" Jika berbicara tentang cinta
Aku tak tau akankah kamu dan aku menjadi kita
Tentang bagaimana kamu memulai, dan mengakhiri semua hanya semu
Tapi, aku masih ingin berjuang untukmu
Walaupun aku tau mungkin kini aku hanyalah seorang yang tak tau diri"
~Aurel Rasyandria~
"syukurlah ujian akhir udah selesai, nggak nyangka gue udah mau kelas 12."ucap Kinan sambil menguap.
"Belajar yang bener dari sekarang deh, persiapan untuk bisa masuk SNMPTN."seru Aurel lalu mengambil handphonenya yang sedari tadi muncul notifikasi wa.
"Lagi mau free gue, eh emang nggak ada posernitas ya?"tanya Kinan memastikan, pasalnya habis UAS sekolah ini mengadakan porsenitas, yang diikuti oleh perwakilan kelas masing-masing.
"Ada kok, kemarin pas rapat lombanya cuma basket, futsal sama band sih."
"Kok cuma sedikit?gak seru lah, gimana OSIS yang sekarang ini."
Aurel menjitak dahi Kinan."sakit bego!"ringis Kinan.
"Lo sih sembarangan, ya gue tau emang cuma dikit, tapi jangan salahin OSIS, soalnya cuma 1 hari. Kalo banyak nanti bisa 3 hari, dan kepala sekolah nggak ngizinin buat itu."
Kinan hanya manggut-manggut mengerti. Toh dia juga tak ingin ikut, biar saja jadi penonton. Karena, keuntungan jadi penonton kan bisa cari dapet vitamin daripada ikut udah capek gak bisa nikmati cowok ganteng lagi.
"Besok pasti bang Baim ikut basket tuh. Wah pasti keren deh!"ucap Kinan menggebu-gebu
Aurel menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa sahabatnya masih setia suka sama cowok yang udah punya pacar." Lo masih setia aja suka sama kak Baim, dia udah punya pacar loh."
Kinan memasang wajah cemberutnya." Aurel lo jahat banget sih, iya gue sadar kalo kak Baim udah punya pacar, tapi gue kan cuma kagum dalam diam. Daripada lo, kisah asmara lo aneh gak jelas."
Aurel mendecih, apa-apaan Kinan menyangkut pautkan asmaranya." Jelas kok, nyatanya gue sekarang juga kek lo mengagumi dalam diam dan melihatnya dengan Serin hahahaha."ucap Aurel sumbang. Entah mengapa mengingat Dzaky perhatian pada Serin membuatnya kembali merasakan luka.
Kinan yang tadinya ingin tertawa, perlahan wajah Kinan menampilkan guratan kesedihan." Sabar, emang kita senasib keknya."
Aurel mengernyit." Enak aja beda lah, lo kan belum pernah bicara sama kak Baim sedangkan gue pernah, walaupun cuma di bercandain."
Kinan mencibir, sahabatnya emang tak tau diri udah tau dia kasihan malah dikasihani balik."bodo rel bodoamad lah."