Hijrah Itu Cinta

Bentang Pustaka
Chapter #2

Malam Pertemuan

Senja dan Satria, keduanya saling tertarik satu sama lain. Mereka bertemu kali pertama pada satu malam di kawasan Jalan Braga, Bandung. Malam itu, Senja baru saja keluar dari diskotek. Ini adalah kali kedua Senja main ke sana. Kali pertama diajak temannya bulan lalu. Dan sekarang, dia memberanikan datang seorang diri untuk melepas penat setelah seharian dipenuhi jadwal pemotretan.

Memakai blus ketat warna putih dan rok hitam di atas lutut, Senja terlihat sangat cantik. Wajahnya bersinar dalam temaram. Rambutnya yang hitam pendek sebahu membuat dia terlihat seanggun dewi malam.

Saat waktu sudah lewat tengah malam, Senja berjalan pelan menuju pertigaan Braga mencari taksi. Dalam perjalanan muncul sekelompok lelaki yang menggodanya. Senja bersikap cuek dan terus berjalan. Tapi, mereka semakin mendekat. Bahkan, berusaha memegang dan menarik tangan Senja. Seketika Senja mengepalkan dan mengeraskan tangannya lalu menghindar cepat. Matanya memelotot tajam. Tapi, bukannya menyingkir, lelaki yang mencoba menarik tangan Senja hanya terkekeh sambil menggoda.

“Hahaha … sok jual mahal, nih, cewek. Ayo, Sayang … mending ikut kita masuk. Kita traktir minum, dan pulangnya kita bisa check-in bareng. Asyik, kan?”

“Kita bawa banyak duit kok, tenang saja,” timpal lelaki yang lain.

Di kawasan Jalan Braga memang berjejer tempat hiburan malam, dan Senja ingin segera meninggalkan lokasi itu. Tak digubrisnya ajakan dan lecehan dari para lelaki berengsek itu. Senja mencoba menjauhi mereka dengan melangkah secepat mungkin, tapi dua orang mengejar Senja dan menarik paksa tangannya.

Senja berteriak, “Lepaskan, berengsekkk!”

Senja berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman dua lelaki yang terlihat semakin kesetanan.

Tanpa Senja sadari, seorang pemuda sedari tadi memperhatikan kejadian itu dari jarak dua puluh meter. Tanpa berpikir panjang, dia langsung bergerak mendekati Senja yang berteriak minta tolong. Pemuda yang mengenakan masker dan hoodie dengan penutup kepala itu mendorong satu lelaki hingga terjatuh. Dan, dalam hitungan detik, dia langsung menghajar kedua lelaki tersebut. Mereka terempas dan mengerang kesakitan hanya dalam beberapa pukulan. Bukan sembarang pukulan karena pemuda itu ahli beladiri karate sabuk hitam. Dua temannya yang lain tak berani mendekat, mereka terdiam seperti cacing kedinginan.

Lihat selengkapnya