“ Gak usah ngendap-ngendap gitu kalo mau nyamperin. Gue tau itu lo Kayla Syakira Almahira.“ dengan suara jahilnya.
“ Si – siapa yang mau nyamperin lo, GR!!” Elak Kayla seraya berdiri canggung.
Gilaa ternyata itu Rifki Aditya Nugraha. Cowo yang akhir-akhir ini selalu bikin hidup dan moodnya hancur.
“ Ohh gitu ya.” Kata Rifki seraya bangkit dari posisi tidurnya itu dengan sikap pura-pura percayanya itu.
“ Ih gak percayaan banget.“ Kata Keyla kesal.
“ Siapa yang bilang gak percaya??” Kata Rifki menatap aneh Keyla. Dan hal itu membuat Keyla tak enak di tempatnya.
“ Sini duduk, jangan berdiri aja.“ Kata Rifki seraya menarik lengan Keyla untuk duduk di sampingnya. Dekat bahkan sangatlah dekat, hingga bahunya dan bahu Rifki bersentuhan. Entah apa yang terjadi, hal itu membuat Keyla merasa ada yang mengganjal di hatinya, rasanya gelisah-gelisah tapi senang gitu. Uhh senang??
“ Biasa aja mukanya. Duduk doang gak bakal gua apa-apain.” kata Rifki tersenyum jahil. Ekspresi Kayla membuat Rifki tertawa di tempatnya. Ohh dia tak menyangka seorang Kayla punya ekspresi seperti itu.
“ Apa sih, orang biasa aja.“ Kata Kayla cuek ketika suara tawa Rifki mengembalikannya pada dunia nyata.
“ Iya biasa aja ko.“ Kata Rifki membuat Kayla mendengus. Pandangan Kayla memusat pada pakaian Rifki yang sangat jauh dari kata rapi.
“ Rifkii udah berapa kali gue bilangin, bajunya masukin!!“ Kata Kayla. Ketika tampilan Rifki sudah sangat urak-urakan, baju yang dikeluarkan, dan rambut yang acak-acakan karena terkena angin. Berbeda sekali dengan yang tadi pagi.
“ Marah-marah mulu. Baju lagi baju lagi namanya juga dah sore, bentar lagi juga pulang.“ jawab Rifki malas, pasalnya cewek yang satu ini selalu mengomelinya tentang baju.
“ Mau gimana pun alasannya, ini masih jam sekolah Rifki. Gue aja masih rapi.“ Kata Kayla membuat Rifki tersenyum jail.
“ Mau gue bikin baju lo berantakan?“ Kata Rifki lembut seraya menatap mata coklat itu dengan lembut dan menggoda. Serta bibirnya yang tersungging ke atas membuat Kayla canggung.
“ Ihh a – apa sih Ki, Sembarangan!!“ Kata Kayla malu seraya berdiri dari tempat duduknya dan ekspresi itu membuat Rifki tertawa puas.
“ Udah sini duduk lagi. Gue bercanda.“ Kata Rifki menepuk tempat duduk di sampingnya sebagai isyarat agar Kayla duduk di sampingnya itu.
“ Udah ah gue mau cabut, lo aneh.“ Kata Kayla pergi tergesa-gesa dengan ekspresi malunya. Sontak hal tersebut membuat Rifki tersenyum manis “ Manis ya.“ Kata Rifki seraya melanjutkan tidurnya.
~~~
Langit Jakarta dipenuhi oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip serta sang bulan yang tersenyum memancarkan cahayanya. Begitupun lampu kelap-kelip dari gedung-gedung yang menambah keindahan malamnya Jakarta. Seorang lelaki berpakaian putih abu dengan jaket bomber biru dongkernya, rambut hitam yang terlihat acak-acakan, dan mata hitamnya yang menunjukan kelelahan, baru saja menapaki rumahnya pada pukul 10 malam di karenakan jumlah les nya yang padat. Rumahnya terdengar sangat ramai. Terdengar suara abang dan ayahnya yang sedang berbincang-bincang.
“ Assalamu’alaikum.” Ucap Rifki tak ada yang mendengarnya. Dan ketika masuk, ia disuguhi pemandangan ayah yang sedang membanggakan abangnya itu. “ Wow ini baru anak Ayah.“
“ Kamu selalu dapat membahagiakan Ayah. Kamu pintar sekali, selalu dapat nilai yang sempurna. Tidak seperti adikmu itu. Ayah heran nurun ke siapa dia, seperti bukan anak ayah saja, memalukan, gak berguna.” Pujian dan suara tawa kebahagiaan membuat Rifki mencelos. Rifki berjalan melewati mereka, tak ada yang peduli dan tak ada yang menyapanya sedikitpun.
“ Ki.“ Kata Raihan Nugraha – abang Rifki. Seseorang yang selalu dibanggakan dan dibandingkan dengan ku. Seseorang dengan otak pintarnya yang luar biasa. Seseorang yang selalu mendapatkan IPK 4. Dia adalah seseorang yang sempurna. Rifki tak pernah membencinya sedikitpun, tapi STOP jangan pernah dibandingkan!! RIFKI ADITYA NUGRAHA ADALAH RIFKI, BUKAN RAIHAN NUGRAHA!!
“ Biarin aja, gak usah peduliin dia. Emang gak guna anak itu. Gak ngasih keuntungan. Apaan juara juga paling mentok-mentoknya sampe tingkat kota doang.” Kata Rudi Nugraha – ayah Rifki. Ayahnya yang selalu menilai sesuatu dari nilai akademik, sumpah ia tak mengetahui mengapa ayahnya semaniak ini pada nilai . Tanpa Rifki pedulikan, ia terus melangkah menuju kamarnya.
Clek. Dibukanya pintu kamarnya itu.
Brak!!
Rifki melemparkan tas dan benda-benda di sekitarnya. Sungguh dia muak tinggal di rumah ini, tak ada yang menerimanya, tak ada yang menyayanginya. Yang Rifki lakukan hanyalah menjambak rambutnya, menyalurkan segala emosinya. “ Emang sukses hanya didasarkan oleh nilai? Hidup gue ya hidup gue, bisa gak lo gak usah ngatur hidup gue, Rudi Nugraha!!! Emang nilai gue kecil selama ini? 90, 80 di bilang kecil? Ayolah man, gue emang jarang dapet nilai 100, tapi lo bisa gak si hargai gue dikitt aja?? ” Ucapnya sendiri, berusaha menyalurkan emosinya. Dia masih sadar, jika orang yang dibencinya adalah ayahnya. “ Udah lah bodo amat, nilai mulu yang orang itu pikirin.”
Ting . Ting. Bunyi ponsel memecah lamunannya.
+6282121xxxxxx : Mana KTI nya??
+6282121xxxxxx : Gua Kayla.