Pagi ini, aku berangkat lebih awal. Bukan karena bersemangat atau apa, tapi karena aku ingin cepat-cepat bertemu teman-temanku—Lila, Sukma, Rere, dan Nisa.
Tadi malam, setelah salat Isya, aku mengerjakan PR-ku. Meskipun kesulitan dan harus bolak balik mencari jawaban di browser, aku akhirnya dapat menyelesaikan PR-ku. Selain itu, susu coklat hangat dari Bi Mina dapat membuatku lebih tenang.
Sebenarnya, bisa saja aku bertanya kepada Lila, Sukma, atau yang lainnya untuk meminta jawaban mereka. Tapi entah kenapa, mereka tidak online saat aku akan mengirimi mereka pesan. Aneh sekali, biasanya mereka selalu online.
Sebenarnya, apa yang sudah terjadi? Apa ini ada hubungannya denganku? Aku tidak tahu. Aku juga belum tahu apa yang terjadi dengan Rere. Makanya aku ingin cepat bertemu mereka. Aku merasa ada sedikit yang mengganjal.
Aku memasuki kelas dan mendapati suasana yang masih sepi. Baru ada empat orang, dan teman-teman segrupku tidak ada di antara mereka.
"Wah, kok tumben banget berangkat awal, Ra," sapa salah satu temanku, Disa. Dia memang termasuk orang yang suka berangkat pagi, sehingga dia tahu siapa saja yang berangkat lebih awal.
Aku hanya tersenyum sambil terus berjalan ke arah kursiku.
"Kenapa, kok tumben banget? Belom ngerjain PR, ya?" tanyanya.
"Nggak apa-apa, gue udah ngerjain kok," jawabku.
"Oh, kirain," balasnya.
Aku memilih duduk diam di kursi dan mengeluarkan ponsel. Mengecek kapan terakhir kali Rere online, pukul lima pagi lebih lima belas menit. Aku juga mengecek milik temanku yang lain. Nisa yang paling awal online, pukul empat lebih lima menit dia sudah bangun. Aku saja baru bangun pukul setengah enam.
Waktu terus berjalan dan semakin ramai orang memasuki kelas. Termasuk Nisa, Sukma, dan Lila, sedangkan Rere belum datang.
"Hei," sapaku agak ragu pada Lila. Dia baru saja masuk kelas dan menaruh tasnya di kursi sebelahku.
Lila tersenyum riang seperti biasanya. Atau mungkin, dia terlalu pintar menutupi sesuatu sehingga aku tidak menyadarinya? Entahlah.
"Gimana PR lo, Suk?" tanya Lila pada Sukma di belakangku.
Nisa yang berada di depanku, pindah ke sebelah Sukma karena Rere belum datang.
"Udah selesai. Lo gimana?" tanya Sukma balik.
"Udah juga," balas Lila.
"Gue juga udah," ucap Nisa.
"Nggak ada yang nanya lo, ya," balas Lila, bercanda. Nisa menatap Lila dengan kalem. Lila tertawa karenanya.
Yang kurasakan saat ini adalah, kenapa mereka bertiga tampak biasa saja? Atau mungkin mereka memang pintar untuk menutupi sesuatu dariku? Kenapa mereka tidak memberitahu saja sih? Bukankah selama ini aku selalu bercerita kalau ada apa-apa, dan mereka juga selalu membantuku? Tapi kenapa mereka ingin menyembunyikan sesuatu dariku?
Apa mungkin hanya aku di sini yang merasa sangat dekat dengan mereka sementara mereka menganggap pertemanan mereka denganku hanya pertemanan biasa?
"Lo kenapa diem aja, Ra?" tanya Sukma, membuyarkan pikiranku.
Aku menatap ketiga temanku satu per satu. Mereka ganti menatapku dengan raut wajah bingung.
Sebenarnya aku ingin langsung tanya, tapi entah kenapa rasanya sulit. Aku takut nanti suasana di antara kami menjadi tidak nyaman.