Dalam lima tahun terakhir ada beberapa kasus orang hilang di Desa Sayu. Pertama: Pak Yono. Lima tahun yang lalu Pak Yono yang bekerja sebagai penjaga kebun di pinggiran Desa Sayu, tiba-tiba menghilang begitu saja. Dari cerita anaknya, Pak Yono pamit ke kebun untuk berkebun. Biasanya saat siang, Pak Yono akan kembali ke rumah untuk makan dan solat. Tapi siang itu Pak Yono tidak kembali ke rumah. Anak laki-lakinya yang khawatir menyusul Pak Yono ke kebun. Sayangnya begitu sampai di kebun, yang ada hanyalah sepeda milik Pak Yono.
Kepanikan jelas terjadi. Pencarian besar-besar dilakukan untuk menemukan Pak Yono. Selama seminggu lamanya, hampir semua pria di Desa Sayu mencari keberadaan Pak Yono. Bahkan kepolisian pun dikerahkan hanya demi mencari jejak Pak Yono yang menghilang secara misterius. Akan tetapi setelah pencarian besar-besaran dilakukan, Pak Yono tiba-tiba ditemukan d dekat pesarehan pada pagi hari. Dan ketika ditanya Pak Yono merasa kaget karena dari ingatannya Pak Yono harusnya sedang ada di kebunnya.
Kasus kedua. Dialami Slamet warga desa sebelah yang memang niat tirakat dan minta bantuan doa pada Mbah Sayu. Kejadian itu terjadi tiga tahun yang lalu. Slamet setiap harinya akan datang ke pesarehan Mbah Sayu hanya untuk bersedekah, nmpang solat dhuha di masjid dekat pesarehan dan puasa selama empat puluh hari berturut-turut. Tepat setelah empat puluh hari puasanya tuntas, Slamet menghilang di pesarehan dan membuat keluarganya panik.
Selama seminggu penuh dilakukan pencarian di dua desa baik desa tempat Slamet tinggal dan Desa Sayu. Tapi hasilnya nihil. Slamet hilang tanpa meninggalkan jejak. Hanya jejak terakhirnya di pesarehan yang tertinggal.
Seminggu setelah menghilang, ajaibnya Slamet muncul di lokasi di mana dirinya hilang. Baik keluarga mapunu semua orang yang mencarinya bersyukur karena Slamet kembali dalam keadaan baik-baik saja. Tapi yang lebih mengherankan adalah pengakuan dari Slamet itu sendiri.
“Tekan endi ae, Met?? Sing goleki taker setengah mati ngubeki desa!!”
(Dari mana aja, Met?? Yang nyariin setengah mati muteri desa!)
“Lah emang e sopo sing ilang?? Kok aku sing diarani?”
(Lah emangnya sapa yang hilang? Kok aku yang ditanyai?)
“Yah kamu lah, sopo maneh!!”
(Yah kamu lah, sapa lagi!!)
“Lah, lah!! Aku iki kan melu goleki!! Aku loh ndek mburimu pas goleki seng ilang, emang ndak ketok??”
(Lah, lah!! Aku ini loh ikut nyariin! Aku di belakangmu pas nyariin, emang nggak kelihatan?)
“Eh?? Apane? Ojo asal lek ngomong!”
(Eh? Apanya?? Jangan asal bicara!!)
“Tenan! Aku iki tenanan! Aku loh ndek mburimu melu goleki! Aku eroh onok sing ilang! Iku tok!”
(Beneran! Aku ini jujur! Aku loh di belakangmu ikut nyariin! Aku tahu ada yang hilang! Itu saja!)
Pengakuan Slamet itu benar-benar menggemparkan dua desa terutama Desa Sayu yang notabene adalah lokasi di mana Slamet menghilang.
Setelah itu dua tahun keadaan tenang. Selama dua tahun lamanya tak ada orang hilang dan hari berlalu begitu saja. Cerita-cerita mengenai orang yang hilang masih sering diceritakan hanya untuk memberi peringatan bahwa pesarehan milik Mbah Sayu adalah tempat yang sakral.
Tapi setahun yang lalu kejadian yang sama terulang lagi. Pria muda bernama Aji tiba-tiba menghilang saat mencari rumput di dekat pesarehan. Tiga hari tiga malam dilakukan pencarian dan sama seperti kasus sebelum-sebelumnya, Aji tba-tiba muncul di depan rumahnya dan membuat semua orang di rumahnya kaget dan panik.