Hidden feeling

Asri Widyastuti
Chapter #2

Pertemuan pertama

Adakah satu kata yang menggambarkan menjadi pengurus osis dan membimbing adik kelasnya untuk lebih mengenal sekolah? Mungkin dari sebagian orang banyak yang menyukai hal tersebut, mungkin banyak juga yang menganggap hal tersebut adalah hal yang menyenangkan, seru, berkesan, dan hal lainnya yang dianggap positif saat menjadi salah satu pengurus MPLS atau yang disebut Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Tetapi, tidak bagi Aurel hari pertama membimbing adik kelas menurutnya capek, menjengkelkan, dan membuat banyak energi terkuras. Disaat teman - temannya yang masih libur, ia harus berangkat, menjengkelkan.

Sambil mengenalkan beberapa ruang di SMA 1 Jaya, Aurel mengusap wajahnya dengan kasar terlihat sangat letih dan tidak bersemangat, untuk hari ini, detik ini juga. Haruskah ia izin untuk tidak melanjutkan kegiatan di sekolah? Ah sudahlah itu hal yang tidak mungkin.

" Mba kalo njelasin tu yang bener dong"  ucap salah satu cowok yang duduk di baris ketiga dari depan. Aurel hanya beri anggukan kepala buat ngejawab.

Usai menjelasan tentang gambaran sekolah, ketua osis memanggil semua pengurus osis untuk berkumpul di laboratorium biologi , ketua osis memberikan informasi bahwa setelah ini akan diadakan pelatihan baris berbaris di lapangan basket, dan bimbingan masal untuk murid baru.

"Oke guys sekarang kita kembali ke kelas masing - masing dan ajak mereka untuk ke atas" titah si ketos.

"Siap laksanakan ndan."

Gadis dengan mata hitam pun kembali ke kelas dimana menjelaskan gambaran tentang sekolah ini. Saat Aurel masuk di kelas tidak ada yang ramai bahkan terlihat mereka masih malu - malu untuk ngobrol bareng.

"Dasar bocil" batin Aurel, menertawakan dirinya yang juga seperti itu pada saat pertama kali masuk SMA.

"Dek sekarang kita ke atas lapangan untuk melaksanakan baris berbaris, silahkan kalian keluar!"

Mereka pun menuruti perintah Aurel, satu persatu keluar dari kelas, setelah menutup pintu kelas Aurel beranjak dari tempatnya dan mengikuti adek kelas, namun terdengar suara cowok memanggilnya.

"Mba-mba"

"Apa?" Ucap Aurel ketus.

"A elah ketus -ketus amat mb." Dia pun menjejerkan langkahnya untuk menyamakan posisi Aurel.

"Dek cepat ke lapangan!" Tegas cewek yang sudah terganggu dengan perilakunya, tanpa menghiraukan, dia pun hanya senyam senyum gak jelas yang bikin ia tambah emosi.

"Ngapain senyam - senyum?"

"Mb kamu pendek." Ucap dia dengan tawa puasnya lalu meninggalkan Aurel yang masih diam ditempat.

"Maksudnya apa coba?" Batin, Aurel.

Setelah semua berkumpul di lapangan basket, Kak Ferdi si ketos berteriak lantang agar semua murid baru menyiapkan diri dengan rapi.

Lihat selengkapnya