Blurb
Terlalu sibuk di dunia karirku, Aku sampai tak terfikirkan untuk menikah. Bagiku pernikahan itu seperti berpetualangan dan seperti mengikuti permainan judi, siapa yang beruntung maka dialah yang selamat dan menang.
Abahku selalu menasehatiku untuk tidak terlalu memilih dalam hal jodoh, tapi Umiku tak. Umi kata kalau cari jodoh harus jelas latar belakangnya dan jangan sampai membeli buah magga dalam karung, banyak busuknya.
Aku pribadi ya enjoy sahaja, tak terdesak sangat dan masih ingin bebas dalam menjalani single. Lebih baik Aku telat menikah daripada Aku tak ada masa untuk tertawa setelah menikah.
Menikah itu mudah, tapi menjalani rumah tangga itu yang susah. Seumpama pilot dan pesawat harus sealur biar tak hancur tertumbur awan kabut putih.
Aku bukan dari keluarga konglomerat, tapi Aku tahu bagaimana caranya membahagiakan diriku sendiri. Begitupun orang tuaku yang selalu memanjakanku disaat Aku sedang bercuti ke rumahnya, maklum Aku sendiri sudah bekerja dan mempunyai tempat tinggal sendiri jadi bisa dibayangkan untuk berjumpa dengan orang tua itu tidak setiap hari.
Aku tak secantik Aisyah dan tak selembut Siti Khadijah, tapi Aku tahu bagaimana caranya melayan dan berkomunikasi dengan orang sesuai lingkungannya masing-masing, selagi itu sopan Aku akur.
Kisah ini hanyalah fiktif belaka tidak ada mengenai yang hidup dan juga yang mati.