"Berjuang saja belum tentu diterima, apalagi hanya diam ditempat"
Diperjalanan Aurel dan Dzaky hanya saling diam, mereka tidak berniat mengobrol sekali pun. Namun terkadang mata Dzaky melirik spion yang memperlihatkan cewek bermata hitam sedang memperhatikan jalanan yang ramai. Tak jarang Dzaky tersenyum ketika ia tertangkap basah melihatnya.
Saat sudah sampai di gang, Dzaky berhenti sebentar lalu menoleh ke belakang.
"Jangan turun dulu, gue mau anterin lo sampai rumah, habis ini kemana?"
"Emm belok kanan ikutin jalan, nanti pas ada perumahan janabadra no 8" ucap Aurel yang kemudian diangguki oleh Dzaky.
Setelah berhenti di rumah yang dimaksud Aurel, cewek itu pun turun dan tersenyum ke arah Dzaky.
"Makasih ya, maaf gue ngrepoti"ucap gadis itu dengan tulus
"Gak, Lo nggak ngrepotin, besok gue jemput lo!"
Gadis itu sedikit kaget." Gak usah makasih, Lo pergi aja sana." Jawab Aurel sedikit ketus
"lo kenapa jadi ketus si?tadi aja manis, sekarang gue nggak nerima penolakan"
"Geer siapa juga yang manis, gue juga gak mau dianter lo, udah sana pergi."usir Aurel, sedangkan Dzaky tetap tidak mau pergi dari sana.
"Gue nggak akan pergi kalo lo belum jawab iya," gadis itu menggeram sedikit kesal
"Iya, udah puas kan."
"Nah itu mau,"goda Dzaky seraya mengacak-acak rambut Aurel, Aurel yang risi hanya menepis pelan, namun hatinya terasa berbunga bunga ketika di perlakukan seperti itu.
"Karena lo yang maksa bego"
"Iya udah, besok tunggu, jangan berangkat dulu, gue pulang."ucap Dzaky, dijawab dengan anggukan. Gadis itu pun melangkah ke dalam rumah dengan perasaan yang tak ia mengerti. Aurel hanya tersenyum-senyum sendiri, entah mengapa hatinya terasa bahagia kala diperhatikan oleh cowok yang belum lama hadir di hidupnya.
Aurel pun memasuki halaman rumah, saat ia membuka pintu, gadis itu tersenyum ketika melihat bundanya sedang menonton tv
"Assalamualaikum bunda,"ucap gadis bermata hitam pekat itu
"Waalaikumsalam sayang, kok lagi pulang?"tanya Reni, bunda Aurel
"Iya bun tadi Aurel rapat OSIS dulu,"
"Oalah terus kamu pulang naik apa?tadi kan kamu nggak bawa motor."
"Emm bunda jangan marah ya, tadi...tadi Urel dianterin temen cowok Bun,"Aurel menggigit bibir bawahnya, ia takut jika bundanya marah akan hal ini, jujur Aurel tak pernah cerita sebelumnya tentang cowok yang dekat dengan dia, kecuali reza yang dikenal bundanya sebagai sahabat aurel. Gadis itu memang tak pernah bercerita tentang hubungan dia dan Reza saat itu, karena mereka masih SMP dan pastinya bunda akan melarangnya.
Bunda pun tersenyum dan mengelus rambut Aurel "gapapa, kan putri bunda udah besar, yang terpenting kamu jaga diri ya nak," nasihatnya, Aurel pun memeluk bundanya ia sangat mencintai bundanya.
“ ya udah, Sekarang kamu ganti baju dan segera turun, bunda udah masak kesukaan kamu.” Ujar wanita paruh baya tersebut dan melepaskan pelukan Aurel.
Aurel mengangguk patuh, tangannya hormat dan badannya tegak seperti pasukan yang sedang patuh terhadap perintah atasannya"siap bunda,"pamitnya tak lupa mencium kening bundanya.