Hidupku Milikku

Sekarningtyas
Chapter #5

Hidupku Milikku - 05

               “ Rifki lepasin tangan gue!!! Lepasss Rifki!!“ Kata Kayla berusaha melepaskan cengkraman dilengannya. Sungguh saat ini lengannya sangat sakit karena dicengkram oleh Rifki. Setelah kejadian tadi, Rifki langsung menarik lengannya dan hanya mengatakan “ Jangan pernah deket-deket dia. Dia brengsek!! ” Entahlah sekarang Rifki terlihat seperti sedang menahan emosi.

               “Lo bisa diem gak!!!!“ Bentak Rifki seraya mendorong Kayla, hingga punggung Kayla menabrak dinding . Lengan Kayla masih dicengkram dengan ditaruh di atas kepala Kayla, membuat Kayla tak berdaya.

               “ Rif!!! lo kenapa??? Lepas dong Rifff, Sakittt.“ Lirih Kayla membuat Rifki kembali pada dunianya. Dengan segera Rifki melepaskan cengkramannya di lengan Kayla.

               “ Maaf Kay, maaf.“ Sesal Rifki. Sungguh ia tak bisa mengendalikan emosi jika telah berhadapan dengan si brengsek itu.

               “ Arghhh maaf Kay.“ Sesal Rifki mengacak-acak rambutnya menyalurkan emosi pada rambut-rambutnya itu. Kayla hanya terdiam. Sungguh dia shock.

               “ Kay gue gak bisa nemuin Pak Wahyudi untuk saat ini, lo aja sendiri.“ Kata Rifki dengan melangkahkan kaki menuju tempat yang dapat menenangkannya.

~~~

               “ Arghhh brengsek lu Draaa, Brengsekk.“ Marah Rifki seraya meninju pohon di hadapannya. Taman, ia yakin di sini ia dapat menenangkan pikirannya. Darah telah berlumuran di tangan Rifki, tapi rasa sakitnya mengalahkan dengan sakit yang ada dihatinya. Ponselnya telah berdering sedari tadi, ia tahu teman-temannya pasti khawatir, tapi tak sedikipun berniat  mengangkatnya. Namun, ada panggilan yang membuatnya terkejut. Ayah, ayahnya menelponnya. Masih tak ada niat untuk membalasnya, sampai sebuah notifikasi muncul, bukan telpon, tapi ayahnya mengirimkan pesan.

Ayah     : Ayah dengar nilai matematikamu turun. Belajarlah yang benar! Ayah telah  mendaftarkanmu kursus matematika, mulainya jam 9. Setelah kamu les bahasa Inggris, kamu lansung ke tempat les itu ya. Nanti ayah kirimkan alamatnya.

               Membacanya membuat darah yang ada ditubuh Rifki mendidih

               “ BRENGSEK.“ Umpatnya seraya melemparkan ponselnya. “ Oh Tuhan, apa lagi ini? Tak bisakah ia tak diingatkan dengan masa lalunya? Dan bisakah ayahnya mengerti dirinya, sedikit saja? Dan sampai kapan ia akan hidup hanya untuk memenuhi ekspetasi ayahnya?” Rasanya hampa sekali, sangat hampa. Nilainya turun? Heh OMONG KOSONGGG!!

~~~

               “ KAYY!!“

               “ Iya??“ Kayla beserta sahabatnya menatap bingung Satrio, Fahmi, dan Ahmad. Rasanya ada kekhawatiran dimuka mereka. Tunggu! Rifki? Dimana ia?

               “ Kay lo tau dimana Rifki?“ Tanya Fahmi dengan kekhawatiran tersirat di matanya.

               “ Gue gak tau.“

               “ Bukannya lo yang terakhir sama Rifki ya?? Sumpah gue gak tau tempat tongkrongannya di sekolah ini, secara dia belum genap 3 hari di sini.“ Ucap Satrio

               “ Iya yo tapi gue gak tau.“

               “ Lo tau tempat yang kira-kira Rifki datangi gak?“ Tanya Ahmad.

               “ Kemarin gue nemuin dia lagi tiduran di taman sih.“

               “ Oh o makasih Kay.“ Kata Ahmad, membuat mereka bertiga bergegas ke tempat yang diberitahu Kayla. Sekolah ini luas dan mereka tidak tahu tempat favorit Rifki, secara yang selama ini mereka kunjungi hanya kelas, kantin, masjid, dan perpustakaan. Dan di tempat itu, nihil, tak ada Rifki sama sekali.

               Ketika mereka masuk kebagian dalam taman, mereka dapat melihat seorang pria yang tergeletak dengan darah yang berceceran di lengannya. Sungguh mereka tidak mengetahui apa urusan Rifki dengan pria yang di kantin tadi, yang mereka tahu hanya permasalahan Rifki dengan keluarganya. Dan merekapun tidak pernah melihat Rifki hingga seperti ini.

               “ Ki!!“ Seru Fahmi mempercepat langkahnya, diikuti Satrio dan Ahmad. Suara itu, membuat Rifki membuka matanya. Jika kalian mengira Rifki pingsan, kalian salah. Rifki hanyalah tidur karena kelelahan dan ingin melupakan masalahnya sejenak.

               “ Ki lo napa?? Cerita sama guee!! Gak usah kaya gini!!“ Fahmi marah karena Rifki seperti ini.

               “ Napa lo gini?? Cemen!!“ Sulut Ahmad. Ia kesal melihat sahabatnya selemah ini.

               “ Gak usah sok tau tentang hidup gue!!“ marah Rifki merasa direndahkan oleh Ahmad.

Lihat selengkapnya