“ Den Rifki, Den Raihan ditemukan bunuh diri dikamarnya. Den Raihan meninggal.”
Kalimat itu seketika membuat dunia Rifki benar-benar hancur. Perasaan sesak langsung menjalar ke dalam hati Rifki. Isakan tangis Rifki tidak bisa di sembunyikan lagi. Ia berteriak kencang tanpa memperdulikan tatapan orang di sana. Masih dengan tangan yang bergetar dan kaki yang lemas, Rifki langsung berusaha mengambil motornya dan bergegas untuk pergi ke Jakarta. Saat ini Rifki benar-benar tak bisa menyembunyikan tangisnya lagi. Ia benar-benar hancur. “ Kenapa semua orang ninggalin gue?? Kenapa orang yang gue sayang pada ngelakuin bunuh diri?? Secepat itu mereka pengen ninggalin gue?? Apa gue harus bunuh diri juga??” Lirihnya dengan suara yang bergetar. Rifki tak peduli lagi dengan keselamatannya. Ia benar-benar ingin bertemu abangnya. “Bang kenapa lo ninggalin gue??” Tanyanya dengan suara yang bergetar.
~~~
Menempuh perjalanan sekitar 3 jam, Rifki akhirnya tiba di rumahnya yang telah ramai itu. Dengan bergetar, Rifki melepaskan helmnya dan bergegas untuk bertemu abangnya. Ketika Rifki memasuki rumahnya, ia bisa melihat abangnya yang telah berbalut kain kafan. Semakin ia mendekat, semakin ia merasakan lemas pada kakinya. Ia terduduk dan memeluk abangnya yang telah terbujur kaku.
“ Abang?? Abang kenapa ninggalin Rifki??” Tanyanya sambil memeluk jasad Raihan dengan air mata yang terus mambasahi pipinya. “ Katanya Abang sayang sama Rifki?? Mana buktinya Bang??” Lirihnya.
“ Abang kenapa orang yang Rifki sayangi ninggalin Rifki dengan bunuh diri?? Segitu gak maunya kalian lebih lama lagi sama Rifki??” Katanya. “ Bang!! Bangun Bang!!!” tangis Rifki semakin menjadi-jadi. Ini bukan pertama kalinya menyaksikan orang tersayangnya bunuh diri. Dan hal ini membekas dalam ingatannya dan menciptakan luka yang mengaga sangat besar. Dengan cepat, Bi Emi langsung memeluk Rifki. “ Udah Den, Ikhlasin Den Raihan ya.” Ucapnya sambil mengusap-usap bahu Rifki. “ Sekarang Den bersiap aja buat ke peristirahatan terakhir Den Raihan.” Kata Bi Emi yang diangguki Rifki.
Rifki melangkahkan kakinya dengan perlahan dan ketika ia melihat ayahnya, ia langsung memberikan tatapan permusuhan untuk ayahnya itu. Sebelum rifki memasuki kamarnya, Rifki terdiam menatap kamar Raihan. Hal itu membuat napas Rifki semakin sesak ketika ia melihat tali yang masih menggantung. Dan ia bisa menyimpukan apa yang telah membuat abangnya meninggal. Ternyata abangnya melakukan gantung diri.
~~~
Sudah hampir seminggu Rifki tak menghubunginya sedikitpun. Entahlah hal ini sedikit membuat Kayla merasakan kehilangan. Dan entah mengapa ia merasakan perasaan yang tak enak. Ponselnya berdering membuat Kayla tersadar dari lamunannya. Nama yang terpampang di ponselnya itu membuat Kayla mengerutkan dahinya. “ Satrio?? Tumben.” Katanya sebelum mengangkat panggilan itu.
“ Halo Yo.” Kata Kayla mengawali panggilan itu.
“ Kay lo dimana??” Tanya Satrio dengan suara yang terdengar sangat khawatir.
“Rumah.” Jawabnya.
“ Abangnya Rifki meninggal Kay. Cepet lo harus kesana. Gue ada dibawah.” Perkataan itu langsung membuat Kayla khawatir dan bergegas turun ke bawah, menghampiri Satrio.
“ Mau kemana Kay??” Tanya Dira membuat Kayla menghentikan langkahnya.
“ Ada urusan Pah, kerabat temennya Kay meninggal.” Kata Kayla dengan buru-buru.
“ Ya udah hati-hati.” Katanya. “ Iya Pah.” Kata Kayla dan dengan cepat menyalami Dira.
Ketika keluar dari rumahnya, Kayla bisa melihat Satrio yang juga terlihat khawatir, sama seperti dirinya.