Hidupku Milikku

Sekarningtyas
Chapter #14

Hidupku Milikku - 14

               “ Hai Kayy. Dah lama?” Sapa Rifki ketika Kayla yang sedang menunggunya.

               “ Engga.” Jawab Kayla.

               “ Ayo naik.” Kata Rifki yang diangguki Kayla.

               Hari ini mereka memutuskan pergi ke taman, untuk mengobservasi tentang masalah sosial yang akan mereka angkat dalam KTI nya. Dikarenakan ini hari Minggu, maka kondisi taman sangat ramai diisi dengan berbagai aktivitas.

               “ Sarapan bubur dulu yuk.” Ajak Rifki.

               “ Engga ah, udah sarapan.” Tolak Kayla.

               “ Dih ya udah, kan yang makan gue.” Kata Rifki yang langsung berjalan menghampiri tenda tukang bubur, diikuti dengan Kayla yang kesal.

               “ Ishhh.” Dengus Kayla.

               “ Pak, teh manisnya satu ya.” Pesan Kayla dan menghampiri Rifki yang telah duduk dan memesan buburnya. Setelah Kayla duduk dihadapan Rifki, Kayla melihat seorang anak disampingnya yang sedang bermain game sedangkan ibunya sedang memakan bubur.

               “ Hai Adek.” Sapa Kayla ramah ke anak itu. Sedangkan anak itu hanya menoleh ke Kayla.

               “ Adeknya gak makan?” Tanya Kayla yang hanya dibalas gelengan oleh anak itu yang masih fokus dengan gadget nya.

               “ Eh, iya mba, susah anaknya kalo udah main hp tuh, jadi gak mau makan.” Balas wanita paruh baya, yang kuketahui jika itu adalah ibu dari anak itu.

               “ Oh gitu ya Bu.” Kata Kayla. “ Kenapa adeknya gak mau makan? Kan nanti bisa dilanjut lagi.” Tanya Kayla yang tak mendapatkan balasan apa-apa.

               “ Duh Mba, saya juga pusing kalo dia udah gini nih. Dilepasin hp juga malah nangis-nangis, sayanya tuh jadi kasian, ya saya kasih lagi hpnya tuh.” Kata Ibu tersebut, sedangkan Kayla hanya menatap miris kasian.

               “ Iya ya Bu, harus dibiasain jangan sama hp bu, kasian nantinya.”

               “ Iya Mbak, makasih ya. Ya udah saya duluan ya.” Pamit ibu itu yang ku balas anggukan dan senyuman.

               “ Ki kasiannn. Miris banget dengernya.” Kata Kayla yang haya dibalas anggukan oleh Rifki yang saat ini sedang memakan buburnya. Kayla hanya melamun sembari menyeruput tehnya pelan-pelan, memikirkan generasi muda sekarang, rasanya miris.

               “ Kayy! Kayy!” Panggil Rifki membuat Kayla terkejut.

               “ Biasa aja kali manggilnya.”

               “ Ya lo yang ngelamun mulu.”

               “ Ya udah ayo cepet, nanti keburu siang.” Kata Rifki yang dibalas anggukan oleh Kayla.

               Kayla bangun dari duduknya berniat untuk membayar.

               “ Pak teh manisnya berapa?” Tanya Kayla.

               “ Ehh udah di bayar sama masnya.” Kata penjual itu sambil menunjuk Rifki, sedangkan Rifki hanya menatap datar kesal. “ Dia pikir, gak bakal gue bayarin? Ya ampun dahh ngina gue banget sebagai laki.” Batin Rifki. Kayla menghampiri Rifki dan menyodorkan uang lima ribu.

               “ Rif ko lo yang bayarin? Nih gue bayar.” Kata Kayla sedangkan Rifki hanya menatap datar dan jengkel Kayla.

               “ Kayy, lo pikir gue gak akan bayarin lo?”

               “ YA kan gue yang minum.”

               “ Udah Kay lupain aja.” Kata Rifki yang mulai berjalan meninggalkan Kayla.

               “ Ki lo ko malah ninggalin gue?? Ini gue bayar.” Kata Kayla mengejar Rifki.

               “ Simpen aja uangnya.” Kata Rifki tak menatap Kayla.

               “ Ihh Ki, ini uangnya gue bayar.”

               “ Simpen aja Kayla.” Kata Rifki yang kali ini penuh penekanan dalam ucapannya.

               “ Ki –“ Kata Kayla sambil menarik tangan Rifki agar melihatnya, namun ucapaanya segera dipotong oleh Rifki.

               “ Kay lo denger gak sih? Simpen aja uangnya.” Kata Rifki sambil menatap Kayla.

               “ Tapi kan –“ Kata Kayla yang kembali dipotong Rifki.

Lihat selengkapnya