Besoknya aku berangkat sekolah pagi-pagi sekali dan seperti biasa aku ke sekolah berjalan kaki. Saat pagi-pagi jalan masih terasa sepi dan juga udara pun masih segar. Saat aku berjalan aku lihat di sekeling jalan banyak sekali botol-botol bekas yang berserakan, aku ingin sekali mengambilnya tapi masa botol-botol ini aku bawa ke sekolah dan lagian aku malu bawa botol-botol ini ke sekolah soalnya apa nanti kata temanku jika aku tahu sekarang aku adalah seorang pemulung. Mungkin nanti saat pulang sekolah saja aku ambil itu botol bekas. Saat sampai di sekolah aku hanya duduk terdiam di bangku aku, walau kadang si Heni mengajak ngobrol tapi aku tak terlalu serius menanggapinya karena aku masih kepikiran dengan botol-botol itu .Aku memikirkan bagaimana supaya nanti aku bisa mengambil botol-botol itu di waktu pagi, soalnya aku tahu kalau sudah siang pasti botol-botol itu sudah di ambil oleh pemulung-pemulung yang lain. Tak lama bell masuk pun berbunyi, seperti biasa saat di suruh mengerjakan LKS aku terlebih dahulu meminjam buku dari Heni untuk menulis dulu soalnya kedalam buku tulis. Walau aku merasa tidak enak terus-terusan pinjam buku LKS terus-terusan kepada heni. Karena dengan aku terus-terusan meminjam buku LKS kepada heni otomatis waktu untuk mengerjakan soal untuk Heni berkurang karena aku. Walau Heni sering menjawab tidak apa-apa saat aku harus memijam buku LKS itu tapi aku merasa tidak enak hati. Kadang beberapa kali aku lihat Heni, saat aku menulis soal terlebih dahulu, dari raut muka Heni agak terlihat jelas muka yang tidak mengenakan untuk di lihat. Aku merasa bersalah sekali kepada Heni, karena mengganggu waktu untuk mengerjakan soalnya. Aku sangat berhutang budi sekali dengan Heni, karena kalau tidak ada Heni siapa lagi yang akan mau meminjamkan buku LKS nya itu. Sesekali aku selalu minta maaf kepada Heni
‘’Hen, aku minta maaf yach, karena telah mengganggu waktu kamu untuk mengerjakan soal ini!’’
‘’Sudah tidak apa-apa’’
‘’Tapi aku merasa tidak enak terus-terusan memijam buku LKS kamu?’’
‘’Kita kan teman, jadi kita harus tolong menolong’’
‘’Tapi!’’
‘’Ya sudah jangan di pikirin, mending yang kita pikirin bagaimana supaya enak di kamu dan juga enak di aku!’’
‘’Oh ya sudah kita pikirin bersama-sama bagaimana solusinya’’
Beberapa menit kami berpikir untuk mendapatkan solusi dari masalah ini dan tak lama Heni mendapatkan solusinya
‘’Di, aku dapat solusinya!’’
‘’Apa Heni?’’
‘’Begini saja, kamu tulis semua saja soal yang ada di LKS ini. Nanti aku pinjamkan LKS ini untuk di bawa pulang kamu dan di rumah kamu mengerjakannya. Bagaimana ideku?’’
‘’Hhmmm…bagus tuh Heni, kenapa enggak dari dulu saja melakukan ini’’
‘’dulu kita belum kepikiran, sekarang baru ke temu idenya. Ya sudah nanti aku pinjamkan buku LKSnya’’
‘’Ya, terima kasih Hen’’
‘’Ya sama-sama’’
Setelah bell istirahat berbunyi aku seperti biasa hanya berada di dalam kelas saja sambil membaca buku dan sesekali mengerjakan soal. Karena aku jenuh karena sudah beberapa kali aku membaca buku itu lagi akhirnya aku bosan dan kemudian aku keluar untuk duduk di bangku depan kelas, sambil melihat teman-teman yang lain mengobrol. Ketika tak sengaja aku melihat Kevin sedang berjalan bareng bersama Linda anak kelas 11. aku berpikir dalam hatiku
‘’kenapa Kevin berjalan bersama Linda, padahal Kevin pacarnya Geby. Apa Geby tidak cemburu melihat mereka jalan bareng’’
Aku terus memandang ke arah mereka, aku merasa mereka seperti pacaran saja karena sesekali mereka bergandengan tangan. Kemudian aku lihat dari arah berlawanan dengan Kevin aku lihat Geby hanya memandang dari arah kejauhan, sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka. Apakah mereka sudah putus?, tapi mengapa gossip belum menyebar di kelas. Biasanya ada biang gossip dari salah satu temanku yang hoby gossip menyebarkan berita ini. Tapi sudahlah ini bukan urusanku karena urusanku sekarang adalah bagaimana cara nya aku bisa bertahan untuk hidup. Lama aku memandang dia antara mereka dan tak lama bell pun berbunyi. Kemudian aku dan teman-teman yang lain pun masuk ke kelas.
Saat di kelas kami hendak memulai pelajaran tiba-tiba saja salah satu teman kelasku mengangkat tangan hendak memberitahukan sesuatu
‘’Iya ada apa Dini?’’ kata pak guru
‘’Pak,uang untuk bayar bimbel aku hilang!’’ jawab Dini
‘’Maksudnya?’’ guru
‘’Tadi pagi aku di suruh mamah aku untuk bayar uang bimbel tapi tadi waktu istirahat aku simpan di tas ,lupa untuk membayarnya. Terus sekarang uang itu hilang pak’’
‘’Mungkin ada yang nyuri nya pak’’ kata Ijal
Tak lama kelas mulai rusuh oleh obrolan anak-anak murid
‘’Sudah tenang-tenang dulu.kamu yakin uangnya hilang?’’ kata bapak guru
‘’Iya pak soalnya tadi pas mau ngambil buku uangnya masih ada pak’’ jawab Dini
‘’Pak,berarti pas hilangnya pas jam istirahat’’ kata Ijal
‘’Baik, tadi siapa yang lihat pada jam istriahat ada orang yang masuk ke kelas ini?’’
‘’Pak bukannya saya menuduh yach, pas jam istirahat yang di kelas setiap hari hanya ada Hidi pak!’’ jawab Ijal
Setelah Ijal mengatakan itu banyak teman-teman yang memandang diriku dan kadang berbisik-bisik membicarakan aku dengan teman sebelahnya. Aku di situ merasa terpojok karena memang hanya aku pas jam istirahat yang berada di kelas. Badanku sudah keluar keringat dingin karena semua orang memandang diriku dan juga membicarakan aku.
‘’Bener kamu tadi di kelas Hidi?’’ tanya bapak guru
‘’Iya pak, tapi aku tak mengambil uang dini pak, sumpah!’’
‘’Iya pak mana mungkin Hidi mengambil uang orang lain, aku kenal betul Hidi itu seperti apa?’’ kata Heni
‘’Tapi di sini waktu jam istirahat hanya ada Hidi’’ kata ijal
‘’Ijal, kamu koq nuduh gitu, kan belum ada bukti’’ jawab Heni
‘’Sudah. Bapak mau Tanya Hidi dulu.Kamu bener pas jam istirahat ada di kelas?’’ tanya bapak guru
‘’Iya pak, tapi Cuma sebentar. Setelah itu aku duduk-duduk di depan pak. Tapi sumpah pak aku tidak mengambilnya, coba saja bapak geledah tas dan seluruh badanku’’ jawab aku dengan nada yang serak-serak basah dan sedikit dengan mata yang berbinar-binar ingin menangis
‘’Iya pak tadi aku melihat Hidi duduk di depan’’ kata Andri
‘’Ya sudah, dari pada nanti salah sangka mending kamu Hidi bapak geledah’’ ucap bapak guru
Kemudian bapak guru menggeledah seluruh badan aku dan juga tas aku. Aku sangat malu sekali di lihat teman-temanku yang memandang diriku penuh dengan curiga kecuali Heni yang selalu membelaku. Setelah aku di geledah oleh bapak guru, tidak di temukan apa-apa di tas maupun di badan aku.
‘’Pak kalau bisa semua teman di kelas ini di geledah saja, soalnya ini tidak adil buat Hidi. Bisa saja yang mengambil uangnya Dini teman-teman di kelas ini’’ kata Heni
Kemudian satu persatu anak murid di kelas aku di geledah oleh bapak guru.bukan hanya tas atau pun tubuhnya tapi dompet-dompet juga di periksa. Satu demi satu semua anak murid di periksa tapi sampai semua murid di kelas aku di periksa semua tapi bapak guru tidak menemukan uang itu. Karena uang itu tidak di temukan maka bapak guru lapor ke kepala sekolah. Tak lama terdengar bahwa semua murid yang berada di sekolah itu akan di periksa semua. Aku di kelas hanya terdiam malu karena semua orang tadinya menuduh aku. Aku serasa tidak punya muka lagi di sekolah ini. Ingin sekali aku berlari keluar sekolah ini dan tak mau kembali lagi. Aku merasa sudah tidak ada harga dirinya lagi di sekolah ini. Walau heni berusaha menyemangati aku tapi aku sudah tanggung malu. Aku di kelas hanya duduk sambil tertunduk dan menyenderkan kening ke meja. Kadang aku masih mendengar suara teman-temanku yang masih membicarakan aku. Tak lama kemudian Dini di panggil oleh wali kelas kami supaya pergi ke kantor. Lama Dini berada di kantor dan tak lama kemudian Dini kembali dan semua teman menanyai Dini karena ingin tahu apa yang terjadi di kantor. Tak lama setelah mereka mendengarkan apa yang di ceritakan Dini kepada teman-teman, kemudian Heni datang menghampiriku
‘’Di, sudah ketemu pelakunya’’
‘’Siapa Hen?’’
‘’Itu si Aldi kekasihnya si Dini sendiri’’
‘’Koq bisa?’’
‘’Tidak tahu’’
‘’Tapi itu koq dia bisa tahu kalau si Dini lagi pegang uang dan memang bener itu uang si Dini?’’
‘’Soalnya dia sendiri cerita ke si Aldi dan soalnya uangnya masih di steples dan juga masih di amplop jadi bisa ketahuan. Itu juga kata teman-teman sekelas si Aldi.’’
‘’Syukur deh jadi sekarang aku bisa sedikit tenang’’
‘’Tapi, kenapa kamu bisa tidak lihat si Aldi mengambil uang?’’
‘’Hmmm...oh tadi soalnya aku ke kamar kecil’’
Gara-gara kejadian itu aku baru tahu siapa teman aku sebenarnya. Heni begitu sangat baik sekali, membela aku di depan teman-temanku dan aku tak menyangka dia sebegitu pedulinya padaku. Yang aku tidak suka dari kejadian tadi adalah sebegitu bencinya kah Ijal kepada ku sehingga dia begitu ngotot padaku bahwa aku pelakunya yang mengambil uang si Dini.
Hari ini di kelas sangat berisik soalnya gara-gara kejadian itu kelas kami dan juga kelas-kelas yang lain tidak di ajar. Kepala sekolah tiba-tiba saja mengadakan rapat dadakan sehingga hampir di setiap kelas berisik. Sedangkan teman-teman yang lain asyik mengobrol dan aku meminjam buku LKS kepada Heni untuk mulai menyalin soal. Saat aku menyalin soal sesekali aku sambil mengerjakan soal yang mudah buatku. Aku merapikan buku-buku ku dan meminjam buku LKS kepada Heni untuk di lanjutkan di rumah.
Sehabis pulang sekolah aku seperti biasa mencari botol bekas dan juga kardus bekas. Aku menjadi seorang pemulung amat lah sangat malu, aku paling aku takutkan adalah jika berpapasan dengan orang yang aku kenal seperti teman sekolahku. Apa yang harus aku katakana jika bertemu dengan mereka. Mungkin saat itu terjadi aku merasa itu bakal menjadi akhir dari segalanya, karena aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika itu terjadi. Mungkin akan malu sekali dan tak tahu apa yang akan di pikirkan mereka ketika melihat aku begini. Hari ini aku berjalan agak jauh tidak seperti biasanya, karena di tempat yang aku biasanya cari botol bekas dan kardus bekas sudah jarang lagi aku temukan. Saat aku berjalan di depan sebuah warung tiba-tiba saja pemilik warung memanggil aku
‘’Dek, sini’’
‘’Iya ada apa pak?’’
‘’Entar dulu yach’’
Kemudian bapak pemilik warung itu masuk kedalam, sedangkan diriku menunggunya di depan warungnya dan tak lama pemilik warung itu keluar dengan membawa sebuah ikatan kardus bekas yang lumayan banyak
‘’Kamu mau tidak kardus-kardus ini,soalnya di gudang bapak sudah terlalu banyak kardus-kardus kayak begini!’’
‘’Mau pak, tapi…aku tidak punya uang untuk membayarnya!’’
‘’Bapak ngasih bukan untuk di jual, ini ambil’’
‘’Iya, terima kasih pak’’
‘’Iya sama-sama’’
Kemudian aku membawa kardus-kardus ini dan karena sudah terlalu banyak yang aku dapatkan dan juga ku sudah keberatan dan juga kerepotan membawa kardus bekas dan juga botol bekas akhirnya aku segera pulang. Di saat sampai rumah aku lihat di luar rumah ada satu karung botol minuman bekas, sedangkan aku merasa itu bukan hasil pencarianku. Kemudian aku masuk kerumah dan langsung menanyai ibu
‘’Bu, itu botol-botol bekas punya siapa yang di karung?’’
‘’Itu adik-adik kamu yang mencarinya’’
Dan kemudian aku meliahat adik-adikku yang sedang belajar dan kemudian aku medekati mereka
‘’itu botol bekas yang di karung hasil dari pencarian kalian’’ tanyaku dengan nada lembut
‘’Iya kak’’ jawab Andi
‘’Kenapa kalian mau mencari itu?’’ jawabku kembali