Sorak sorai membahana waktu gue angkat gelas besar kosong yang beberapa detik lalu berisi campuran pelbagai alkohol. Jujur, gue enggak tahu isinya apa. Namanya juga kalah taruhan. Namun, setelahnya, gue merasa sangat bahagia hingga akhirnya tersadar setelah mengeluarkan semua isi perut keesokkan harinya.
“Kenapa lu? Hamil?”
Kurang ajar si David! Segila-gilanya gue, enggak akan pernah melakukan hal itu.
“Lu bukannya nolong malah nuduh yang enggak-enggak,” sahut gue sambil mencuci wajah yang sudah enggak karuan.
“Lu abis dari pesta klien?” tanya David setelah melemparkan handuk kecil.
“Reunian.”
“Kuliah?”
“SD.”
“What? Masih suka ketemuan?”
“Kadang. Lagipula kerjaan gue emang datang dari satu pesta ke pesta lain.” Gue berlalu dari hadapan David.
“Enggak harus tiap hari, kan?” keluh David. “Enggak kasian sama badan lu? Inget, udah kepala 3. Umur enggak bisa bohongin kondisi badan, Nyet!”
“Sok perhatian!”
“Bukan gitu. Nelen minuman yang bikin mabok, pulang malem lagi! Lu tuh wanita muda, single, wajah oke. Memang enggak takut digodain lelaki hidung belang di bar?”
“Ada lu, Pid. Gue telepon, lu bakal langsung datang, kan?”
“Enggak selamanya, Nyet! Lu ganti pekerjaan napa? Cari yang bener gitu.”
Gue memelototi David. “Jadi, menurut lu kerjaan gue enggak bener? Hello! Ini kerjaan paling oke sejagad raya. Party planner. Jutaan wanita rela mati demi kerjaan gue!”
David menjitak kepala gue. “Sadar! Masih hangover? Kalau sebatas baby shower, anniversary, engagement party emang oke, tapi kerjaan lu ngatur pesta di klub semua. Ada yang enggak?
"Kerjaan lu enggak ada apa-apanya dibandingkan sama kerjaannya Agatha. Kerjaan dia yang bikin jutaan wanita di jagad raya rela mati buat dapetinnya!”
“Ah bawel lu! Bandingin gue sama Agatha!”
“Ngambek?”
“Mana ada adik yang mau dibanding-bandingin sama kakaknya. Rese!"
David mencubit kedua pipi gue dan menggoyangkannya ke kiri dan kanan. “Jangan ngambek dong, Nyet. Muka lu makin mirip Mak Lampir kalau begitu.”
“Ih sumpah! Nyebelin banget lu!” Gue mengenyahkan jemari David. “Balik sana! Urus tuh Julia, adik lu!”
“Ngusir?”
“Gue mau bersih-bersih, Pid. Entar Agatha marah gue telat dateng.”