"Gue merasa berdosa," gumam Jerry.
"Lu baru sadar? Kemana saja? Selama ini emang hidup lu kafir!" komentar Sinsin sambil sedikit menggoyangkan badannya gemulai.
"Ini gue merasa ga nyaman ada lagu tentang Nabi tapi jadi bikin gatel buat goyang," Jerry geleng-geleng kepala.
"Setidaknya kita seimbang. Ada baik-baiknya, liriknya ga yang bikin halusinasi porno, kita cuman dosa musiknya saja. Yakin enak, kan? Banyu emang de best lah gue makin jatuh hati ma tuh orang," seloroh Sinsin segera ke kamarnya, lalu sebentar kemudian menggusur selimut tidurnya.
"Ah, lu jangan terus ngomongin perasaan. Cuman dibikin aransemen gini doank sudah luluh. Ingat, jangan terjebak, Queen!" Jerry seolah selalu ga nyaman dibuatnya kalau Sinsin bicara tentang perasaannya pada Banyu.
"Setidaknya kan gue bisa menikmati sex, Jerr! Setelah keliling riya yang melelahkan tanpa dinikmati," timpal Sinsin.
"Sudahlah. Itu selimut buat apaan? Mau tidur? Katanya mau latihan catwalk? Mana instruktur zumbanya belum juga muncul?" tanya Jerry bertubi.
"Catwalk itu kan harus diatas karpet. Karena kita ga punya, kita ganti saja latihan jalannya diatas selimut," Sinsin segera menebar selimutnya diatas lantai living room itu.
"Udah ga bener lu, Queen!" umpat Jerry berdecak kacau.
"Nit not! Nit not!"
Bunyi bel berdering. Rupanya instruktur zumba itu sudah tiba. Jerry bergegas menuju pintu. Lalu ia membukanya.
Jerry bengong melihat orang itu. Sepertinya ini orang bukan yang mereka tunggu.
"Hai, selamat malam!" orang itu menyapa Jerry yang nongol di pintu dan masih bengong tak menyambutnya.
"Iya Mas! Dengan siapa? Ada yang bisa saya bantu?" balas Jerry dan bertanya.
"Apa benar ini rumahnya Queen Sinsin?" tanya orang itu. Laki-laki berpenampilan modis dengan gerak tubuh yang sudah kelihatan melambai.
"Iya benar. Saya Jerry, rekan bisnisnya," kenal Jerry.
"Owh, maaf! Saya Kak Dian instruktur zumba yang dimintai Pak Banyu. Queennya ada?" Dian memperkenalkan diri serta tujuannya.
Jerry kembali bengong. Dia tak mengira instruktur zumba yang namanya Kak Dian itu seorang lelaki. Dia pikir seorang cewek dengan balutan busana ketat dan sexi.
"Oh, iya. Mari, mari silahkan masuk!" Jerry mempersilahkan tamunya yang aneh ini.
Dian yang menebar pesona mistisnya tersenyum genit, melenggok aduhai memasuki rumah.
"Bodolah! Daripada Si Banyu yang datang. Bakalan ga beres dengan gue," bisik Jerry di hatinya. Ia menutup pintu dan melangkah mengikuti cowok cantik, Kak Dian instruktur zumba genit itu.
"Uluh, uluh. Kalian ini Queen, Queen apaan coba tinggal di tempat kumuh penuh perzinahan bakteri begini?" Dian sungguh bikin runyam yang mendengar.
Gedeg juga Jerry dibuatnya. Tapi ia coba tahan. Ini orang belum juga kenal gayanya sudah sampai lapisan langit mutakhir.
"Hai Mas Deri, eh Mas Jari eh siapa ya?" Dian melambaikan tangannya ke arah Jerry.
"Saya Jerry, Kak Dian," sahut Jerry dongkol.
"Cobalah ngumpulin duit bayar cleaning service panggilan buat beresin nih rumah. Panggil juga dukun buat bersihin aura alam ghaibnya. Refresh lagi nih cat-catnya yang kekinian, biar yang tinggal juga betah dan memancarkan aura ketenangan jiwa," begitu lemesnya mulut orang itu, dengan gayanya yang jijik-jijik gitu menunjuk-nunjuk ke segala arah.
"Hehe," Jerry terpaksa membuat dirinya sendiri tertawa ditengah rasa kegedekannya.
"Hai, hai, hai! Ini apalagi?" Dian menunjuk-nunjuk selimut yang tadi Sinsin tebar.