Ketika kembali ke kelas. Kila--yang merupakan teman satu mejaku bertanya mengenai insiden di kantin. Waktu istirahat tak ia pergunakan untuk makan di kantin. Perempuan dengan poni dora itu lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan.
Kadang, aku kebingungan sendiri. Mengapa ia bisa tak merasakan lapar seharian? Bahkan, ketika ada kerja kelompok, dan kami kembali makan untuk kedua kalinya. Kila masih tak bergeming, seolah tak tertarik dengan apapun yang berbau makanan.
Aneh bukan?
Oh, atau jangan-jangan Kila adalah seorang vampire yang merangkap menjadi seorang remeja cantik, dan berotak encer?
Yang benar saja Ran. Ini kan dunia nyata, bukan sinetron kesukaanmu dulu.
"Jack beneran numpahin makanan lo tadi?" ia bertanya. Aku mengangguk santai. Tak pernah ada sedikit pun niat untuk membalas perlakuan jahat Jack. Lagi pula, aku tak akan menang dari bos preman macam dia. Jadi, dari pada menjadi sasaran bully selanjutnya, lebih baik aku melupakan semuanya saja.
Dengan begitu, Jack, bersama para konco-konconya akan bosan juga menganggu perempuan tanpa ekpresi sepertiku.
"Wah nggak bisa di biarin nih. Perlu gue kasih pelajaran tuh si Jack." Kila melipat kemeja bagian tangannya. Perempuan itu memang agak tomboy, namun aku tak percaya bahwa ia akan seberani ini dengan bos preman seperti Jack.
Aku mengeleng lemah. "Nggak usah. Nanti juga dia cape sendiri."
"Lo nggak boleh diem aja kalau ada orang yang ngebully lo. Minimal ya, lo tuh harus kasih dia bogeman mentah kek, syukur-syukur kalau tendangan yang bisa ngebuat si Jack jatoh. Ah, kalau itu terjadi lo pasti bakalan jadi tranding topic di sekolah ini.