Hidupku Milikku

Sekarningtyas
Chapter #16

Hidupku Milikku - 16

               “ Yap udah bagus. Tulisannya juga sudah ilmiah.” Kata Pak Wahyudi sambil membaca KTI yang telah Rifki dan Kayla buat.

               “ Kalian sudah siap??”

               “ Siap Pak.” Jawab Kayla dan Rifki.

               “ Okay masih ada waktu empat hari lagi, kalian tinggal persiapin power point sama latihan untuk presentasinya ya. Nanti kita berangkat hari Kamis pagi. Kalian sekitar 3 harian disana. Jadi persiapkan ya. Nanti yang membimbingnya ada Bapak sama Ibu Ita.” Jelas Pak Wahyudi.

               “ Baik Pak.” Jawab Rifki.

               “ Ya sudah, silahkan kalian kembali ke kelas. Untuk mengerjakan PPT sama latihannya kalian masih bisa atur-atur waktu. Atau kalau kalian pengen dispen juga bisa hubungin bapak aja.”

               “ Terima kasih Pak. Kami pamit dulu.” Kata Rifki dengan senyum ramah yang diikuti Kayla.

               “ Kay pulang sekolah aja ya, gue gak bisa kalo sekarang.”

               “ Iya Ki, santai aja.”

               “ Ya udah ya Kay, gue cabut dulu.” Pamit Rifki yang diangguki Kayla.

~~~

               Hari senin depan adalah waktu tersibuk bagi Kayla dan murid SMA Wijaya, karena ujian akhir semester dimulai. Ia harus rela mengorbankan waktu main dan tidurnya. Sehingga tak jarang menjelang UAS, Kayla akan selalu berada di dalam perpustakaan. Seperti saat ini, Kayla memilih untuk di perpustakaan dari pada di kelasnya yang saat ini sedang bebas.

               “ Duhh susahh banget.” Gerutu Kayla sambil mengerjakan soal, dengan buku-buku yang berada di mejanya dan lembar-lembar kertas yang berserakan.

               “ Ohh gampang itu, lo salah cara pas di sini.” Kata lelaki itu, sambil menunjukkan letak kesalahan Kayla dengan pulpennya. Hal itu sontak membuat Kayla mendonggak.

               “ Lo??!” Kayla terkejut membuat lelaki itu menaikkan alisnya dan tersenyum kecil.

               “ Iya?? Kenapa??” Jawabnya santai

               “ Ko lo ada di sini??”

               “ YA terus gue gak boleh ada disini?? Ini tempat umum.” Jawab Andra membuat Kayla mendengus. Sungguh, ia punya first impression buruk dengan lelaki ini.

               “ Udah cepet lo benerin yang salahnya. Kalo gitu sih nanti gak ketemu-temu hasilnya. Nih lanjutnya pake rumus yang ini.” Katanya ambil menunjukkan rumus yang ada dibukunya.

               “ Apa sih??! Gak butuh gue bantuan lu. Udah sana-sana jangan ganggu.”

               “ Dih orang dari tadi gue disini, lo aja yang gak sadar.” Kata Andra sambil menunjukkan bangku tempat dia belajar. Dekat sekali, hanya terhalang tiga kursi.

               “ Gue tadi denger gerutuan lu, dan muka lu keliatan pusing banget. Jadi, gue kesini biar liat kesalahan lu dimana. Ya udah gue balik ke bangku dulu. Kalo ada yang perlu ditanyain, samperin gue aja.” Kata Andra sambil kembali ke tempatnya.

               “ Ishhh.” Dengus Kayla sambil kembali mengerjakan soal tersebut.

~~~

Teng Teng Teng

Tiga suara itu bagaikan anugerah dan penolong terbaik bagi para siswa siswi, apalagi kalo suaranya empat kali itu bagaikan sebuah kebahagiaan, bahkan bukan hanya bahagia tapi bahagia banget. Ya namanya juga sekolah, memang sekolah itu tempatnya belajar, tapi pada kenyataannya, sekolah itu hanyalah objek yang digunakan para muridnya dengan tujuan untuk bertemu teman, bermain, dan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Ya hanya beberapa orang yang memang berniat untuk belajar. True??

“ Huhh akhirnyaa. Jajan dulu ah.” Kata Kayla sambil membereskan alat tulis serta buku-bukunya tersebut dan langsung bergegas keluar dari perpustakaan.

“ Mau bareng engga??” Tawar seorang pria, yang Kayla kenali bahwa itu suara Andra membuat Kayla langsung berbalik dan menatap Andra tajam.

“ Gak.” Kayla langsung mempercepat langkahnya namun naas langkahnya dapat disamakan oleh Andra.

“ Kenapa sih lo ngikutin gue?!!”

Lihat selengkapnya