"Aku tak tau alasan kamu kembali. Kembalimu mungkin membawa serpihan hati atau hanya membuka luka lama lagi"
~Aurel Rasyandra~
"Gila rel, tuh kan gue bilang juga apa kayaknya Dzaky suka sama lo deh!"pekik Kinan pada Aurel. Saat ini, mereka sedang berada di kantin sekolah, menikmati bakso Mbak ines saat jam istirahat tiba.
Aurel menepuk jidatnya kasar."gak lah lagian kan dia cuma ganggu gue aja, ya masa dia suka kakak kelas kayak gue."ucap Aurel kesal.
Siapa yang gak kesal coba. Baru juga di ceritain kejadian kemah kemarin, bisa-bisanya Kinan bilang kalau Dzaky suka dia. Ya, walaupun terkadang Aurel merasakan aneh sendiri tetapi bagaimana lagi ia tak mau terjadi.
"Tapi firasat gue bilang kalau Dzaky suka lo rel, dari tatapan matanya aja udah bisa diartikan."ucap Kinan."
“Eh tapi kemarin Gilang juga ngomong kek gitu sama gue, dan tau ga sih Kin, Gilang tuh aneh banget tau ga sih.”
“Tuh kan. Bentar, maksud Gilang aneh gimana?”
Kinan yang tertarik dengan cerita Aurel pun mendengarkan dengan seksama, dan dia juga tak pernah percaya atas apa yang terjadi.
“ Sumpah rel, itu mah sebenernya Gilang juga suka sama lo. OMAIGATT!”
Aurel membekap mulut sahabatnya,”jangan keras-keras, sok tau lo.”
Kinan hanya mengangkat tangannya bertanda peace,”ya kan bisa aja, maksudnya apa coba dia bilang dan gue cuma bisa dari jauh? Itumah artinya mengangumi dari jauh bambang.”
“Berisikkkk!”
Aurel memutar bola mata, perhatiannya mendadak beralih pada notifikasi handphone yang ia taruh di meja.
+62: hai rel
Gadis itu mengernyit bingung, ia tak tau nomor itu. Aurel ingin membalasnya namun sebelum mengetik, pesan masuk lagi dari nomor itu.
+62: rel, rindu ini hanya tentang seseorang yang pernah singgah namun hilang. Hilang setelah pelangi datang, bahkan tak pernah ia menegur lagi. Bagaimana mau bertegur sapa? Bahkan setelah kejadian itu ia takut untuk mengirimimu pesan. Rel, aku rindu kamu. Sungguh aku ingin bertemu denganmu walau itu hanya sebentar . Bolehkah aku untuk itu?
Aurel masih mencerna kata per kata. Ia masih tampak bingung, siapa yang mengirimi ia pesan seperti ini. Kinan yang melihat sahabatnya bingung bertanya heran."siapa sih?kok lo kaya bingung gitu?" Aurel mendongak lalu memberikan handphonenya ke Kinan."gue gak tau itu siapa, gaje banget kan."
Kinan membaca pesannya, lalu ia tersenyum kecut."Lo beneran gak tau? Dia kembali!"seru Kinan
Aurel yang lagi minum tersedak kaget."Mak..mak-sudmu Reza?"tanyanya terbata-bata
"Iya."
Mendengar jawaban Kinan membuatnya memijit pelipisnya yang terasa lebih berat. Satu bening berlian menetes begitu saja di pipinya, ia merasa penyesalan datang. Kinan yang melihat itu, langsung beranjak dan duduk di samping Aurel.
"Jangan nangis buat dia."ucapnya lalu mengusap air mata yang membasahi pipi Aurel." Lo nggak perlu lari dari ini, terima saja jika dia meminta ketemu. Masalah akan terasa lebih ringan saat kamu menghadapinya. Namun, ia akan terasa berat jika kamu lari darinya." Lanjut Kinan.