Hidupku Milikku

Sekarningtyas
Chapter #28

Hidupku Milikku - 28

               Kayla melangkahkan kaki menuju ruang makan dengan ragu, ia malu dan takut dengan segala mengakuaanya tadi malam. Kayla menuruni tangga dengan pelan, tapi sayang ternyata langkah kakinya masih bisa di dengar oleh papah dan mamahnya itu. Sehingga mereka mendonggak dan menatap Kayla. Namun papahnya itu hanya melihatnya sekilas dan kembali melanjutkan sarapannya.

               “ Pagi Sayang, ayo sini sarapan.” Panggil Dewina ketika melihat Kayla yang sedang menuruni tangga.

               “ Pagi juga Mah, Pah.” Kata Kayla seraya duduk di kursi sebelah mamahnya.

               “ Kamu libur sampe kapan??” Tanya Dewina seraya menyerahkan sarapan kepada Kayla.

               “ Dua minggu Mah, ada suratnya tapi Kayla lupa belum nyerahin ke Mamah.” Kata Kayla yang dibalas anggukan dan senyuman oleh wanita itu.

               “ Makan yang banyak ya sayang.” Kata Dewina seraya mengusap rambut Kayla.

               “ Oh iya, kalo graduation anak kelas 12 kapan?? Belum kan ya??” Tanya Dewina.

               “ Iya Mah, besok malam acaranya.”

               “ Rame banget pasti ya. Soalnya waktu Mamah sekolah disitu, ya acara itu yang paling ditunggu, apalagi kan dah libur gini.” Kata Dewina yang dibalas anggukan oleh Kayla.

               “ Iya dong Mah, itu kan acara besar setelah dies natalis.” Balas Kayla antusias.

               “ Kalo lagi makan jangan ngobrol.” Kata Dira dengan suara dinginnya yang berhasil membungkam kedua perempuan beda generasi itu.

~~~

               Di waktu yang senggang, Kayla sangat menyukai duduk di gazebo yang langsung menghadap ke kolam renang sambil membaca buku, rasanya sangat damai dan nyaman.

               “ Gimana sekolah kamu??” Pertanyaan dari suara yang sangat Kayla kenali itu langsung membuat Kayla terkejut dan refleks menutup buku itu.

               “ Pa – Pah??” Tanya Kayla tak percaya dan masih dalam keterkejutannya.

               “ kenapa?? Kaget??” Tanyanya lembut, membuat Kayla mengangguk pelan.

               “ Gimana sekolah kamu?” Tanyanya kembali yang masih membuat Kayla canggung, karena pertama kalinya lelaki itu menanyai hal tersebut dengan baik-baik.

               “ Baik Pah.” Jawab Kayla canggung, sedangkan lelaki itu membalasnya dengan senyum simpul yang kembali membuat Kayla kaget. “ Gilaa.” Batin Kayla.

               “ Kamu mau lanjut kemana??” Pertanyaannya kembali membuat Kayla tercengang. Sungguh ini percakapan yang sangat aneh menurut Kayla.

               “ Kuliahnya Pah??” Tanya Kayla yang diangguki lelaki itu.

               “ Kan Papah udah tau.” Balas Kayla membuat senyum yang berada di muka lelaki itu sirna, digantikan dengan ekspresi yang tak Kayla pahami.

               “ Bukan, maksud Papah yang kamu mau. Kamu maunya kemana??” Pertanyaan yang dilontarkan Papahnya itu membuat Kayla gila, ia tak menyangka sama sekali.

               “ Ka – Kay pengen kedokteran, Pah.” Kata Kayla takut, takut jika dia mengemukakan keinginannya dan membuat lelaki itu kecewa.

               “ Ya udah, kamu boleh masuk ke kedokteran.” Perkataan Papahnya itu membuat Kayla tak berkutik sama sekali, ia syok sangat syok malah.

               “ Se – serius Pah??” Tanya Kayla yang diangguki lelaki itu.

               “ Tapi kenapa Pah??” Pertanyaan Kayla membuat lelaki itu bungkam dan menatap lurus pada kolam renang.

               “ Maafin Papah.” Katanya lirih yang membuat Kayla tak percaya. “ Maafin Papah, Papah gagal buat jadi orangtua. Kamu benar, Papah gak pernah tau apa keinginan anak Papah, Papah selalu menuntut dan memberikan ekspetasi besar, Papah selalu kelepasan dan menyiksa anak-anak Papah. Papah bukan Papah yang baik. Kamu boleh marah atau benci sama Papah. Makasih udah ingetin Papah.” Katanya lirih yang langsung membuat Kayla menitikkan air mata.

               “ Papah anak tunggal, sedangkan kakek kamu punya banyak perusahaan. Ya mau gak mau Papah harus meneruskan perusahaan kakek kamu. Tapi saat itu kerjaan Papah Cuma ngegambar, semua tempat Papah coret-coret. Papah bener-bener tertarik buat ngegambar, sampai pada akhirnya Papah bercita-cita untuk menjadi arsitek. Tapi pada saat itu, kakek kamu menentang keras. Semua alat gambar diambil, laptop Papah yang banyak berisi hasil gambar Papah dihancurin, gambar-gambar karya Papah dibakar di depan mata Papah. Saat itu perasaan Papah hancur, tapi Papah gak putus asa. Papah kembali menggambar dan belajar dari manapun. Namun kejadian itu berulangkali terjadi sama Papah. Papah marah saat itu, sampe Papah disiksa. Papah koma beberapa hari dan satu bulan menjalani perawatan di rumah sakit. Tapi hal itu gak pernah membuat Papah kapok. Papah terus aja menggambar sampai tangan Papah dipukuli, bahkan sampe Papah mau kehilangan tangan Papah. Tapi mungkin saat itu Kakek kamu berfikir bahwa Papah juga gak akan bisa menjalankan perusahaan kalo Papah gak punya tangan. Siksaan dan siksaan selalu Papah terima setiap hari, sampai Papah hampir gila. Setiap minggu ke psikiater tapi setiap hari tetap disiksa. Sampai semua siksaan itu tertanam dalam diri Papah.” Cerita Papahnya membuat Kayla tak percaya dan menangis, hal itu membuat Dira langsung memeluk Kayla. “ Maafin Papah Kay. Maafin Papah. Harusnya Papah gak ngelakuin hal yang sama seperti Kakek kamu, tapi ternyata semuanya tetap Papah lakukan. Saat itu Papah gak sadar kalo kamu ternyata mengalami hal yang sama seperti yang Papah alami. Tapi ketika kamu jujur, Papah baru sadar akan semuanya. Jika apa yang dilakukan Papah itu sama seperti yang kakek kamu lakukan. Dan Papah malah melakukan itu ke anak Papah sendiri. Maaf ya Sayang.” Lanjut Dira membuat Kayla mempererat pelukannya. Sayang?? Ini pertamakali Papahnya katakan.

               “ Maafin Kay juga Pah.” Lirih Kayla yang membuat Dira semakin mengeratkan pelukannya. Pelukan yang penuh kasih sayang dan pelukan yang pertama kali mereka lakukan dalam hidup.

               Dewina yang memperhatikan ayah dan anak itu dari kejauhan hanya dapat menangis, entah menangis bahagia ataupun sedih. Ia sedih karena ini pertamakalinya ia mendengar cerita lengkap dari suaminya dan bahagia karena akhirnya apa yang diharapkannya terwujud.

Lihat selengkapnya