HILANG

mahes.varaa
Chapter #14

RERE-ANAK PERTAMA WIDAYU PART 2

“Gimana, Pri?” Widayu bertanya kepada Supri-adiknya yang pergi berkeliling dengan warga Desa Sayu untuk mencari Rere.

Supri menggelengkan kepalanya. “Ndak onok, Mbak. Kayak e Rere ilang podo koyok bojone Yanti. Tapi masalah e Rere iku kan ndak ngelakokno tirakat sembarang kali ngunu! Lah kok bocah e isok ilang?”

(Nggak ada, Mbak. Kayaknya Rere hilang sama kayak suaminya Yanti. Tapi masalahnya Rere itu kan nggak ngelakuin tirakat seperti itu! Kok anaknya bisa hilang?)

Widayu juga setuju dengan pertanyaan Supri-adiknya. Rere sama sekali tidak punya pemikiran seperti. Aku kenal dengan baik anakku, sesusah-susahnya hidupnya, Rere paling hanya akan puasa sunah, solat dhuha, solat tahajud dan dzikir. Itu saja. Mengenai apa yang ada di pesarehan, Rere sama seperti aku. Antara percaya atau tidak hanya 50%.

“Mbak?” Supri memanggil.

“Oh, ho oh. Kenapa Pri?”

“Tenang ae, Mbak. Rere pasti ketemu kok. Bojone Yanti ae balik dewe, Rere pasti balik kok, Mbak!”

(Tenang saja, Mbak. Rere pasti ketemu kok. Suaminya Yanti aja kembali, Rere pasti kembali juga, Mbak!)

“Ya.” Widayu menganggukkan kepalanya menyadari Supri sekarang sedang menguatkannya. Bagaimana pun … meski kelihatannya tidak dekat, Supri dulu juga ikut membesarkan Rere karena pernah bekerja sama dengan Ipul di peternakan.

Widayu yang hanya bisa menunggu di rumah-menunggu kabar dari orang-orang yang pergi mencari Rere, hanya bisa berdoa dalam hati sembari melakukan aktivitasnya seperti biasa.

“Mbak yakin ndak papa?” tanya Ana khawatir.

“Ndak papa, Nduk! Tenang ae, masio kayak gini Mbak yoh berdoa semoga Rere ndang ketemu, cepet mulih!”

(Nggak papa. Tenang saja, meski kayak gin Mbak juga berdoa semoga Rere cepat ketemu, cepat pulang!)

“Ya wes … tapi lek onok opo-opo, ojok sungkan, Mbak. Kabeh yoh khawatir karo Rere, Mbak.”

(Ya sudah … tapi kalo ada apa-apa, jangan sungkan, Mbak,. Semua juga khawatir sama Rere.)

“He eh. Makasih, nduk!”

Sehari berlalu. Dan hasil pencarian mengenai Rere adalah nol. Sama sekali tak ditemukan jejak keberadaan Rere dan tak ada satu pun orang yang melihat ke mana Rere pergi. Semua orang yang pernah melihat Rere terakhir kalinya mengatakan hal yang sama: ‘bukannya jalan-jalan di pesarehan?’. Dan setelah itu tidak ada satu pun orang yang melihat Rere lagi.

Malam tiba. Pencarian masih dilakukan secara bergantian oleh warga Desa Sayu. Dari dalam kamarnya, Widayu masih mendengar teriakan orang-orang yang memanggil nama Rere dengan kencang.

“Rere!! Rere!!”

Lihat selengkapnya