“Setelah lulus, gue kerja dulu setahun. Ngumpulin uang buat kuliah. Terus baru kuliah setahun setelah gue lulus. Gue kuliah di Teknik Elektro. Alhamdulillah lulus cumlaude tiga setengah tahun. Selama setengah tahun itu gue cari kerja, dan langsung dapat. Ketemu kalian di nikahannya Rayya. Setengah tahun kemudian, gue ketemu Nada saat dia dicopet. Entah, gue jadi suka sama dia, lalu gue ngejar Rayya nikah setengah tahun kemudian. Alhamdulillah kita subur, jadi langsung diberi momongan. Saat ini usianya satu tahun. Dan gue masih kerja ditempat yang sama.” Joni mengakhiri ceritanya.
“Keren, ya. Termasuk sukses nih. Yok, lanjut Kevin. Pokoknya ceritain sejak kepindahan kamu.” Rayya terlihat antusias dengan kesuksesan teman-temannya.
“Masih inget pas gue pamitan ke Amerika waktu itu? Gue nggak lanjut sekolah. Tapi gue langsung ambil paket C. Setelah lulus, gue langsung ambil kuliah Manajemen. Ya, cuma gue nggak sepintar Joni atau Aksa. Gue lulus empat setengah tahun. Sekitar tiga bulan nganggur di Amerika, gue baru balik ke Indonesia. Tiga bulan juga nggak ngapa-ngapain. Akhirnya dapat undangan dari Rayya. Dari situ, jujur gue terinspirasi dari Joni yang kelihatan udah sukses. Setelah pernikahan Rayya, bertepatan dengan Papa gue yang kasih usahanya ke gue. Dari situ gue berniat buat manfaatin ilmu manajemen gue. Dan Alhamdulillah berhasil. Saat ini gue udah tunangan sama anak teman papa gue. Ya, gue dijodohin. Agatha namanya. Sumpah cantik parah. Dia juga nggak nolak sama gue. Paket lengkap.” Ternyata masa lalu Kevin pun ada lika-liku seperti Aksa.
“Lanjut lo, Ray,” ujar Joni.
“Oke, jadi sebelum aku cerita, aku bakal lebih cerita tentang masa kecilku, yang tak ada orang yang tahu.” Aksa menatap Rayya saat wanita itu berkata demikian.
“Aku adalah anak yang tak pernah diharapkan. Lahir secara haram. Papa mama nikah saat usia kandunganku empat bulan. Setelah aku lahir, aku dirawat oleh tante. Sebenarnya itu hanyalah alibi mama yang malu punya anak sepertiku. Ketika tante dan om meninggal kecelakaan, aku baru ke Demak. Dan itu lah awal aku mengenal Joni dan Aksa.”
Aksa terdiam. Tak ada orang yang tahu? Apa jangan-jangan cuma aku saja yang tahu?
“Setelah lulus dari MAN, aku kuliah di UNY. Lulus tiga setengah tahun dan Alhamdulillah cumlaude. Selama kuliah, aku tak pernah kembali ke rumah. Setelah sarjana pun aku mencari kerja di sana. Namun, setelah menetap setahun setelah sarjana, papa menelponku. Mengatakan ada seseorang yang melamarku. Keputusan ada dipihakku. Makanya, aku memutuskan untuk pulang setelah sekian lama. Aku berniat menolak, namun mama lagi lagi mengutarakan hal yang membuat aku sakit, katanya ‘lebih baik kamu terima dia dari pada nyusahin mama terus’. Pada akhirnya, aku menerimanya. Pernikahan dipercepat. Padahal, aku menunggu seseorang saat itu. Mas Teguh nggak tau tentang masa laluku dengan mama, namun ia tahu tentang aku dan seseorang itu. Kita tinggal di rumah papa sampai seminggu setelah pernikahan. Beberapa kali mama mengutarakan hal yang membuatku sakit. Ucapan terakhirnya terdengar oleh Mas Teguh dan papa. Papa menyumbang setengah harga dari rumah ini ketika Mas Teguh memutuskan untuk berumah tangga sendiri. Mas Teguh adalah anak terakhir, dan rumahnya telah ramai dipakai oleh kakak dan keponakannya. Maka, tinggallah kami di sini. Mas Teguh yang tuntun aku sampai ikhlas menerima semua perlakuan mama. Jadi, beginilah aku. Papa masih sering datang kemari. Namun, mama sama sekali tak pernah datang. Acara idul fitri juga mama sering sekali menghindari ketika aku datang. Entahlah.” Rayya mengakhiri ceritanya.
“Kadang aku mikir, kenapa nggak nunggu orang itu saja? Kenapa malah akhirnya aku nikah sama orang lain? Padahal aku nggak ada rasa sama dia. Aku sampai butuh waktu harus menerima dia,” sambungnya.
“Ray, kenapa lo nggak pernah cerita?” tanya Joni memandang sendu Rayya.
“Aku takut kalian akan menjauh. Karena cuma ada satu orang yang tahu tentang masa laluku dengan mama. Orang itu adalah orang yang selalu kutunggu, orang yang mau menerima masa laluku. Namun, bodohnya aku yang nggak bisa menerima masa lalu dia. Bodoh banget. Malah pada akhirnya, aku menyerah menunggu dia. Padahal, sebenarnya bisa saja kita bersama sekarang. Aksa, maaf banget telah melakukan itu padamu.” Rayya menangis. Sementara Aksa tertegun.
“Jadi? Selama ini lo nunggu Aksa?” tanya Kevin memastikan.
Rayya mengangguk. Tak ada yang berani menenangkan Rayya. Pasalnya kini Rayya sudah menjadi istri orang. Andai saja istri Joni ikut, mungkin wanita itu yang akan menenangkan Rayya.