Aku Hidi kurniawan, umurku 17 tahun. Aku kelas 12 SMA. Hari ini saat ku buka mata cuaca pagi yang mendung di sertai dengan angin membuat udara pagi ini terasa dingin sekali. Akhir-akhir ini hujan sering turun pagi-pagi sehingga aku agak malas untuk bangun pagi. Walau hampir setiap hari hujan datang pagi hari tapi hari ini sangat berbeda karena udaranya amat sangat dingin seperti turun salju saja, itu hanya pemikiran aku saja. walau aku sendiri belum pernah ke tempat yang negaranya sering turun salju, tapi mungkin dinginnya akan seperti ini. Aku saja yang di tempat tidur sudah merasa sangat kedinginan apalagi kalau di luar rumah pasti amat sangat dingin. Walau hati ini ingin sekali bangun tapi mata ini tak kuat untuk membuka, aku usahakan untuk membukanya tapi tetap tak bisa.
Dari dapur ibu sedang memasak sambil memanggil-manggil namaku untuk supaya bangun. Aku mencium makanan yang sering ibu buat sebelum pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga yaitu nasi goreng. Ibu sering membuat nasi goreng karena kadang ada sisa nasi kemarin yang tidak habis sehingga dari pada di buang, ibu buat nasi goreng saja. Saat ibu memanggilku terus,aku pun berusaha beranjak dari tempat tidur. Saat aku menatap jam tak kusadari waktu sudah menunjukan pukul 04:35 pagi, aku pun buru-buru pergi kekamar mandi. Mungkin bagi sebagian orang lain jam segini masih terlalu pagi untuk bangun dan mungkin masih banyak yang masih di tempat tidur, tapi bagi aku jam segini adalah waktu yang ideal untuk mandi. Bukan karena aku ingin melakukan sesuatu di pagi hari tapi karena aku dan keluargaku mengontrak di kontrakan yang hanya mempunyai satu kamar mandi dan satu wc saja sehingga kami harus mengantri dengan penghuni kontrakan yang lain jika ingin mandi. Sedangkan kontrakan yang kami tinggali ada lima kamar dan di setiap kamar kontrakan terdapat satu keluarga yang semuanya mempunyai anak. Sedangkan keluargaku saja terdiri dari aku dan kedua adikku dan juga ibuku, untuk itulah agar aku tidak terkena antrian panjang aku harus bangun pagi-pagi sekali.
Ayahku sudah lama meninggal dunia sehingga aku dan juga adik-adikku hanya di biayai oleh ibuku. Ibuku bekerja sebagai pembantu rumah tangga yang gajinya memang tak seberapa tapi lumayan dari pada tidak punya uang sama sekali sedangkan aku sendiri membantu ibu cari uang juga untuk membantu membiayai semua kebutuhan rumah tangga dan juga sekolah.Aku sangat kasihan melihat ibuku yang berjuang sendirian untuk anak-anaknya. Karena aku tak tega melihat ibuku berjuang sendirian akhirnya aku memutuskan untuk bekerja membantu ibuku sebagai penjaga warnet. Aku bekerja sehabis pulang sekolah. Walau gajinya kecil setidaknya aku bisa membantu ibuku. Sebenarnya aku membantu ibuku belum lama sebelum kejadian itu terjadi. Kejadian yang membuat aku ingin membantu ibuku itu terjadi pada malam hari. Saat aku tertidur dengan lelapnya, aku mendengar suara bising di dapur. Saat aku tertidur aku pikir mungkin itu hanya suara tikus yang sedang mencari makan di dapur. Tetapi suara itu terus terdengar oleh kupingku,sehingga aku pun merasa terganggu dengan suara itu. Akhirnya aku memutuskan untuk bangun dan melihat keadaan di dapur. Saat aku berjalan ke arah dapur, aku melihat di dapur ada seseorang yang sedang mencari sesuatu di meja makan. Kemudian akhirnya aku memutuskan untuk mengintip di belakang tembok yang memisahkan antara dapur dan juga tempat tidur. Saat aku melihat dari arah tembok ternyata yang dari tadi berisik sekali adalah ibuku yang berada di dapur. Saat aku lihat ibuku membuka tempat makanan satu persatu, aku berpikir apa yang di lakukan ibu seperti itu. Aku semakin penasaran melihat tingkah laku ibu. Kemudian ibu membuka tempat nasi, kulihat ibu memakan satu persatu nasi yang masih tersisa pada tempat nasi itu. Setelah ku memperhatikan kejadian itu baru aku sadari ternyata ibu sedang kelaparan. Melihat kejadian itu aku sangat sedih sekali karena aku sebagai anaknya tak bisa berbuat apa-apa ketika ibuku sedang kelaparan. Setelah melihat kejadian itu karena aku tidak tahan menyaksikan yang baru saja aku lihat aku berlari ketempat tidur dan di tempat tidur aku hanya bisa menangis dan dalam tangisku aku bertekad untuk membantu ibuku mencari uang untuk menambah pendapatan ibu. Sejak saat itulah aku mencari kerja dan alhasil aku mendapat pekerjaan di warnet yang pemiliknya tetanggaku sendiri dan hingga sampai sekarang aku bekerja di warnet. Aku sangat bersyukur sekali bisa bekerja di warnet itu, karena warnet itu tidak mengganggu sekolahku.
Saat aku beranjak ke kamar mandi ternyata di kamar mandi sudah ada yang mandi duluan. Akhirnya aku menunggu di tempat duduk yang berdekatan dengan kamar mandi. Tempat duduk itu sengaja di buat atas ide seluruh penghuni kontrakan agar tak kesal menunggu giliran untuk mandi. Sambil menunggu giliran mandi aku termenung di atas tempat duduk yang di sampingnya sebuah pohon mangga. Aku berpikir ‘’mengapa pemilik kontrakan ini tidak bikin saja kamar mandinya dua atau tiga agar aku tak mengantri seperti ini. Aku kesal menunggu seperti ini, aku bisa terlambat pergi sekolah hanya karena gara-gara menunggu giliran mandi. Buat apa kami setiap bulan bayar kontrakan tapi membuat kamar mandi pun susah’’. Sebenarnya kami yang menghuni kontrakan ini sudah lama mengadukan atas kekurangan kamar mandi kepada pemilik kontrakan tapi sampai sekarang belum ada tanggapan dari pemilik kontrakan ini. Lamunanku pun terus berlanjut ’’andai saja aku punya kontrakan yang banyak mungkin aku tak usah bekerja dan juga tak usah kerja capek-capek tinggal saja di rumah menunggu setiap bulan orang-orang yang mengontrak di kontrakanku bayar’’. Saat aku berkhayal tiba-tiba saja daun jatuh kemuka aku sehingga membuat aku terkejut. Saat aku terkejut karena daun yang jatuh di muka aku, terus aku melihat kearah kamar mandi, ternyata orang yang mandi masih ada.Lalu di dalam hatiku berbicara ‘’lama sekali ini orang mandi, mana hari mulai terang. Bisa-bisa aku terlambat sekolah’’. Setelah aku berbicara di dalam hatiku tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka dan tanpa mengulur-ulur waktu aku langsung berlari pergi ke kamar mandi agar tak ada yang mendahului aku.
Setelah aku selesai mandi dan sudah berpakaian rapih, ibu menyuruh aku untuk membangunkan adik-adikku.
‘’dek..dek…dek.. bangun!’’
Pertama aku membangunkan adikku yang laki- laki yaitu Andi yang berumur 10 tahun kelas 5 SD. Aku menepuk-nepuk bahunya agar cepat bangun. Dan kemudian aku membangunkan adik perempuan ku yang bernama Lina. Dia berumur 7 tahun kelas 2 SD. Setelah ku bangunkan keduanya tak lama kemudian mereka pun bangun. Ketika adik-adikku mandi aku sarapan nasi goring sambil membuka buku pelajaran. Inilah kebiasaan ku bila sarapan pagi aku selalu sambil membuka buku pelajaran dan berkat kebiasaan ini pula aku bisa juara di kelasku. Memang kadang ibu suka menasehatiku untuk tidak melakukan itu, bila makan jangan sambil membaca buku tapi aku hanya meng iya kan saja tapi besoknya aku tetap melakukan itu lagi. Tapi akhir-akhir ini ibu tak pernah berbicara lagi tentang kebiasaanku itu, mungkin ibu sudah bosan untuk memberi tahukannya lagi. Sebenarnya kebiasaan ini bukan tanpa alasan. Dahulu aku bukanlah orang yang pintar dan juga bisa menjadi juara kelas seperti sekarang. Dahulu aku anak murid yang biasa-biasa saja di bilang bodoh tidak di bilang pintar juga tidak.Nilai rapotku pun biasa saja. Aku termasuk murid yang nilai rapotnya di tengah-tengah. Dahulu aku orangnya sangat pemalas dan juga tak pernah namanya belajar yang aku lakukan di rumah hanya bermain dan sekolah pun aku hanya anggap sebagai tempat main-main saja, tapi saat aku masih baru-baru masuk SMA pemikiranku pun berubah gara-gara kejadian yang tak bisa ku lupakan sampai sekarang. Kejadian itu terjadi saat aku masih baru-baru masuk sekolah yaitu saat aku kelas 1 SMA. Saat itu di sekolah di kelasku sedang ada pelajaran matematika dan ibu guru menyuruh kami mengerjakan tugas yang ada di halaman 17 dan ketika aku sedang mengerjakan matematika ada jawaban yang menurutku salah dan ketika itu aku membutuhkan penghapus untuk menghapus jawaban yang salah. Kemudian aku membuka tas untuk mengambil penghapusku, saat aku menggeledah tasku ternyata di dalam tasku tidak ada penghapusku, pikirku mungkin penghapusku diambil oleh adikku karena memang sering adikku meminjam penghapus dari aku. Kemudian aku meminjam penghapus kepada teman sebelahku, ternyata dia pun tidak punya penghapus.setelah itu aku memijam kepada teman di depanku mereka pun tidak memiliki penghapus dan kemudian aku meminjam penghapus dari teman belakangku, ternyata penghapusnya di pinjam teman di belakangnya. Karena dari tadi aku mencari penghapus terpaksa aku berjalan mengambil penghapus temanku yang di pinjam oleh teman yang berada di belakangnya. Lalu kemudian aku dekati temanku itu yang bernama Dedy, saat aku dekati ternyata dia sedang memakai penghapus itu,blalu aku menunggu di depan meja si Dedy. Tiba-tiba saja Dedy berteriak
‘’ibu Hidi nyontek,bu!’’
Berulang kali Dedy menyebutkan itu sehingga teman-teman sekelasku melihat ke arahku dan ibu guru pun menghampiriku
‘’ada apa Dedy?’’sapa ibu guru
‘’ini bu, si Hidi nyontek’’jawab si Dedy
‘’benar Hidi, kamu nyontek?’’tanya bu guru
‘’enggak bu’’jawab aku
‘’terus kamu ke tempat Dedy mau ngapain?’’tanya ibu guru
‘’ini ibu, aku Cuma ingin pinjam penghapus saja’’jawabku
‘’bohong bu, itu Cuma alesan saja’’kata Dedy
‘’sumpah bu, aku tak berniat untuk nyontek aku Cuma pinjam penghapus saja’’jawab aku
‘’ya sudah, kamu Hidi kembali ketempat kamu’’kata ibu guru
Kemudian aku ke tempat dudukku.di tempat duduk aku sangat malu sekali karena mungkin teman-temanku yang lain beranggapan aku mencontek. Aku tengok ke kanan dan ke kiri melihat teman-temanku mereka seakan membicarakan aku. Mungkin mereka berpikir aku mencontek beneran karena mungkin anggapan mereka aku ini anak bodoh. Anggapan mereka tentang aku anak bodoh ada penyebabnya karena dua minggu sebelumnya aku di hukum oleh guru bahasa Indonesia karena aku tidak mengerjakan PR puisi. Aku di hukum oleh ibu guru di hadapan teman-teman kelas, kupingku di jewer oleh ibu guru. Kejadian itu pun membuat aku sangat malu sekali, apalagi itu aku baru masuk sekolah SMA, tapi aku sudah membuat masalah. Kata teman-teman aku katanya aku di masukan buku hitam gara-gara tidak mengerjakan PR bahasa Indonesia. Sejak itu aku sangat benci sekali pelajaran bahasa Indonesia, dan semenjak itu pula aku di cap sebagai anak malas dan juga bodoh.
Ketika aku duduk di bangku sambil merundukkan kepalaku karena malu atas sangkaan temanku yang menganggap aku mencotek saat pelajaran matematika teman sebangku aku yang bernama Ijal tiba-tiba mengusap punggung aku
‘’Aku tau kok, kamu tidak mencontek.karena memang dari tadi kamu mencari penghapus’’
‘’Terima kasih Jal, telah mempercayai aku’’
‘’Iya, sama-sama’’ Semenjak itulah aku berjanji kepada diriku sendiri untuk menjadi orang pintar supaya mereka percaya bahwa aku itu bukan orang bodoh yang sering mencontek.
Setelah aku selesai makan aku mempersiapkan seragam sekolah adik-adikku dan tak lama mereka pun selesai mandi. Aku pun membantu adik-adikku untuk memakai seragam sekolah. Aku setiap hari selalu mempersiapkan semua keperluan sekolah adik-adikku karena ibuku biasanya sudah berangkat kerja,ibu hanya menitipkan salam saja sama adik-adikku. Ketika meraka sudah selesai memakai seragam mereka aku suruh untuk sarapan dulu. Di saat mereka sarapan tiba-tiba saja terdengar dari luar suara klakson motor, lalu aku berjalan ke arah jendela untuk melihat siapa yang mengelakson. Disana kulihat Ijal sedang menaiki motor. Aku biasa pergi ke sekolah bersama Ijal mengendarai motor. Kami sering bareng pergi sekolah karena kami satu sekolah dan juga satu kelas yaitu kelas 12 jurusan IPA jadi kami sering berdua, dan lagi aku tidak mempunyai motor sehingga aku sering di bonceng oleh Ijal. Karena Ijal sudah datang dan aku tak mau membuat Ijal menunggu, akhirnya aku meninggalkan adikku di rumah berdua dan mereka pun tau apa yang harus di lakukan karena sudah biasa kami seperti ini.