Sudah hampir seminggu Rifki tinggal di Bandung. Tapi ia belum menemukan bukti yang kuat, tinggal satu rumah lagi yang harus Rifki datangi.
Rifki menatap rumah itu dengan pandangan sendu dan perasaan sesak. Dulu rumah ini sudah seperti rumah ke dua untuknya, tapi kini semuanya berubah. Berubah ketika Natasha meninggalkannya.
Diketuklah pintu rumah tersebut, tidak lama kemudian pintu terbuka dan menampakkan wanita paruh baya yang sangat Rifki kenali.
“ Rifkii.” Pekiknya senang dan langsung memeluk Rifki. “ Kamu apa kabar nak??”
“ Alhamdulillah Tante Rifki baik.” Kata Rifki sembari membalas pelukan itu.
“ Ada siapa Bu??” Tanya seorang pria paruh baya yang sangat Rifki kenali. Ketika melihat Rifki, pria paruh baya tersebut terkejut dan langsung memeluk Rifki.
“ Rifkii!! Kamu kemana aja Nak??” Tanyanya seraya memeluk dengan memukul-mukul punggung Rifki – gaya pelukan bapak-bapak.
“ Rifki balik lagi ke Jakarta.”
“ Tapi kenapa gak pernah ke sini lagi?? Walaupun Nata udah gak ada, main ke sini lah.” Kata Pria itu seraya melepaskan pelukannya.
“ Iya Om, ini baru sempat.” Balas Rifki yang dibalas senyuman oleh mereka. “ Ayo Nak masuk.” Suruh mereka yang diangguki Rifki.
Rasanya ketika memasuki rumah itu, ada perasaaan sesak yang menjalar. Membuatnya sekuat tenaga untuk menahan perasaan itu.
“ Om, sebenarnya Rifki ke sini buat nyari bukti penyebab Natasha melakukan bunuh diri.” Perkataan Rifki membuat Om Rian dan Tante Naura tersenyum sendu.
“ Om dan tante udah ikhlas Nak. Kadang ada sesuatu yang tak perlu diungkit lagi agar tak membuat luka yang baru.” Katanya yang Rifki pahami.
“ Tapi kalo Rifki mau ngebongkar semuanya boleh??”
“ Boleh Nak, tapi jangan beri tahu kami apa-apa. Cukup beritahu pelakunya saja.” Kata Om Rian yang Rifki balas dengan anggukkan.
~~~
Dibukanya pintu kamar tersebut dan nampak sebuah kamar yang membuat perasaaan sesaknya membuncak. Bahkan aromanya saja sangat membuat Rifki mati-matian menahan tangisnya. Ini aroma Natasha, aroma yang sangat Rifki sukai. Aroma yang menggambarkan keceriaan dan kemanisan Natasha. Rifki tak menyangka perempuan periang itu dengan cepat meninggalkannya.
Dijelajahinya ruangan kamar itu, namun semakin Rifki memasukinya, bayangan Natasha semakin terlihat. Hal itu membuat Rifki tak kuat menahan tangisnya.
“ Nat kenapa kamu harus ngelakuin hal itu??” Tanya Rifki lirih. Namun dengan cepat Rifki menguatkan hatinya. Karena tujuannya ke sini itu bukan untuk bersedih, tapi ada yang harus Rifki cari dan selesaikan. Tujuan utama Rifki adalah mencari buku diary Natasha, karena Nata itu tipe yang suka menulis semua dalam bukunya itu. Jadi Rifki yakin jika ada sesuatu yang bisa didapatkannya dari diary tersebut.
Rifki mengobrak-abrik meja serta laci Natasha, tapi ia tak berhasil menemukan diarynya itu. Dan ketika Rifki memeriksa lemari Natasha, akhirnya ia menemukan buku yang dicarinya di tumpukan baju Natasha. Buku berwarna coklat dengan banyak stiker di covernya adalah buku yang sering Natasha bawa kemana-mana. Diusapnya buku itu dengan tangan yang bergetar dan tanpa Rifki sadari, air matanya meluruh menjelaskan betapa sesak hatinya. Rifki membuka buku itu dengan perlahan, di halaman pertamanya ada foto Natasha dengan gaya centilnya seraya memperkenalkan tentang dirinya. Ketika membuka lembar selanjutnya, Rifki merasakan kakinya melemas. Ia tak tahan ketika di halaman itu menunjukkan fotonya bersama Natasha. Nata pun menulis tentang Rifki di sisi fotonya. Sesekali Rifki juga tertawa sendu ketika membaca momen konyol yang pernah di alami Nata. Ketika Rifki terus membukanya, ia banyak menemukan foto kebersamaan Andra dan Natasha yang terlihat sangat bahagia. Nata juga menuliskan tentang Andra, membuat yang membacanya merasakan betapa besar cintanya Nata untuk Andra. Hal ini membuat Rifki mengepalkan tangannya. Namun semakin Rifki membuka lembaran itu ke belakang, Rifki merasakan kejanggalan. Dari yang tadinya banyak dipenuhi stiker, jadi tidak ada stiker satu pun. Dari yang tadinya menggunakan pulpen warna-warni, menjadi dipenuhi dengan pulpen dan spidol berwarna merah. Hal ini membuat Rifki tak kuat dan tangannya semakin bergetar ketika membuka lembaran selanjutnya. Namun Rifki tak menemukan apa-apa. Semakin ke belakang hanya diisi dengan coretan-coretan saja.
Rifki kembali membuka lembaran selanjutnya. Tertulis nama Andra di sana, namun dengan tanda silang warna merah menutupi tulisan tersebut. Hal ini semakin membuat Rifki sesak, namun tak urung untuk membuka lembaran selanjutnya. Lembaran selanjutnya hanya berisi tulisan dan semua kata yang ditulis Nata itu sama. Hal itu membuat Rifki mengerutkan dahinya ketika membaca kata itu. “ kotor??”