"Memang benar saat kita memilih untuk memendam perasaan, bakal ada hati yang tersakiti. Karena pada dasarnya kita tak ada hak untuk melarangnya dekat dengan yang lain."
~Aurel Rasyandra~
Manik mata hitam yang dimiliki gadis cantik kini bertubrukan dengan mata tajam Dzaky. Laki-laki itu hanya melihat sekilas lalu berjalan tak ada senyum atau sekadar basa-basi. Memang, sudah seminggu lebih Dzaky bersikap seolah-olah tak mengenal. Dan Aurel hanya menghela nafas lelah, jujur saja gadis itu tersakiti atas sikap Dzaky yang cuek. Terkadang juga, gadis itu menyapa Dzaky, sekali lagi cowok itu hanya menganggapnya angin lalu.
Aurel hanya pasrah pada perasaannnya sekarang, ia tak pernah sedikitpun menyesali rasa yang hadir membawa warna baru baginya. Namun, mungkin rasa ini hadir pada waktu yang tidak tepat. Bagaimana bisa? Ya, memang semuanya bisa, dunia tak ada yang tak mungkin.
"Sudahlah fokus rel, ini lagi ujian akhir semester!"gumamnya menyemangati diri sendiri.
Aurel melanjutkan jalannya melewati lorong sekolah yang terlihat sedikit sepi. Pikirannya terkadang masih terpusat pada cowok itu, padahal hari ini hari ketiga dirinya melaksanakan UAS, cewek itu mengusap wajahnya kasar lalu masuk ke dalam ruang 7 tempat dimana pelaksanaan ujian.
"Eh kamu udah berangkat ya?"tanya satria pada gadis yang baru saja duduk sebelah bangkunya. Memang, saat ujian sekolah tempat duduk selalu diacak, karena itu sudah menjadi kebijakan sekolah. Dan sialnya Aurel duduk dengan kelas 12 IPS 2 bersama kak satria.
Aurel menatap satria jengah."iya"ucap Aurel malas."udah tau berangkat masih tanya aja."batinnya menimpali.
"Kamu udah belajar belum?"tanya satria lagi
"Kak satria!"Aurel berkacak pinggang, hingga membuat cowok itu tersenyum tipis.
"Jangan banyak tanya, tolong."ucap Aurel lalu meninggalkan kelas dan beranjak menuju ruang 8 dimana Kinan berada.
" Ya Allah ampunilah dosaku yang gak sopan pada orang dewasa."gumamnya setelah keluar dari ruang kelas.
"Kinannnnn! OMG bebebku lagi belajar ini"teriak Aurel saat berada di depan Kinan, Kinan hanya memutar bola matanya malas, pagi-pagi sahabatnya memang selalu menganggu dalam belajar.
"Apa sih lo,ganggu aja!sana belajar jangan cuma mikirin doi mulu, goblok lo ntar."
Aurel melotot mendengar ucapan Kinan." Siapa juga yang mikirin doi!!!"Aurel mendengus."gue cuma males kalo di kelas ketemu kak satria itu."
"Masaaa?tapi lo pasti kesini mau cerita Dzaky lagi kan?"Kinan tersenyum menggoda
Gadis itu hanya menyengir."iya sih, tadi gue liat Dzaky lagi tapi ya gitu sakit hati gue dicuekin terusss, tapi untungnya tadi gue nggak senyum jadi ya nggak nyesel. Coba kalo tadi gue senyum mungkin udah jadi ke 50 kali gue dikacangin."celoteh Aurel panjang lebar
"Kok bisa sih Dzaky jadi kek gitu?"tanya Kinan sambil menatap nanar ke arah Aurel."andai saja lo dulu nggak mempertahankan gengsi lo." Kinan mengubah duduknya untuk menghadap Aurel.
Aurel mengedikkan bahunya tak tau."mungkin udah jalan gue kayak gini wkwkwk."ucap Aurel lalu menatap kosong Kinan
"Yaelah baperan deh, jangan nangis ya."Kinan mengusap pundak Aurel pelan.
"Siapa juga yang baper, cuma sakit."Aurel mengusap pipinya dramatis
Kinan tertawa."alay lo rel, gini ya gue sebagai sahabat yang baik ngedukung lo mau maju untuk dapetin hati Dzaky atau mundur. Karena kodrat wanita itu ada dua—"