Hijrahcchiato

Noera Ilyana
Chapter #4

Budaya Kerja yang Asing

Baru satu hari kerja, gue sudah merasa seperti 10 tahun terpenjara di lembaga pemasyarakatan. Ini baru ketemu map birunya, belum sama presdirnya!

Mata gue pedih membaca banyak runtutan pekerjaan yang harus dilakukan sebagai sekretaris pengganti. Satu, gue harus menyaring informasi untuk presdir. Kedua, mengecek aktivitas perusahaan yang sudah diatur asisten, mulai dari administrasi hingga human relations. Ketiga, membuat surat menyurat, pengetikan, filling, menerima tamu, telepon, telegram, dan menyimpan arsip-arsip penting. Keempat, mengecek jadwal pertemuan dan perjanjian dengan relasi maupun kegiatan lainnya yang telah dibuat oleh asisten sekretaris. Kelima, mengecek dokumentasi yang telah dikerjakan asisten sekretaris, mempersiapkan pidato, dan presentasi presdir, termasuk mengirim ucapan pada relasi.

Enggak hanya itu, aturan yang sudah dijelaskan Dion sebelumnya tertulis di sana. Untung bagi gue enggak ada aturan berpakaian yang harus diikuti! Lega.

Namun, hati terasa pedih ketika membaca nominal insentif yang gue dapatkan. Gila, UMR daerah dong! Pengin menangis guling-guling! Gue enggak mimpi 'kan? Ini tahun 2019, bukan jaman Romusha!

"Assalaamu'alaikum," sapa seseorang dengan suara alto. Gue melihat sosok wanita muda mengenakan 'daster' seperti Agatha dan menutup kepalanya dengan sehelai kain sampai dada. "Kenalkan aku Aisha, Kak. Aku salah satu asisten sekretaris di sini. Tugasku ngatur jadwal pertemuan dan perjanjian antardepartemen serta relasi Berg International Indonesia, berdua sama Arumi. Salam kenal, Kak Agnes."

"Eh, i–iya," jawab gue gugup. "Kalau yang mengatur aktivitas perusahaan siapa ya? Sama yang bikin dokumentasi perusahaan?"

"Oh, itu mah tugasnya kak Ilyas sama kak Vano. Tapi, asisten dokumentasi baru mengundurkan diri," jawab Aisha. "Menurut kabar, penggantinya belum ketemu. Jadi, dipegang oleh Arumi untuk sementara."

Gue mengangguk.

"Assalaamu'alaikum. Kak Agnes ya?" sapa wanita muda lain yang berpakaian sama persis dengan Aisha. "Aku Arumi. Senang bisa berkenalan sama kakak. Aku gak nyangka Kak Agnes cantik."

Pujian Arumi bikin gue terbang! Akhirnya ada yang menyadari kecantikkan gue juga. Jadi, gue pasang senyum semanis mungkin untuk Arumi yang kayaknya lebih muda usianya dari gue.

"Kak Agnes, kakaknya kak Agatha ya?" tanya Arumi.

Damn! Lenyap sudah senyuman manis buat Arumi. Gue jadi berasa ratu jahat di kartun Snow White yang sibuk mencari cermin ajaib hanya untuk bertanya, lebih tua siapa, gue atau Agatha?

"Wah, lagi ngumpul apa ini?"

Gue otomatis melihat ke arah suara khas lelaki yang tertangkap telinga. Kantor atau Surga sih ini? Belum cukup gue terpesona dengan ketampanan Ryan dan Dion, muncul lagi dua lelaki tampan dihadapan gue.

"Assalaamu'alaikum. Ana* Vano," ujar lelaki yang rambutnya diikat ke belakang. Wajahnya bersih, mulus, dan kayaknya enggak pernah terbakar sinar matahari sedikit pun. Kalau Dion wajahnya khas Indonesia, Vano ini wajahnya khas orang Arab. Apalagi ditambah jambang dan jenggot yang menghiasi wajahnya.

"Ini Ilyas," lanjut Vano.

Sebentar, gue enggak salah denger nama 'kan? Wajah bule begini namanya Ilyas? Bener kata Shakespeare, apalah arti sebuah nama! Bungkusannya lebih keren daripada namanya. Surga beneran ini!

"Gue Agnes Wiriatmadja. Sekretaris pengganti sekaligus adik Agatha Wiriatmadja," sahut gue dengan memberikan sedikit penekanan pada kata 'adik', sembari mengulurkan tangan ke arah Vano dan Ilyas.

Vano dan Ilyas bukannya membalas uluran tangan gue, mereka malah menangkupkan kedua tangannya di dada. Apa-apaan ini? Kenapa enggak membalas uluran tangan gue? Enggak sopan!

"Sorry, kita bukan mahram. So, sebaiknya tidak bersentuhan tangan," jawab Ilyas yang membuat gue bingung. Mahram apaan sih?

"Mahram itu semua orang yang haram untuk dinikahi selamanya karena sebab keturunan, persusuan, dan pernikahan dalam syariat Islam," jelas Vano yang sepertinya menangkap kebingungan gue. "Seringkali tertukar dengan kata muhrim. Karena sebenarnya kata muhrim memiliki arti yang lain. Dalam bahasa Arab, kata muhrim atau muhrimun artinya orang yang berihram dalam ibadah haji sebelum bertahallul. Sedangkan kata mahram atau mahramun, artinya orang-orang yang merupakan lawan jenis kita, tetapi haram atau enggak boleh dinikahi sementara atau selamanya.

Lihat selengkapnya