"Hahaha.." Suara tawa yang mengeleggar itu berasal dari meja paling pojok, dan paling jorok yang ada di sekolah ini. Konon, tak ada satu pun orang yang boleh duduk di sana karena meja itu adalah meja anak-anak nakal. Sekali saja kamu berani mendekat, maka kamu akan masuk kedalam golongan anak nakal, yang hobi keluar masuk ke ruang bk.
"Lo serius Jack? Tuh si Rana udah gede masih suka disuapin, dan di kelonin sama Ibunya?" sebuah suara terdengar di telingaku. Aku menoleh karena orang itu membawa-bawa namaku. Dan ketika menoleh, semua pandangan anak laki-laki yang ada di meja itu tertuju padaku.
Jadi, apakah mereka benar-benar ngomongin aku nih?
Namaku Rana Varelianty. Orang-orang mengenalku sebagai anak berprestasi, dan peraih juara umum saat kelas 10. Saat ini aku masih meginjak kelas 11 semester 2. Tak ada satu pun hari yang pernah aku lewati tanpa bergelung bersama buku-buku tebal nan membosankan ini. Apalagi, kelas unggulan mempunyai persaingan yang luar biasa. Bersama dengan anak-anak kelas unggulan, kami menempati meja panjang di tengah kantin.
Kami makan tanpa mengobrol. Kami makan seraya membaca, dan belajar.
Membosankan?
Ya, kadang kupikir begitu.
"Hai Rana." Jack--si anak nakal, sekaligus bos dari semua preman di sekolah ini menyapaku. Sebenarnya kami tak pernah melakukan perkenalan secara langsung, tapi mungkin saja Jack mengetahui namaku karena aku adalah peraih juara umum.