Hidden feeling

Asri Widyastuti
Chapter #5

Pendekatan?

"Rasa memang tidak bisa dirasakan namun karena rasa ada tindakan yang lebih berbeda"

~Dzaky Afnan malik~

"Bunda, Aurel berangkat dulu ya!" Aurel mencium tangan bundanya sambil melangkah ke motornya. Hari ini Aurel berangkat menggunakan motor, karena bundanya tak mengizinkan Aurel untuk naik bis takutnya terjadi apa-apa, padahal setiap harinya ia sudah sering menggunakan bis.

Setelah beberapa menit kemudian, Aurel sampai di parkiran SMA 1 jaya. Dirinya berjalan melewati koridor yang belum ramai dengan siswa-siswi. Karena pada dasarnya, siswa disini berangkat pads pukul setengah tujuh pagi. Untuk menuju kelas 11 pun, ia harus melewati kelas 10. Saat ia melewati kelas X MIPA 3 ia mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Mbak tunggu!" Teriak salah satu cowok. Karena merasa dipanggil Aurel menoleh ke belakang dan mendapati seseorang yang tengah tersenyum manis kearahnya,ia pun mengernyit bingung. Cowok yang tadi memanggilnya, hanya tersenyum ketika melihat wajah polos Aurel yang terkesan imut untuknya. Cowok itu pun, melangkah menghampiri Aurel hingga mereka kini tengah berhadapan.

"Hai mbak," sapa Dzaky dengan senyum yang manis. Entah mengapa senyuman yang diberikan Dzaky mampu membuat Aurel salah tingkah, tetapi ia tetap bisa mengontrol ekspresinya. Demi apa pun, Aurel merasakan hawa yang berbeda ketika mendapat senyuman manis dari cowok dihadapannya, senyum indah yang membuat aura wajah cowok itu lebih ganteng berkali-kali. Aurel jadi berpikir tentang kata-kata Kinan yang mengatakan bahwa cowok ini memang manis, namun Aurel segera menepis menganai pikirannya yang sudah nglantur kemana-mana.

Akibat memikirkan yang tak penting, Dzaky yang sedari tadi melihat Aurel bengong menatapnya tersenyum meledek hingga mencubit hidung mancung Aurel.”aku tuh emang ganteng mba, jadi jangan heran, nanti suka lo.” Kontan, kata kata Dzaky membuat Aurel tambah kesal.

"Apa sih, lo ngapain manggil gue?" Tanya Aurel dengan datar. Sebisa mungkin, cewek itu tidak boleh terpesona dengan ketampanan cowok berambut pirang ini.

Dzaky yang ditanya seperti itu hanya menggaruk tengkuknya " Ah enggak aku cuma mau bilang save no aku ya mba, dan semangat pagi hehehe"

"Gila, gue udah ngesave no lo dan jangan panggil saya Mbak,emang saya mbakmu apa? panggil kak !" Ketusnya dan langsung meninggalkan Dzaky yang tengah menatap kepergiannya dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh mata.

Sesampainya di kelas, Kinan yang melihat Aurel sudah berangkat tersenyum senang, ia menyambut Aurel dengan nyanyian yang diubah."Duh urel udah berangkat, rel kereta api Tut Tut Tut siapa hendak turun.., ha-ha-ha aduhh." Aurel yang mendengar namanya dibuat seperti nyanyian, memukul bahu Kinan pelan.

"Sorry" ujar Kinan sambil cengengesan.

"Ada apa sih?"

"Ayok ke kantin rel,gue belum sarapan ini"ajak kinan

"Bodo amat,siapa suruh belum sarapan,ini kan Senin Kinan habis ini kita upacara."

"Ish ayolah, sambil bawa topi, cuma nemenin gue masa lo nggak mau."kata Kinan sambil mengeluarkanp pupy eyes nya. Tanpa memperdulikanata Kinan, Aurel menolak keras, ia tak mau jika pagi-pagi sudah ke kantin. Alasannya ya hanya satu, ngabisin duit! Cewek disebelahnya hanya mengerutkan bibirnya. Aurel yang melihat itu pun mengeluarkan sebungkus sari roti dari tasnya lalu mengulurkan ke arah Kinan. Kinan yang melihat itu pun tersenyum senang, walaupun Aurel tidak mau mengantarnya, namun cewek itu sudah berbaik hati. 

💜

Aurel berkali-kali mengibaskan tangannya ke udara. Cuaca yang masih pagi ini terlihat sangat terik hingga, keringat di pelipis Aurel sudah bercucuran. Tidak hanya Aurel, semua murid pun merasakan sudah ingin pergi dari lapangan upacara, apalagi yang membuat murid merasa bosan adalah pembina upacara yang menyampaikan nasihat sangat lama. Jika saja Aurel tadi dibelakang mungkin, ia tak kepanasan seperti ini. Ini semua gara-gara tidak ada yang mau di barisan depan bersama Siti dan Ajeng yang notabennya anak terlalu pendiam. Alasannya klise saja, teman-teman Aurel tak ingin bosan di depan. Jadilah, ia yang harus mengalah , agar kelasnya tidak dimarahi didepan umum oleh guru pengawas.

Selama upacara berlangsung, entah mengapa dari sudut samping kiri Aurel terlihat ada yang mengawasinya. Namun, pikiran ia tepis jauh-jauh, hingga tepukan pundak membuatnya menoleh ke belakang. “tuh Dzaky ngeliatin lo terus.”bisik Kinan di telinga, sontak Aurel mengarah ke kelas Dzaky dan hap, pandangan Aurel dan cowok itu bertemu. Dzaky yang ke gap pun menoleh kearah lain.

“Anjir tu adek kelas malu-malu kucing, udah ke gap ngapain harus ngehindar coba, gila.” Kinan yang dari tadi memperhatikan interaksi keduanya berseru. Aurel hanya mencoba tidak peduli, jika saja ia tidak di depan begini mungkin ia akan memukul bahu Kinan untuk tidak membahas cowok itu.

Habis upacara selesai  Kinan dan Aurel langsung menuju kelas untuk mengikuti pelajaran pertama yaitu matematika. Gila kan? Itulah pikiran teman-teman Aurel. Bayangkan saja sudah capek gara-gara upacara sekarang pelajaran matematika! Namun, dari arah pintu muncul ketua kelas, namanya Romi, ketua kelas yang bandel tapi disiplin. Aneh memang, tapi itulah faktanya, Romi masuk dengan wajah ceria dan memberitahu bahwa hari ini matematika jamkos, karena guru yang mengajar sedang diklat di luar kota hingga beberapa minggu kedepan. Tadinya, yang sudah mengeluh pun berteriak histeris, apalagi Kinan sudah memukul meja dengan tangannya.

Lihat selengkapnya