Rayya yang membuka pintu. Wanita itu belum menyadari kehadiran Aksa. “Eh, Halo Kevin. Halo Joni. Ha … lo, Aksa?”
Senyum yang tadi merekah kini tergantikan oleh wajah yang terlihat terkejut.
“Halo juga Rayya,” ucap Joni dan Kevin bebarengan. Serentak mereka melihat ke arah Aksa yang mematung.
Rayya. Wanita itu. Tak banyak perubahan dari dirinya. Ia masih saja cantik. Wajahnya pun makin bersinar. Hanya saja, urat lelah terlihat di wajahnya. Apakah ia kelelahan? Apakah suaminya tidak memperhatikannya?. Bahkan, seandainya ia menjadi istriku, aku tak pernah membiarkannya lelah. Astaghfirullah, NO AKSA! Kenapa aku malah berpikiran seperti ini? Maafkan aku Ya Allah, batin Aksa bergejolak.
Kevin menyenggol pelan lengan Aksa.
“Eh, Ha … hai, Rayya.”
“Ya udah, silakan masuk dulu, yuk. Silakan duduk.” Rayya mempersilakan masuk. Namun wanita itu kemudian berjalan menuju ke arah dapur. Cara jalannya pun masih khas ibu yang baru melahirkan.
“Lo ngapain tadi malah bengong doang?” Kevin meminta penjelasan dari sikap Aksa setelah mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu.
“Kenangan tiba-tiba datang.” Aksa menunduk.
“Ah, persetan dengan itu. Selalu saja itu yang sering mengusik.” Joni terlihat emosi ketika kenangan demi kenangan mengukir pada ingatan Aksa.
Rayya datang dari dalam. Membawa empat gelas es jeruk beserta beberapa piring cemilan. “Kalian nggak ngabari dulu sih kalau mau kesini, jadinya aku nggak sempet buat yang lebih istimewa.”
“Memang cemilan yang lain buat tamu nggak ada ya?” Ucapan Joni itu berhasil mendapatkan timpukan ringan di lengannya dari Kevin.
Joni selalu saja begitu kalau mendengar kata cemilan dan makanan. Entahlah.
“Lo apa kekurangan makanan? Nggak dikasih makan sama bini lo apa bagaimana?” ujar Kevin kesal.
“Eh, ‘kan yang gratis enak.” Joni terkekeh.
“In the present, nothing is free in this world.” Aksa menatap Joni yang hendak protes itu.
Rayya terkekeh. Wanita itu mengingat bahwa semasa sekolah, Joni selalu sebagai penengah, Kevin yang selalu membenci Aksa, dan Aksa yang selalu menerima kenyataan.
“Kalian kenapa jadi sahabatan gini?” tanya Rayya disela-sela tertawanya.
“Kita? Sahabatan? Sebenarnya males sih, apalagi sama Aksa yang sering ngilang. Susah banget dihubungi lagi. Sok sibuk, deh.” Joni menatap Aksa. Lantas ia tertawa.
“Apa sih? Gitu-gitu lo dulu yang gencer nyariin Aksa padahal.” Kevin membalas ucapan Joni.
“Jangan buka kartu napa sih, Vin. Ah, nggak seru lo itu.”