Akhir-akhir ini aku tidak pernah lagi berangkat dan pulang bareng bersama Ijal karena sekarang Ijal sudah jadian sama Heni. Jadi Ijal lebih sering berangkat dan pulang bareng bersama Heni. Aku sekarang berangkat dan pulang sekolah selalu menaiki angkot. Hari ini aku datang kesekolah sedikit terlambat karena jalanan yang macet dan juga di sertai dengan angkot yang selalu berhenti, sehingga mau tidak mau aku datang kesekolah agak terlambat. Saat datang ke kelas aku lihat di samping tempat duduk ku tidak ada tas si Ijal, aku berpikir mungkin si Ijal tidak masuk karena sakit. Dan tak lama kemudian saat aku lagi duduk di tempat ku tiba-tiba Ijal masuk ke kelas. Aku pikir Ijal tidak masuk sekolah, tapi mengapa Ijal tidak membawa tas. Saat Ijal lewat di hadapanku, baru saja aku hendak menyapanya tiba-tiba saja dia hanya melewati diriku saja tanpa menyapa atau pun hanya sekedar menoleh. Dan ku lihat Ijal berjalan ke arah tempat duduk belakang. Aku tak mengerti mengapa Ijal bertingkah tak seperti biasanya kepadaku. Lalu aku berdiri dan menghampiri Ijal
‘’Jal, koq kamu tidak bawa tas?’’ tanyaku
Tapi Ijal hanya diam saja tak menjawab pertanyaanku dan malah seakan dia berusaha menghindar dari pandanganku
‘’Jal,kenapa kamu tidak jawab pertanyaanku?’’ tanyaku kembali
Tapi Ijal tak menjawab pertanyaanku kembali. Malah dia berusaha mengacuhkan aku dengan cara mengajak temannya untuk keluar dan mereka pun pergi meninggalkan aku. Setelah Ijal meninggalkan aku sendiri, aku lihat di bangku yang tadi di tempati Ijal ada tas yang biasa Ijal pakai. Apa mungkin Ijal pindah tempat duduk, terus mengapa Ijal pindah tempat duduknya?, itu yang aku pikirkan selama berada di tempat itu. Setelah itu aku pun pergi dari tempat itu dan duduk di tempatku. Saat berada di tempat dudukku aku selalu memikirkan tingkah laku Ijal yang sudah berubah yang tak seperti biasanya. Saat bell masuk berbunyi aku lihat Ijal benar saja duduk di belakang dan aku di depan duduk sendiri. Aku masih tak mengerti dengan perubahan Ijal sekarang. Sampai pulang sekolah pun Ijal masih berusaha menghindar dariku. Saat di rumah aku masih memikirkan kenapa Ijal bisa berubah begitu, seperti menghindar dariku. Aku memikirkan apakah aku punya salah sama Ijal?, sepemikiranku aku tak punya salah apa-apa kepada Ijal. Aku masih bingung dengan perubahan tingkah laku Ijal. Hari kedua setelah perubahan yang di alami oleh Ijal, aku dan Ijal saat bertemu masih diam-diaman saja tak berbicara sepatah kata satu pun. Sebenarnya dalam diri hatiku ingin sekali menyapa atau ngobrol bareng seperti dulu, tapi jika aku menyapa malah di acukan mending aku pun saat berpapasan dengan Ijal hanya diam saja. Hari ke tiga setelah perubahan Ijal, saat kelas masih sepi yang ada hanya Andri. Aku dan andri mengobrol bareng. Kami di situ banyak sekali yang di obrolkan dan salah satunya adalah obrolan yang membuat aku penasaran selama ini yaitu obrolan dengan perubahan Ijal selama ini
‘’Hidi, kamu dan Ijal sudah baikan?’’
‘’Baikan apa?’’
‘’Kalian lagi marahankan?’’
‘’Marahan!, memang siapa yang marah?’’
‘’Si Ijal sama kamu’’
‘’Iya Dri, dari kemarin aku penasaran sekali dengan perubahan Ijal kepadaku. Memang kamu tahu kenapa si Ijal bisa marah seperti itu kepadaku?’’
‘’Memang kamu belum tahu kenapa Ijal bisa berubah seperti itu ke kamu?’’
‘’Belum Dri’’
‘’Aku kira kamu sudah tahu. Si Ijal marah sama kamu karena kamu telah mengkhianati dia’’
‘’Mengkhiamati bagaimana?’’
‘’Katanya kamu diam-diam telah berduaan di warnet dengan Heni’’
‘’Berduaan bagaimana?’’
‘’Aku dengar kata Ijal, kamu dan juga heni sering bertemu di warnet’’
‘’Astaga, memang aku dan heni sering ketemuan di warnet, tapi kami hanya mengobrol biasa saja. Lagian itu juga Heni yang menghampiri aku dan aku juga tak punya perasaan apa-apa kepada Heni"
‘’Oh, begitu kejadianya. Mendingan kamu ngomong langsung saja sama Ijal.biar masalahnya selesai. Ya sudah Hidi aku ke toilet dulu’’
Untung saja Andri memberitahukan apa yang terjadi dengan perubahan Ijal selama ini kalau tidak aku tidak akan tahu sama sekali dengan perubahan Ijal selama ini. Tapi aku masih heran mengapa Ijal bisa berpikran seperti itu kepadaku, padahalkan dia tahu aku tidak menyukai sama sekali Heni. Yang aku masih tidak bisa pikir mengapa Ijal tak ngomong langsung kepadaku, malah membicarakan di belakangku.sehingga teman-teman yang lain menganggap aku tukang ngerebut kekasih orang. Pantas saja sekarang ini aku merasa teman-teman di kelasku berubah tingkah lakunya kepadaku. Saat aku sedang berada di tempat duduk Andri, tiba-tiba saja Ijal lewat di hadapanku. Ingin hatiku mengutarakan apa yang aku pikirkan,tapi urung aku lakukan karena aku pikir pasti Ijal tak akan mendengarkan aku dan berusaha menghindar.
pelajaran pertama adalah pelajaran bahasa Inggris yang mengajar adalah pak Joko, dia adalah wali kelas kami. Pak Joko itu sangat tegas dan di siplin, tapi walaupun tegas dan disiplin pak Joko termasuk guru yang humoris. Kami senang sekali di ajar oleh pak Joko, apalagi beliau adalah wali kelas kami.
Saat kami sedang di ajar oleh pak Joko tiba-tiba saja dari arah pintu ada yang mengetuk pintu. Lalu pak Joko menyuruh masuk, ternyata itu pak Kusmin yaitu OB sekolah
‘’Ada pak Kusmin?’’ ucap pak Joko
‘’Ini pak, di suruh pak kepala sekolah untuk ke kantor’’ jawab pak Kusmin
‘’Baik pak Kusmin, saya nanti akan ke sana. Terima kasih pak Kusmin’’kata pak Joko
‘’Sama-sama pak’’ jawab pak Kusmin sambil meninggalkan kelas kami
‘’Baik anak-anak karena bapak di panggil kepala sekolah jadi bapak kasih tugas saja yach. Kerjakan halaman 24’’ ucap pak Joko
‘’Baik pak’’ semua murid menjawab serentak
Setelah pak Joko ke kantor kepala sekolah, kelas pun mulai bising karena banyak anak-anak yang mengobrol dan juga benyak anak-anak yang keluar kelas. Suasana di kelas bagaikan di pasar saja.T api aku dan beberapa murid yang lain mengerjakan apa yang di tugaskan pak Joko. Pada saat mengerjakan tugas tiba-tiba saja Heni menghampiriku sambil membawa tas