Terdengar suara alunan musik dansa era tahun 70 dari luar cukup lumayan luas dan kelihatan sang empunya rumah masih kental dengan budaya Jawa modern.
Rumah sederhana bergaya joglo jawa modern dominan bercat putih. Tapi semua dinding catnya sudah terasa kusam. Penerangan cahaya terasa samar seadanya redup remang menerangi sekitar rumah.
Pohon plam berdiri tegak tidak tahu sampai mana ujungnya, hanya diam membisu terikat dengan gelapnya malam berjejer rapi didepan pekarangan rumah.
Malam semakin gelap, hanya diam membisu dalam lelap panjang tidurnya. Dari selasar halaman rumah, semakin terdengar suara alunan musik dansa makin bikin terasa mencekam terbalut ketakutan.
Sorot lampu mobil bmw tua berwarna merah sudah berhenti diatas carpot beralaskan batu kerikil basah karena embun malam.
Heri, pekerja keras rada egois turun dari mobil bmw merah tua miliknya, baru saja tangan kirinya akan mendorong pintu tapi tidak jadi.
Saat sebentar mendengar suara alunan musik dansa dari dalam rumah, kelihatan jendela kamar depan lampunya masih terlihat samar dari balik tirai jendela.
Terdiam hanya berdiri sesaat Heri. Tangan kirinya masih membiarkan terbuka pintu mobil, tapi hanya berdiri masih disamping mobil sesaat Heri mendengar alunan suara musik dansa, rasanya tahu musik gemaran siapa itu.
"Hampir, setiap malam gua selalu dengar suara musik dansa itu. Alaunan musik dansa itu'kan kesukaan ibu?" guman Heri dalam hati, sembari setengah badan membungkuk lalu mengambil tas kerja yang masih tergeletak didalam jok mobil.
Dan kemudian tangan kirinya menutup pintu mobil, setelah tas kerjanya berwarna coklat pekat terbuat dari kulit sudah di sangkutkan pada pundak kanannya menyelempang pada perut depannya.
Langkah jalan Heri kemudian melanjutkan berjalan kearah pintu rumah terlihat rapuh berukiran kembang berwarna coklat tua.