Sebentar lagi bel pulang berbunyi, aku akan menemani Rio latihan basket dan teman-temanku akan pergi ke mall. Sebenarnya aku juga ingin pergi bersama teman-teman, tapi jelas itu tidak bisa karena akan dilakukan pada waktu yang sama.
Tadi pagi saat aku berangkat dan masuk ke dalam kelas, Rere menyapaku seperti biasa. Sukma ada di sebelahnya sambil memainkan ponsel. Mereka berdua sedang membicarakan entah apa aku tidak terlalu mendengarkan. Sedangkan Nisa duduk dengan tenang di kursinya sambil membaca buku. Aku ikut nimbrung bersama Rere dan Sukma setelah menaruh tasku di kursi.
Tidak ada yang berbeda dengan mereka bertiga. Begitu juga saat Lila masuk ke dalam kelas dengan heboh, membuat Rere ikut heboh. Semua kelihatan sama saja seperti sebelumnya, tampak baik-baik saja. Teman-teman sekelas yang lain juga punya kesibukan masing-masing.
Aku dan teman-teman tetap akrab seperti biasanya, bersenda gurau. Kami pergi ke kantin dan musala bersama. Tapi aku merasa sedikit canggung untuk waktu tertentu. Atmosfer yang kurasakan sedikit berat. Tapi semoga, ini hanya perasaanku saja dan hanya aku yang merasakannya.
Tiba-tiba lamunanku terbuyarkan oleh suara nyaring bel pulang.
"Baiklah, yang belum selesai, selesaikan di rumah," kata Bu Nana selaku guru Matematika. Kami sekelas menyahut.
Setelah berdoa, Bu Nana segera keluar kelas, begitu juga dengan beberapa teman. Ada yang langsung pulang, ada juga yang tetap tinggal di sekolah untuk mengikuti kegiatan sore.
"Yes, ke mall!" seru Lila sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Langsung ke mall, nih?" tanya Rere di belakang.
"Iya aja. Supir gue pasti udah dateng," jawab Lila.
"Kita jadi pake mobil lo, Lil?" tanya Sukma pada Lila.
"Kita pake mobil lo?" tanya Rere pada Lila.
"Mobil ortunya Lila yang bener," ucap Nisa datar.
"Iya, pake mobil ortu gue," kata Lila dengan cengengesan.
"Iya, Nis, maksudnya gitu," balas Rere agak jengkel.
Oh, mereka sudah membahas akan menggunakan kendaraan siapa. Aku baru tahu.
"Yuk, berangkat!" seru Lila semangat.
"Kok jadi lo yang paling semangat sih, Lil? Kan gue yang ngajak kalian jalan," ucap Sukma.
Lila menoleh ke arah Sukma, "Kan gue yang usul ke mall," Lila menjulurkan lidahnya. "Lagian, kita mau main timezone, masa nggak semangat sih?"
"Gue juga semangat tau!" seru Rere heboh.
"Ya udah." Lila menoleh kepadaku, "Kita tinggal nih, Ra. Selamat pacaran," kata Lila dengan nada menggodaku.
"Ih, apaan sih," balasku karena kesal digoda begitu.
"Yok, tinggal aja Ara mah," kata Rere sambil berjalan keluar kelas.
"Dah, Ra, mau main timezone!" seru Sukma sambil berjalan mengikuti Rere dan Lila.
"Bye, Ra," kata Nisa sebelum berjalan keluar kelas.
"Bye, kalian," balasku.
Sekarang tinggal aku dan beberapa teman di kelas. Lila, Rere, Sukma, dan Nisa, semua tampak senang pergi ke mall. Aku jadi ingin ikut mereka. Tapi aku sudah memutuskan untuk menemani Rio latihan basket. Ya, itu juga pasti menyenangkan.
Aku berjalan keluar kelas. Sampai di koridor, aku mengamati sekitar, mencari Rio. Kelasku dan kelas Rio memang tidak terlalu jauh.
Aku melihat Rio sedang mencuci tangan di wastafel depan kelas. Aku berjalan ke arahnya.
"Rio," panggilku.
Rio menoleh, kemudian dia tersenyum melihatku. "Hei, kok ke sini?"
"Kan nyamperin kamu," jawabku.
"Kan bisa tunggu di kelas, biar aku yang nyamperin kamu duluan," kata Rio.
Aku menggelengkan kepala. "Nggak ah, ngapain di kelas. Mending ke sini."
Rio tertawa kecil. "Duduk dulu, yuk!"
Rio dan aku menduduki bangku panjang di depan kelas Rio.