Mata dan rahang David terbuka lebar ketika tau kemana arah tujuan gue di Senin pagi buta minggu berikutnya.
"Lampu hijau udah nyala, Pid,"
David gelagapan antara memindahkan gigi, mengangkat kopling, dan menginjak gas mobil berlogo bintang tiga poin kuno miliknya. "Gue gak lagi mimpi 'kan?"
"Kagaklah. Mata lu liat depan, nanti nabrak. Gue belum siap mati muda."
"Nyet, seriusan lu gantiin Agatha kerja di kantornya?"
"Serius. Daripada disebut adik gak berbakti. Lagipula lu pernah bilang kalau jutaan wanita sejagad raya ini rela mati buat pekerjaannya Agatha. Gue sekarang gantiin posisi Agatha, tapi lu kayak yang gak dukung."
"Bukan gitu, Nyet. Gue gak nyangka wanita kayak lu mau gantiin Agatha," ujar David
"Wanita kayak gue? Ada apa dengan gue?"
"Lu sama Agatha bagaikan dua sisi mata uang. Memang bosnya Agatha udah pernah ketemu sama lu sebelumnya?"
"Belum. Mungkin hari ini gue ketemu sama bosnya Agatha," jawab gue santai.
David menggelengkan kepala. "Gila Agatha! Sembrono banget main gantiin posisi. Kalau bosnya tiba-tiba mecat lu, gimana?"
"Lu sahabat gue atau Agatha? Gue juga berkompeten kayak Agatha!" protes gue sama David. "Lagian enggak ada yang salah sama baju gue 'kan?"
David melirik gue sekilas. "Engak ada. Malah lebih sopan. Cuma ... gimana gue bilangnya ya?"
"Apaan sih, Pid? Kesel gue kalau lu main rahasia begini."
"Gue khawatir bosnya Agatha punya ekspektasi lebih," jawab David. "Agatha dan 'daster' yang selalu lu bilang itu ...."
Gue mendengkus. Kenapa enggak kepikiran sampai sana? Gue meneliti pakaian yang gue kenakan. Sebuah blouse berwarna merah muda dipadu rok kain sebetis abu tua yang senada dengan tas jinjing motif monokrom. Gue menurunkan kaca yang ada di bagian depan mobil David. Rambut terikat rapi dengan makeup yang—menurut gue—natural. Eh, tetapi bagaimana kalau bos-nya Agatha mengharapkan gue pakai 'daster' dan kain penutup seperti ... no way!
Mobil yang dikemudikan David sudah berhenti di seberang lobi salah satu hotel mewah kota Jakarta, Oriona Suite Hotel. Well, perkataan David ada benarnya. Gue yakin kalau jutaan wanita di jagad raya sekarang benar-benar pengin menyingkirkan gue dengan cara apapun, demi bekerja di sini. Meskipun cuma tiga bulan, boleh dong bangga.