Tepat pukul dua siang, mereka telah tiba di Jakarta. Perjalanan yang kali ini mereka lalui cukup menyenangkan. Dan setelah kejadian malam itu, rasanya Kayla dan Rifki mulai dekat dan tak ada kecanggungan lagi diantara mereka.
“ Mamahh.” Teriak Kayla ketika telah masuk ke tempat ternyamannya.
“ Anakk mamah, ko gak ngabarin dulu sih.” Katanya sambil memeluk Kayla dan Kayla membalas pelukannya erat dengan tawa kebahagiaan di wajahnya.
“ Selamat ya sayang.” Katanya sambil menciumi Kayla dan Kayla hanya membalasnya dengan anggukan. “ Ayo sayang makan dulu, laper kan ya.” Lanjutnya sambil merangkul Kayla mengajaknya ke meja makan. Tapi seketika langkahnya terhenti dan senyumannya pudar ketika ada seseorang yang ia segani sadang menonton TV di ruang keluarga.
“ Papah??” Kata Kayla tak percaya papahnya jam segini sudah ada di rumah.
“ Gimana?” Tanyanya yang membuat Kayla paham. Kayla langsung menghampirinya dan duduk di sampingnya. “ Kayla menang Pah.” Kata Kayla. Ada senyuman di wajah Papahnya.
“ Nah gitu dong. Apa kata Papah, pasti menang.” Katanya bangga dan hal itu membuat Kayla bahagia. Jujur, Kayla tak suka dengan sikapnya yang memaksanya belajar, memintanya untuk mengikuti langkah kakaknya, dan dengan segala ekspetasinya yang membuat Kayla tertekan. Tapi Kayla sangat senang jika Papahnya bersikap seperti ini ketika ia berhasil memenuhi ekspetasinya.
“ Ya udah, Kay sini makan dulu.” Kata mamahnya membuat Kayla mengangguk.
“ Pah Kay makan dulu ya.” Pamitnya yang dibalas senyuman. Uhhh rasanya sangat bahagia.
Lain halnya dengan Rifki, ia masuk ke rumah dengan keadaan sepi, tak ada yang menyambutnya. Rasanya ia percuma melakukan semuanya jika ayahnya hanya menuntutnya Rifki untuk memenuhi kewajiban, tapi Rifki tak mendapatkan haknya sebagai seorang anak. Percuma rasanya muak.
Rifki melangkahkan kakinya ke satu-satunya ruangan yang dicintai di rumah ini. Ya hanya kamar tempat favorit di rumahnya ini. Hah rasanya ia pun tak tahu apakah bangunan ini layak untuk disebut rumah??
“ Percuma gue datang ke rumah, tapi kagak ada siapa-siapa.” Gerutu Rifki. Ia melepaskan tas dan berganti baju dengan pakaian santainya. Lalu ia melemparkan dirinya ke kasur.
“ Ahh nyaman banget kalo gini.” Katanya berguling-guling di kasur. Namun suara notifikasi hpnya membuat ia menghentikan aktivitasnya itu.
COWO GANTENG (4)
Fahmi : Lo dah balik pak bos??
Rifki : Napa lo kangen???
Satrio : idihhh gimana kencannya boss
Rifki : Bas bos bas bos, sejak kapan gue jadi bos lu??
Satrio : Eits sabar boss. Gimana bos udah di gass??
Fahmi : Gas gas gasss, jangan sampe ketikung!!!
Rifki : Lo pikir apaan gas gas gas
Ahmad : Gimana Ki lancar lombanya??
Rifki : Nah ini, kayanya yang waras emang Cuma Ahmad aja.
Fahmi : Ahh tuh anak kalo udah sekalinya gak waras, lebih parah dari kita bos
Satrio : Pacaran mulu sama alat musik
Ahmad : Napa lo?? Iri??
Rifki : Hayoo lo Yo
Fahmi : Hayo lo Yo (2)
Satrio : Maksud gue tuh berarti lo memanfaatkan masa muda lo dengan baik Mad.
Rifki : Alahh alesan
Fahmi : Alahh alesan (2)
Rifki : Napa lo ngikutin gue mulu Mi
Satrio : Biasa Ki dia kagak punya doi
Fahmi : Lah apa hubungannya bambank
Ahmad : Gimana Ki??
Rifki : Apanya??
Satrio : Kaylanya
Fahmi : Kaylanya (2)
Rifki : Ngikutin orang mulu lo Mi
Fahmi : Gak papa yang penting gak sider.
Ahmad : Gak kreatif
Rifki : Gak kreatif (2)
Satrio : Gak kreatif (3)
Fahmi : WOYYY AHHH, salah mulu gue
Satrio : Emang salah