Punya sahabat cowok itu menyenangkan dan seru,
tapi akan jadi bumerang
ketika hatimu jatuh perlahan untuknya.
Sania keluar dari kamar mandi dengan kaus dan celana training milik Devan. Meski kebesaran, pakaian itu terasa sangat nyaman dikenakan. Sania berjalan menuju ruang keluarga. Devan sedang duduk di lantai, menghadap laptop yang ada di atas meja.
Sania duduk di sofa yang ada di belakang Devan. “Dev, beneran nggak apa-apa, nih, gue pakai baju lo?”
Tak ada jawaban. Devan sepertinya tidak menyadari kehadiran Sania. Cowok itu sedang fokus pada laptop miliknya. Dia sedang bermain game di laptop-nya. Jika sudah berhubungan dengan game, tidak ada yang bisa mengganggu konsentrasi cowok itu.
“Devan!”
Masih tidak ada reaksi.
“Dev, lo denger gue, nggak, sih?” Sania mendengkus, Devan masih saja belum mengalihkan perhatiannya dari game tersebut. Kesal, Sania menjitak pelan kepala cowok itu.
“Aw.” Devan mengelus kepalanya yang dipukul Sania tadi. “Sakit tahu!” ucap Devan tak terima. Ia kemudian naik ke sofa dan membalas menjitak kepala Sania.
“Lo sih, nggak dengerin gue ngomong, serius sama laptop melulu!” Sania memanyunkan bibir sebal.
Devan tersenyum jenaka, memperlihatkan beberapa deret giginya. “Cieee cemburu ya? Masa lo cemburu sama laptop, sih?” Lengan Devan menyenggol-nyenggol Sania.
Sania baru saja membuka mulutnya untuk menyatakan protes, ketika ponsel Devan berbunyi. “Siapa sih, ganggu aja!” cibir Devan, tapi tangannya tetap meraih ponsel yang terletak di samping laptop. Ada sebuah pesan singkat yang masuk. Devan pikir sudah tidak ada lagi yang menggunakan pesan singkat, mengingat banyaknya sosial media yang menyediakan aplikasi pengganti SMS.
Sania menjulurkan kepalanya, ikut melihat layar ponsel Devan. Jempol Devan menekan gambar surat di ponselnya, lalu memeriksa SMS yang masuk dari nomor tak dikenal.
Sania dan Devan saling menatap satu sama lain, satu detik kemudian tawa mereka meledak bersamaan. Sania memegangi perutnya dan Devan yang meremas bantal sofa, tak sanggup menahan tawa karena membaca pesan masuk di ponsel Devan.
Devan tak habis pikir, ternyata masih ada orang yang menulis pesan sealay itu. Memang sih, dulu hal seperti itu terlihat keren dan gaul. Tapi, kan sekarang sudah tahun 2015. Sudah bukan zamannya “empat L empat Y”.
“Geli banget, sumpah,” kata Devan di sela-sela tawanya.