HILANG

mahes.varaa
Chapter #4

KEMBALI PART 2

Setelah kehebohan hilangnya cucu dari BudeNur, sekarang kembalinya cucu Bude Nur pun memicu kehebohan di desa Sayu. Berbondong-bondong warga di desa Sayu datang ke rumah Bude Nur, karena ingin melihat cucu Bude Nur-Rere yang telah menghilang selama tiga hari lamanya. Kuswati yang juga sangat penasaran pun begitu. Setelah pekerjaan memasaknya selesai, Kuswati sengaja datang ke rumah Bude Nur hanya untuk melihat atau lebih tepatnya menjenguk cucu Bude Nur-Rere setelah tiga hari menghilang.

“Maaf, Mbak Kus!” Ana-putri terakhir Bude Nur sekaligus tante dari Rere, menolak Kuswati yang hendak menjenguk Rere. “Rere ne turu. Sesuk ae jenguk e.”

(Maaf, Mbak Kus! Rere lagi tidur. Besok saja jenguknya.)

“Eh, kok ngunu? Liyane mau oleh ngendangi, kok aku ra oleh?” Kuswati yang sudah kadung penasaran, memaksa untuk masuk. Dengan pertimbangan bahwa Bude Nur adalah Kakak dari Ibunya, Kuswati yang masih merasa ada hubungan saudara ingin menggunakan hubungan itu.

(Eh, kok gitu? Yang lain tadi boleh jenguk, kok aku nggak boleh?)

“Bukane ra oleh, Mbak. Tapi arek e nguantuk banget jarene mau!! Mulai mau teko, adus, mangan saiki turu arek e. Kabeh seng ngendangi tak tolak e, Mbak. Guduk Mbak tok! Arek e ndak kuat melek, Mbak.”

(Bukannya nggak boleh, Mbak. Tapi anaknya ngantuk banget bilangnya tadi. Mulai dari datang, mandi, makan sekarang tidur anaknya. Semua yang jenguk ditolak Mbak. Bukan Mbak saja. Anaknya nggak kuat bangun, Mbak.)

“Yoalah!!” Kuswati harus menelan rasa kecewanya karena rasa penasarannya yang sudah berada di ujung gunung dengan kedatangan Rere secara tiba-tiba. “Ya wes lah. Aku sesuk rene neh!”

(Yoalah! Ya sudah kalo gitu. Besok, aku tak ke sini lagi!)

“He eh, Mbak! Sepurane loh, Mbak!”

(He eh, Mbak! Maaf yah, Mbak!)

“Ndak popo, Na. Piye neh, ancen mungkin arek e kesel nemen.” Kuswati berniat untuk pulang ke rumahnya. Tapi sebelum itu, Kuswati berbalik dan bertanya lagi kepada Ana. “Na!! Arek e gowo opo?”

(Nggak papa, Na! Mau gimana lagi, kan anaknya emang capek banget. Na!! Anaknya bawa apa?)

Ana mengerutkan alisnya merasa heran. “Gowo opo? Maksud e, Mbak?”

(Bawa apa? Maksudnya, Mbak?)

“Iku loh koyok bojone Yanti, kan mari lang gowo keris e Mbah Sayu. Lah Rere gowo opo? Keris pisan??” Kuswat menjelaskan dengan penuh harap akan mendapatkan sedikit pemuas untuk rasa penasarannya.

(Itu loh kayak suaminya Yanti, kan habis hilang bawa kerisnya Mbah Sayu. Trus Rere bawa apa? Keris juga?)

“Oalah iku toh.” Ana mengangguk sebelum tangannya bergerak ke kanan dan ke kiri sebagai isyarat menggantikan gelengan kepalanya. “Arek e ndak gowo opo-opo, Mbak.”

(Oalah itu. Anaknya nggak bawa apa-apa, Mbak.)

“Tenanan?” Kuswati kaget karena selama ini orang-orang yang hilang selalu kembali dengan membawa sesuaatu.

(Beneran?)

“Tenan, Mbak.”

Lihat selengkapnya