Sinsin terusik dari tidurnya. Pikirannya kembali mengingat keberadaan dia dimana. Sebuah kamar Presiden Suite.
Badannya terasa berat terkapar lemah. Matanya menatap sekitar ruangan. Lalu ia berusaha bangkit duduk dan menjadikan bantal-bantal sebagai tempat sandaran punggungnya.
Teringat lagi tadi ada seorang suster yang dipanggil Aldamadi Fajroel untuk memeriksanya. Kemudian memberikannya beberapa obat. Suntik vitamin juga. Hingga akhirnya ia tertidur pulas.
Saat ini sudah jam 2 dini hari. Sinsin meraih ponselnya. Ada beberapa chat dari Jerry juga Banyu, juga dari Dian. Ia abaikan.
Sepertinya dia merasa perlu ke toilet. Iapun bangkit turun dari pembaringan. Sesaat ia menghentikan langkahnya didepan jendela kaca besar kamar itu yang courtain nya terbuka. Teringat saat dia berdiri bersama Banyu di kamar apartemennya. Lampu-lampu gedung tinggi mewarnai dini hari yang lumayan sepi. Jalanan ada yang nampak lengang.
Kemudian telinganya langsung mancung mendengar ada sedikit berisik dari arah bathroom. Apa Fajroel sedang mandi disana? Atau mungkin hantu?
Sinsin segera ingin merealisasikan apa yang mengganggu pendengarannya. Melangkah mendekat.
Hmmm... Sinsin mengerutkan jidatnya. Itu bukan hantu. Rintihan dan desisan itu... Terlihat bias dibalik kaca bathroom yang transparan.
Tanpa canggung, Sinsin segera membuka pintu bathroom. Kedua manusia yang sedang bercumbu dibawah shower masih fokus dengan permainannya.
"Mister...!!!"
"Kamu panggil apa?"
"Mister Fajroel! Saya pamit pulang."
"Queen! Sadarlah. Aku Banyu," Banyu memegangi jemari tangan Sinsin sambil mendekatkan mukanya ke telinga Sinsin yang masih dengan matanya yang terpejam.
Sinsin diam. Kelopak matanya bergerak terbuka. Sebelum fokus, tatapannya buyar ke langit-langit ruangan itu.