HIDUP TANPA TUHAN

Tanilshah
Chapter #1

Prologue

PESAN TERAKHIR

Untuk: Daddy dan Mommy

Tak kuasa lagi Kara tahan segalanya, Dad, Mom. Seribu kali pun Kara berdoa, nyatanya jalan berduri selalu membentang tak memberi sisi. Mungkin Tuhan marah pada Kara atau sebenarnya Tuhan sayang? Entah.

Walau Kara tak yakin apakah Tuhan berkenan mendengarkan pinta ini, tetapi Kara berharap Daddy dan Mommy selalu diberi perlindungan oleh-Nya. Kara mohon diri. Maaf kalau Kara... |

{}{}{}

Sebuah garis vertikal tegap berdiri di halaman pesan WhatsApp, tepat bersanding di sisi kanan kalimat yang belum sampai separuhnya aku ketik.

Kedap kedip garis itu mengiringi detik sebuah jam tangan yang terus mengulang detikannya pada pukul 17.43 WIB. Tampaknya tak butuh waktu lama hingga jam di lengan ini habis seluruh isi batreinya.

Semburan gas karbon dioksida1 penuh kehampaan, aku keluar dari sebuah terowongan gelap bermandikan liur. Sekilas tampak sehampa kursor yang aku biarkan begitu saja berdetik tanpa satu pun kata terangkai setelahnya.

Kepakkan burung-burung tertangkap di ujung pandang, mendadah-dadahi matahari yang perlahan dilahap oleh seutas garis cakrawala di ufuk laut barat sana. 

Bentang alam dengan semburat jingganya itu tengah mendekap ragaku yang sedang bertengger di bibir batu karang. Duduk bersila. Memangku sebuah lempengan baja kecil nan tajam.

Aku lepas tali yang mengikat jam di lengan kiriku ini. Seberkas sayatan menjadi ornamen alami di permukaan kulit yang lapisan bawahnya tepat berisi urat nadi.

Kutilik bekas sayatan itu. Lagi pula tak ada Tuhan tempatku kembali, gumam diri. Pun, Daddy dan Mommy tak akan peduli dengan kepergian aku. Biarkan saja mereka pedar hati, supaya sadar. Sarkasme diri ini sukses membuat tombol delete melahap semua kata yang baru secuil aku ketik itu.

Lihat selengkapnya