"Entahlah apa yang terjadi jika dia bersikap manis, mungkin akan ada perasaan yang bisa bersemayam tanpa dia ketahui"
~Aurel Rasyandra~
Dzaky menutup pintu kamar dengan kasar, cowok itu memang lagi pulang dari rumah Kalvin pagi ini, karena memang semalam ia menginap di rumah Kalvin. Alasannya, lebih nyaman tidur di tempat sahabat-sahabatnya ketimbang harus pulang ke rumahnya yang besar tapi sepi, seperti tak ada kehidupan. Selain mendapatkan kenyamanan ketika di rumah sahabat-sahabatnya, ia selalu mendapat perhatian dari orang tua sahabatnya. Seperti kemarin, sampai pulang di rumah Kelvin, ibu Kelvin menunggu di ruang tamu dan tersenyum seraya menyuruhnya makan malam.
Mengingat jam yang menunjukkan pukul 6 pagi, seketika cowok itu berdiri dan melangkahkan kaki ke kamar mandi, baru saja selesai ia langsung menuju bawah dan berangkat ke sekolah. Namun, saat hendak keluar ia berpapasan dengan Fakhri - ayah Dzaky yang baru saja kembali setelah mengambil beberapa dokumen di bagasi mobil. Untuk sesaat keduanya saling pandang , hingga akhirnya Dzaky memutuskan kontak mata dan segera pergi dari rumah itu.
Fakhri sesaat menghela nafas karena ulah anaknya,padahal pria paruh baya tersebut, seringkali mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan anaknya namun semua sia-sia.
Sesampainya di sekolah, Dzaky segera memakirkan motornya dan berjalan menuju kantin sekolah, karena cowok itu belum sarapan sama sekali. Dzaky menghela napas, cowok itu menyesal berangkat sepagi ini, karena biasanya ia sampai sekolah jam tujuh kurang lima menit, dan sekarang ia sampai pukul setengah tujuh kurang tiga menit. Dzaky memukul jidatnya pelan, lorong sekolah masih sepi, belum lagi teman-temannya juga belum datang. Sepertinya waktu memihak, ia melihat cewek yang selalu merubah dunianya sedang berjalan santai melewati koridor, sesekali cewek tersebut tersenyum ketika ada yang menyapa. Sungguh manis, batin Dzaky. Tak butuh waktu lama, Dzaky mengejar langkah kaki yang akan menuju ke kelas.
"Pagi Aurel" sapa Dzaky seraya dengan senyum khasnya
Cewek yang disapa hanya memutar matanya jengah, ia pun tersenyum tipis dan segera pergi ke kelas, mengetahui pergerakan perempuan itu, Dzaky segera mencekal lengannya. Tidak keras tapi kuat.
"Lepas"
Aurel menatap tajam ke arah Dzaky, namun cowok yang ditatapnya selalu senyum yang entah mengapa membuat gadis itu sedikit salah tingkah.
"Gak bisa , lo harus temenin gue makan di kantin dulu."
"Lo lupa lo siapa ha? Perlu gue ulang? Kalo lo itu Cuma ‘ADEK KELAS’ yang hormat dikit." Sentak Aurel dan segera melepaskan tangannya dari genggaman cowok itu. Dzaky yang melihat Aurel susah melepaskan genggamannya hanya tersenyum dan menarik paksa hingga mereka tiba di kantin.
Aurel menatap malas cowok didepannya ini, jujur ia sudah sabar mengahadapi tingkah cowok aneh ini,hingga pagi ini harus menemaninya di kantin. Aurel yang ingin pergi dari tempat ini, selalu saja dicegah oleh Dzaky, sebenarnya ia berani beranjak dari tempat itu, karena Dzaky hanya adek kelasnya, tetapi ia mengurungkan niatnya, karena sedari tadi tangannya digenggam erat oleh cowok itu.
"Lo kenapa sih selalu nganggu hidup gue? Lo nggak bosen apa?" Perempuan itu menatap Dzaky dengan aura yang masih kesal.
"Karena gue nggak mau liat lo bahagia dan gue juga gak bosen nggangu lo" Dzaky ikut menatap Aurel dan tersenyum manis kearahnya.
Aurel yang mendapat senyum itu, lagi-lagi ia harus menetralkan jantungnya yang berdetak secara cepat. Namun tetap saja laki-laki itu menatapnya intens hingga ia salah tingkah , spontan wajahnya menghindar dari tatapan itu.
"Ini nasi rames nya mas" ucap ibu kantin,yang mengalihkan perhatian, hingga Aurel menghela nafas lega.
"Cepat makan, gue nggak banyak waktu untuk nemenin lo." Ucapannya terdengar dingin. Dzaky yang mengetahui jika cewek didepannya ini tidak suka menunggu, ia pun segera menghabiskan makanannya. Hening, itulah yang menyelimuti keduanya. Bosan, Aurel menopang dagunya sembari melihat cowok di depannya yang masih menikmati makanan.