Hidup kelabu

syaehoni
Chapter #5

Pementasan drama

Di kelas hari ini pelajaran pertama adalah pelajaran seni. Hari itu pak Ali ingin melihat perkembangan latihan drama di setiap kelompok. Lalu kemudian yang pertama pak Ali panggil adalah kelompok 1 yang di ketuai oleh Kevin,l alu kelompok 1 pun tampil di depan kelas mempersembahkan drama mereka yang berjudul maling kundang. Setelah kelompok 1 menyelesaikan drama itu dan semua murid pun bertepuk tangan begitu juga pak Ali, lalu kemudian giliran kelompok aku yaitu kelompok 2 yang di ketuai oleh Geby. Saat kelompok kami tampil banyak sekali kesalahan yang kami perbuat. Entah itu banyak yang belum hafal dialognya maupun banyak yang masih bingung. Saat kami telah menyelesaikan tampilan drama kami, tiba-tiba saja pak Ali agak begitu marah

‘’Sudah berapa kali kalian latihan?’’ ucap pak Ali

‘’Sudah dua kali pak’’ jawab Geby

‘’Apa, sudah hampir empat minggu baru dua kali latihan, apa yang kalian lakukan selama ini. Drama kalian berantakan sekali, apa yang akan kalian tampilkan sedangkan waktu kalian tinggal satu bulan lagi. Kevin, kelompok kalian sudah berapa kali latihan?’’ ucap pak Ali

‘’Sudah delapan kali pak’’ jawab Kevin

‘’Lihat kelompok satu sudah delapan kali latihan sedangkan kalian baru dua kali latihan, bapak sangat kecewa. Apa kalian tidak malu melihat kelompok satu yang begitu bagus dan juga ada sebagian yang sudah hafal sedangkan kelompok kalian amat sangat berantakan. Hmmm…baik karena waktu pelajaran bapak sudah selesai, nanti dua minggu lagi bapak tidak mau melihat lagi penampilan drama seperti tadi lagi’’ ujar pak Ali

Mendengar perkataan pak Ali tadi kelompok kami hanya terdiam, dan sampai pelajaran terakhir kami semua masih terdiam. Saat kami semua akan hendak pulang tiba-tiba saja Geby menyuruh kelompok kami untuk latihan dan kali ini latihannya di sekolah tepatnya di kelas kami. Hari ini seusai pulang sekolah kami sangat serius sekali dengan latihan dramannya, itu bisa di lihat dari wajah teman-teman yang sangat fokus melihat arahan dari Geby dan tak banyak bercanda seperti latihan sebelumnya. Saat waktu mulai gelap kami pun menyudahi latihan dramanya. Satu persatu anak-anak mulai keluar dari kelas untuk pulang kerumah. Aku pun mulai buru-buru untuk meninggalkan kelas ini karena aku takut di tinggalkan oleh anak-anak yang lain. Saat aku sudah merapikan naskah dan memasukan naskahnya di dalam tasku, aku langsung berlari mendekati Andri untuk jalan bersama. Aku tak berani jika harus berjalan sendirian di tangga yang menyeramkan itu apalagi hari sudah gelap begini. Saat aku berjalan di tangga yang menyeramkan itu bersama Andri aku selalu melihat kiri kanan dan juga menengok ke belakang. Sehingga Andri curiga dengan tingkah lakuku

‘’Kenapa Di, aku lihat kamu seakan gelisah?’’

‘’Tidak apa-apa Ndri’’

Tak lama kemudian kami berdua sampai di pos jaga, sana ada satpam penjaga sekolah. Kami semua pun berkumpul di pos jaga, lalu kemudian pak satpam pun mendekati

‘’Kalian baru pulang habis ngapain?’’ tanya pak satpam

‘’Habis latihan drama pak’’ ujar Geby

‘’Latihan dimana?’’ tanya pak satpam

‘’Latihan di kelas kami pak!’’ ucap Geby

‘’Maaf. Bapak kasih saran saja, lebih baik kalau latihan di rumah kalian saja, jangan di sekolah’’ ujar pak satpam

‘’Memang kenapa pak?’’ tanya Heni

‘’Bukannya bapak nakut-nakutin.Selama bapak jaga malam di sini, bapak sering melihat hantu di lorong kelas 12 dan juga ketika bapak berada di lapangan dan menengok kearah lantai kelas 12, di atas ada seorang perempuan yang melambaikan tangan kearah bapak yang sedang berada di bawah’’ ucap pak satpam

‘’Benar pak’’ ujar semua anak-anak

‘’iya,bapak tidak bohong. Bapak takut kalau kalian latihan di sini lagi takut terjadi sesuatu’’ ujar pak satpam

‘’Terima kasih pak atas pemberitahuannya. Ya sudah kami pulang dulu pak’’ ujar Andri

‘’Iya, hati-hati di jalan’’ jawab pak satpam

Kami semua pun pulang sambil membicarakan tentang apa yang di kata pak satpam tadi. Kami semua merasa terkejut kecuali aku karena aku sudah tahu bahwa sekolah ini ada hantunya. Tapi setelah aku dengar apa yang di katakana pak satpam itu, ternyata yang katanya dalam buku itu lorong kelas yang ada hantunya itu adalah lorong kelas 12. Berarti di setiap lantai sekolah ini berhantu. Saat sampai rumah aku langsung mandi karena badanku sudah mulai gatal-gatal kemudian aku makan setelah itu aku langsung beranjak ke tempat tidur untuk segera tidur.

Di kelas semua anak-anak menceritakan tentang kejadian kemarin, mereka menceritakan tentang kejadian pak satpam yang melihat hantu di kelas 12. Aku hanya mendengarkan mereka berbicara karena suaranya yang begitu keras sehingga aku tidak perlu mendekati mereka jika ingin tahu apa yang mereka obrolkan. Berisik sekali mendengarkan mereka bercerita tentang kejadian itu dan ada beberapa teman juga ada yang melebih-lebihkan seperti seakan mereka yang bercerita merasakan aura yang tidak enak ketika kami sedang latihan padahalkan menurut aku mereka biasa saja waktu latihan karena mungkin terlalu fokus latihan. Kalau aku memang saat latihan itu aku sudah ada rasa ketakutan di kelas itu. Ketika aku sedang menggambar-gambar iseng di buku tulis, datanglah Andri kepadaku

‘’Hidi ,kamu enggak ikut ngobrol bareng sama mereka?’’

‘’Enggak ah, aku lagi pengen sendiri’’

‘’Ih. Aku boleh Tanya Di?’’

‘’Tanya apa?’’

‘’Kemaren saat kita jalan bereng waktu di sekolah, aku merasa ada yang aneh di diri kamu?’’

‘’Aneh bagaimana?, mungkin itu hanya perasaan kamu saja kali Ndri!’’

‘’Enggak Di, aku merasa kamu waktu itu merasa ketakutan!’’

‘’Ketakutan bagaimana?’’

‘’Aku bisa melihat dari gerak gerik kamu dan juga dari wajah kamu!’’

‘’Ah biasa saja koq aku waktu itu’’

‘’Jangan bohong Di, aku tahu sekali kamu’’

‘’Sumpah Ndri, waktu itu aku biasa saja’’

‘’Sumpah demi apa?, sumpah demi tuhan berani tidak?’’

Lalu aku pun terdiam, karena aku takut jika sumpah demi tuhan. Karena jika aku bohong nanti tuhan akan mengazab diriku. Jadi karena aku tidak berani, aku pun jujur kepada Andri

‘’Tapi kamu janji jangan bilang siapa-siapa yach, soalnya aku takut sekolah ini heboh’’

‘’Iya aku janji’’

‘’Sebenarnya aku sudah tahu bahwa sekolah ini ada hantunya’’

‘’Koq kamu bisa tahu, memang kamu punya indra ke enam’’

‘’Bukan Ndri. Waktu itu saat aku kekantor, aku di suruh ibu Yeti untuk menaruh bangku bu Yeti yang sudah rusak ke gudang, dan aku bawa bangku itu ke gudang dan saat aku menaruh bangku itu aku melihat di laci meja yang sudah rusak melihat sebuah buku dan akhirnya saat di rumah aku baca buku itu. Setelah aku baca buku itu, buku itu menceritakan tentang sekolah yang berhantu. Di buku itu menceritakan tempat-tempat yang berhantu di sekolah itu. Dan kamu tahu tidak, tempat-tempat yang di ceritakan dalam buku itu sama persis seperti sekolah kita, sejak itulah aku mulai ketakutan jika berada di sekolah ini’’

‘’Serius kamu’’

‘’Iya. aku serius’’

‘’Coba aku pingin baca buku itu’’

‘’Tapi buku itu tidak aku bawa. bukunya aku taruh di rumah’’

‘’Boleh aku pinjam’’

‘’Boleh’’

‘’Yach sudah setelah pulang sekolah nanti aku kerumahmu yach’’

Lihat selengkapnya