Dua hari berturut-turut banyak orang datang berkunjung ke rumah Bude Nur. Alasannya sama untuk menjenguk Rere dan penasaran dengan apa yang terjadi pada Rere selama tiga hari menghilang. Dan hasilnya semua yang datang harus menelan rasa pahit sama sepert Kuswati karena Rere memberikan jawaban yang sama dengan jawaban yang diberikan pada Kuswati: tidak ingat apapun.
Kehebohan terjadi lagi. Jika yang sebelumnya karena Rere menghilang secara tiba-tiba, maka sekarang yang membuat heboh adalah kembalinya Rere begitu saja yang tidak ingat apa-apa dan tidak membawa apa-apa.
“Tenan loh jarene Mbak Kus. Rere ndak gowo opo-opo tekan ngilang!” ujar Wiwik yang tiba-tiba bicara membahas Rere lagi dan lagi.
(Beneran loh katanya Mbak Kus. Rere nggak bawa apa-apa habis menghilang!)
“Aneh yoh.” Nuraini berkomentar. “Biasane sing ngilang ngunu kan, pas balik gowo opo ngunu. Iki Rere kok ndak gowo opo-opo?”
(Aneh yah. Biasanya yang habis hilang kan bawa apa gitu. Ini Rere kok nggak bawa apa-apa?)
“Mungkin ndak sih lek Rere iku bohong??” Wiwik bicara lagi.
(Mungkin nggak sih kalo Rere itu bohong?)
“Lek iku ndak mungkin.” Wati yang sejak tadi diam, tiba-tiba bicara.
(Kalo tu nggak mungkin.)
“Kenopo ndak mungkin?” Wiwik bertanya dengan wajah tidak terima. “Kita kan ndak tahu dan ndak kenal gimana Rere!”
(Kenapa nggak mungkin? Kita kan nggak tahu dan nggak kenal gimana Rere!)