High Romance Shoot : Trisha Version

eliyen
Chapter #8

Curiga

Makan malam itu sebuah acara yang sangat menyenangkan, sebelum mimpi buruk datang dalam wujud orang tua Diego.

Kepala Trisha mengangguk-angguk riang mengikuti irama lagu latin. Padre memutar koleksi piringan hitamnya untuk memeriahkan malam. Perlu sedikit usaha bagi gadis itu menolak anggur yang ditawarkan. Seharusnya semua lancar, sampai Madre mendentingkan botol dan berujar keras.

"Waktunya dansa!"

Trisha tersenyum bodoh melihat uluran tangan Carlos. "Apa?"

"Kita menari."

Senyumnya memudar. Dalam dua gelengan cepat, dia menolak mentah-mentah permintaan pria itu. "Aku tak bisa menari, Carlos."

"Biar kuajari."

"Tak mau!”

"Ayolah, Trisha, bakar kalorimu yang banyak tadi."

"Pokoknya tak mau!" Trisha bergeser menjauhi Carlos. Namun, gerakannya terhenti mendapati semua orang di meja makan memandangnya dengan sorot aneh. Gadis itu meringis kikuk. "Maafkan aku, tapi aku tak bisa berdansa."

"Carlos penari handal. Kau akan dibimbingnya." Diego mengompori.

Trisha melempar tatapan mematikan ke pria kekar itu. Diego hanya membalas dengan pandangan penuh arti. Otaknya masih mencari celah melarikan diri, saat tangan besar Carlos menariknya lembut.

"Ayo, Cintaku, kita menari."

Trisha tak berbohong. Baru lima detik, langkahnya sudah memakan korban. Carlos hanya tersenyum masam setelah mendapat injakan telak hak sepatu gadis itu.

"Carlos, aku tak ingin membuatmu pincang. Kita berhenti, oke?" pinta Trisha memelas. Garis bibirnya melebar prihatin setelah sekali lagi kakinya menginjak Carlos.

"Bergerak terus!" Carlos tak menggubris. "Semua orang mengamati kita."

Trisha melongok dari balik bahu bidang Carlos. Beberapa pasangan menari, beberapa lainnya bercengkerama sambil menenggak minuman. Mereka sibuk, tapi jelas tengah memperhatikan pasangan baru itu. 

Gadis itu merona. Dia sering jadi tontonan saat bertarung kenaikan tingkat silat. Namun, ditonton saat sedang kikuk-kikuknya berdansa, itu persoalan lain.

Secara naluriah gadis itu menjauhkan diri dari Carlos. Dia terkesiap manakala pria itu menariknya mendekat. Mata kecokelatannya mengerjap kaget. Pria itu menunduk dan berbisik menggoda.

"Jive bukan jive jika tidak bisa memelukmu, Sayang.”

Tiba-tiba telinganya menangkap perubahan tempo lagu. Perut Trisha bergolak ngeri. Suara Huey Lewis yang menyanyikan Little Bitty Pretty One mengalun kencang dari pengeras suara. Irama kakinya yang semula lambat, kini meningkat drastis. 

Trisha memekik kaget. Di tengah ayunan mantap Carlos ke tubuh mungilnya, gadis itu hanya bisa memejamkan mata pasrah. Mulutnya komat-kamit merapal doa. Semoga setelah malam ini usai, kaki lawan dansanya tetap utuh tanpa cedera.

"Buka matamu, Trisha."

Gadis itu menggeleng. Suaranya mencicit ketakutan, "To--tolong, berhenti dulu. Aku ... mual."

Carlos mengernyit. Sigap dia memapah si mungil di pelukannya. Wajah Trisha pucat pasi. Ada keringat dingin menetes di dahi.

"Kamu tak apa-apa?"

Trisha menatap pria di hadapannya sangat tajam. Tangannya gatal ingin mencekik leher kokoh itu. Namun, sensasi naik wahana roller coaster masih menguasai. Alih-alih menjawab, Trisha hanya bersandar lemas di kursi.

"La Belleza, kamu tak apa-apa, Sayang? Carlos, jangan terlalu bersemangat. Trisha jadi lemas begini."

Suara Madre terdengar, menyusul sapuan tisu di keningnya. Saat Trisha menoleh, wanita paruh baya itu terlihat khawatir.

"Tak apa-apa, Madre. Aku hanya ... hanya tak bisa menari." Trisha bergerak tak nyaman dihinggapi rasa malu.

"Oh, Sayangku, jangan terlalu dipikirkan. Maafkan kami sudah memaksamu. Nah, mulai besok Carlos kuperintahkan mengajarimu menari."

"Ap--apa?" Trisha terlonjak kaget.

Madre tertawa riang. "Tentu, Sayangku. Menantu keluarga ini harus mahir menari. Itu tradisi kami. Nah, beristirahatlah dulu. Aku akan minta Padre memainkan lagu lain."

Trisha menoleh sangat cepat, tak peduli lehernya mengeluarkan suara derak menakutkan. Dia memelototi Carlos galak. Ucapan tanpa suara lolos dari mulutnya.

"Aku akan mencincangmu, Carlos!"

Sayangnya, pria itu hanya mengulum senyum. Dia mengangkat gelas berisi vermouth, memberi isyarat bersulang pada si mungil yang masih syok, dan menyesap minumannya hingga tandas tak bersisa.

~~oOo~~

Lihat selengkapnya