"Untukmu apa saja akan ku lakukan..."
~Dzaky Afnan Malik~
Malam ini adalah hari terakhir acara perkemahan. Jam menunjukkan pukul 19.30, kegiatan diisi dengan upacara api unggun dan pertunjukan budaya Nusantara. Upacara api unggun berjalan dengan khidmat, hening dan terdengar nyanyian syukur yang menggema. Setelah itu pertunjukan budaya Nusantara dilakukan per kelas. Sekarang bagian kelas X IPS 2 yang menampilkan tari Nawung Sekar. Tari Nawung Sekar berasal dari Yogyakarta, tari itu menceritakan gadis kecil cantik yang menari.
Aurel yang melihat dari pojok lapangan menatap takjub."Gilak ini adek kelas berbakat banget!"gumam Aurel dengan mata yang berbinar.
Cewek itu sungguh mengapresiasi pertunjukan budaya yang dilakukan oleh adek kelas. Terlihat saat sudah selesai pertunjukan ia bertepuk tangan dengan meriah. Jelaslah Aurel sangat takjub, karena saat zamannya tak ada pertunjukan seperti ini, bahkan hanya diisi dengan renungan malam dari kakak kelas sehingga hanya membosankan.
"Hebat ya dewan kerja sekarang bisa ngadain acara ini."monolog Aurel
"Iya, padahal dulu zaman kita diisi renungan malam, itupun yang didapat malah ceramah kakak kelas buat lebih sopan."ucap Gilang lalu duduk di samping Aurel.
Aurel menoleh ke samping sesaat lalu tertawa kecil dengan ucapan Gilang yang memang fakta."hahaha emang dulu senioritas banget sekolah kita."ujar Aurel hanya diangguki oleh Gilang.
"Btw lo kenapa nggak tidur aja?udah malam loh."tanya Gilang setelah keheningan terjadi.
"Masih jam delapan juga, gue masih mau disini, lagian api unggun masih nyala kok, biar anget badannya."
Gilang menyetujui ucapan gadis itu, sesaat keheningan terjadi cowok itu mengusapkan kedua tangannya, bingung mau membuka topik seperti apalagi. Memang Gilang tak pernah bicara panjang lebar pada gadis disampingnya, mereka hanya berbicara kalau ada tugas OSIS.
“Katanya kemarin lo berantem sama adek kelas itu ya? Yang gosipnya dia juga pernah berantem sama kak satria?”
Aurel melirik Gilang sesaat, ia mengangguk,” iya gue juga nggak ngerti sama dia.”
Gilang tersenyum, tangannya bergerak menggenggam tangan wanita yang sudah membuatnya kagum sejak pertama terlibat di organisasi. Namun, cowok itu hanya bisa memendam tanpa berbuat apa-apa, baginya cukup ia yang tau perasaannya. Dirinya hanya takut Aurel menjauh. Aurel yang tak mengerti akan perlakuan Gilang hanya diam tak berkata, otaknya mencerna semua sikap Gilang padanya. Namun, selama ini tak ada yang spesial.
“Maaf lancang, gue cuma mau lo nggak kedinginan, biarkan ini sebentar saja ya rel.”
Aurel masih tak mengerti akan perlakuan cowok disampingnya, sekarang ia hanya bisa membiarkan Gilang menggenggam tangannya sesaat. Mungkin Gilang lagi ada masalah, pikir Aurel.
“Kalo gue liat-liat kayaknya adek kelas itu suka sama lo deh.”
Aurel tertawa geli,” kamu ngaco lang, gak mungkin juga. Lagian gue ga mau percaya apapun itu soal perasaan.”
Gilang menggeleng, lalu merubah posisi duduknya untuk menghadap Aurel, Aurel melihat Gilang yang menatapnya intens, seolah ia tertarik akan perilaku Gilang,”Rel, dunia ini ga ada yang tak mungkin, semuanya mungkin apalagi soal perasaan. Perasaan datang dari hati rel ia akan berjalan dan menemukan seseorang yang emang tepat untuk berlabuh di hati, apalagi gue cowok gue tau gimana seorang cowok yang lagi suka sama wanita.”
“Lang kamu beda banget hahaha,” Aurel tertawa renyah tak percaya akan ucapan Gilang,”gini Lang kalaupun dia emang suka aku dia nggak bakal buat aku marah ataupun nganggu aku kan?”
“Kamu salah, cowok tuh bakal ngungkapke perasaannya sama seseorang yang dia suka dengan cara mereka masing-masing, terkadang kalo dia buat lo marah tandanya ya dia ingin menarik perhatian lo, kalo dia manis tandanya dia ingin kamu nyaman sama dia.” Gilang diam sesaat matanya menatap mata hitam pekat yang sudah menarik perhatiannya,”tapi nyatanya gue cuma bisa dari jauh.”
Untuk pertama kalinya, Aurel mendengar kata-kata manis dalam bibir Gilang dan apa tadi katanya Cuma bisa dari jauh?ada apa dengan pria ini. Aurel merasa speechless.
Sadar akan ucapannya,”sory maksud gue ga gitu gue mau ambil jaket dulu.” Gilang pergi dari hadapan Aurel , sedangkan cewek itu masih tak paham apa yang terjadi.
Setelah kepergian Gilang, gadis itu menikmati kesendiriannya. Mengambil handphone dan earphone dari sakunya lalu menikmati alunan musik. Matanya terpejam saat musik yang dia dengar sungguh bermakna dalam.
"Kalau mau tidur di dalam, jangan diluar dingin."ucap seseorang yang membuat mata Aurel terbuka