lagi-lagi lelaki itu hanya menjawabnya dengan gumaman kecil lalu pergi sambil membawa roti juga sebungkus teh celup yang ada di pantry. Dituangkannya air panas ke dalam mug lalu mencelupkan earl grey ke dalamnya dengan beberapa celupan. Kemudian Will menghidangkannya di meja kasir tempat ayahnya akan bekerja hari ini.

“Kakak, aku siap bekerja!” pekik seorang anak perempuan yang sangat lucu dari arah pintu.

“Wow! Cantiknya.”

William kemudian tersenyum melihat tingkah Adiknya yang begitu ceria. Berbeda dengan Ayahnya yang terlihat masih mengantuk. “Aku buatin earl grey buat ayah. Sama ini, roti... sarapan kita.”

Thank you!” Ayah mengambil mug teh kemudian menyesapnya. “Semoga hari ini cuacanya cerah!”

I hope so!”

William mengambil celemek berwarna hijau daun serta penutup yang sudah disiapkan mami sebagai seragam toko rotinya. Will menatap pantulan dirinya di depan cermin. Penampilannya terlihat mencolok dan lucu saat memakai seragam itu. Membuat rona merah di wajahnya timbul saat ayah mulai menertawakan dirinya. “Ayah juga mesti pakai, kan!”

“Iya, iya ayah juga pakai!”

“Lihat aku, lihat aku!” Suara Rose yang cempreng berhasil membuat perhatian semua orang terarah padanya. Baby doll dress yang dia pakai sekarang terhalang oleh celemek kebesaran dan penutup kepala yang dipakainya. Gadis itu berlenggak lenggok layakanya model sambil mengibaskan rambut ikal panjang perisis seperti maminya. Kulitnya yang putih bersih membuatnya terlihat sangat kontras cengan celemek hijau daun yang dia pakai. Rose bahkan terlihat seperti boneka Belanda.

You’re so beautiful like your mom, honey!”

Wajah Rose semakin cerah ketika William memujinya.

“Oh, iya mau bantu, kan? Tolong bersihkan meja yang ada disana, ya. Nih lapnya.”

“Oke! Aku akan membersihkan semua meja!” jawabnya antusias.

Tak lama seorang pengunjung perempuan berdiri di depan pintu toko. William sedikit terkejut karena masih terlalu pagi dan papan di pintupun masih bertuliskan closed. Ia lantas menghampiri pengunjung perempuan, lalu membuka pintunya. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang datang. “Layla!”

“Ah, kepagian ya?”

William hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari perempuan itu.

“Ya, ampun kamu lucu banget pakai seragam itu!” ucapnya, sambil tertawa geli.

Lagi-lagi wajah lelaki itu merona membuatnya terlihat semakin lucu. “Kepagian. Toko belum buka, Lay.”

“Aku sengaja datang pagi barangkali aku bisa ikut bantu-bantu.”

William mengernyitkan dahi. Apa maksudnya datang sepagi ini lalu menawarkan diri untuk membantu?

“Boleh, kan Will?”

Merasa tak enak hati, William lantas mengajaknya masuk ke dalam toko. “Masuk.” 

Ayah jelas memerhatikan keduanya sejak tadi, lantas mencurigai kalau anak laki-lakinya mulai tertarik dengan lawan jenis.

Melihat gerak-gerik ayah yang penasaran, William lantas mengenalkan Layla padanya. “Yah, ini Layla. Teman sekelas.”

“Hai, Layla. Nama yang bagus,” ujar ayah lantas mengajaknya bersalaman.

“Makasih, om!”

“Ajak sarapan, Will. Kamu sudah sarapan, Layla?”

“Sudah, om. Tadi saya sarapan dulu di rumah.”

Tak lama mami keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi roti untuk dipajang. Melihat mami kesulitan, Layla lantas berinisatif menghampiri dan membantu membawakan nampan.

“Biar saya bantu, tante!”

Mami yang terkejut kemudian menatap gadis itu heran. “Eh, kamu siapa?”

Layla tersenyum. “Saya teman sekelasnya William, tante. Sengaja datang kesini pagi-pagi untuk bantu barangkali ada yang bisa saya bantu.”

Mami lantas menatap William yang kikuk. Seolah tau apa yang direncanakan gadis itu, mami lantas membiarkannya membantu.

“Kebetulan sekali. Saya minta tolong boleh, ya?”

“Boleh banget, tante!” jawab Layla antusias.

“Tolong pajang ini di depan, ya! Will, bantu Layla pajang rotinya. O, iya jangan lupa pakai celemek, ya! Baju kamu bagus, sayang kalau kotor kena tray.”

Layla mengangguk, lantas memakai celemek yang diberi oleh mami. Gadis itu tampak manis mengenakan celemek hijau daun yang melapisi dress biru muda berlengan pendek. Rambutnya diikat ke atas saat memakai penutup kepala membuat leher jenjangnya terlihat indah.

William nyaris tak berkedip saat melihat penampilan Layla. Gadis itu memang terlihat sangat manis.

“Will, ayo!” ajak Layla membuyarkan pikirannya. “Aku mesti gimana, nih?” 

William lantas mengajari Layla menempatkan roti dan cake di rak pajang sesuai dengan nama dan gambar yang sudah di pajang. “Kalau kamu kesulitan menebak roti mana yang harus di pajang, kamu tanya saja,” jelas William.

“Oke!”

“O, ya yang lain kesini juga kan?” tanya William disela kegiatannya.

“Kaykanya, sih! Cuma aku nggak bisa mastiin Lily datang.”

William merasa lega saat mengetahui gadis itu tak akan datang. Dia takut mami dan ayahnya melakukan hal yang tak pernah dia duga sebelumnya. “Baguslah,” gumamnya.

“Eh, gimana?” William tak sadar gumamannya terlalu keras.

“Enggak, kok! Aku ambil tray lainnya, ya. Kamu tunggu disini saja.”

“Okay!” 

Layla tak pernah menyangka sambutan keluarga William akan sehangat ini padanya. Dia memang sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Layla akan datang sebelum yang lainnya datang, hanya agar bisa lebih dekat dengan lelaki yang disukainya.

“Ada Bagas diluar, Ly!” pekik Ibunya dari luar kamar Lily.

Lihat selengkapnya