HILANG

mahes.varaa
Chapter #15

RERE-ANAK PERTAMA WIDAYU PART 3

Hari kedua Rere hilang.

Berkat mimpi semalam, Widayu yang masih merasa khawatir berusaha untuk bersikap tenang dan melakukan apa yang bisa dilakukannya seperti biasa: membersihkan rumah, membantu memasak dan menjaga Nur-Ibunya yang sedang sakit. Meski tubuhnya sibuk dengan banyak pekerjaan, tapi hati Nur terus berdoa mendoakan agar Rere cepat kembali dalam keadaan baik-baik saja.

Tapi ada yang terus mengganggu Widayu. Sejak kemarin … terutama saat bangun dari mimpinya dengan pria tua yang dipanggil Rere dengan kakek buyut, kepala Widayu terus memutar momen penting Rere saat bersamanya.

 

Tahun 2021.

“Mbak!!”

Karena Widayu adalah tipikal orang yang gaptek, jadi memegang hp saja terkadang menyulitkan Widayu. Jadi kaloa da pesan maupun panggilan yang masuk ke dalam hpnya, Widayu akan berteriak memanggil Rere.

Kebetulan hari itu ada telepon dari Ana-adik bungsu Widayu. Ana berulang kali mengirim pesan pada Rere untuk menghubungi Widayu. Sayangnya … hari itu Widayu ada beberapa jahitan yang harus diselesaikannya hari itu juga dan baru bisa menerima telepon Ana di sore hari.

“Kenapa, Nduk??” Kok moro jaluk telepon?”  

(kenapa? Kok tiba-tiba minta telepon?)

“Rungokno, Mbak. Akeh wong ninggal ndek kene!”

(Dengarkan, Mbak. Ada banyak orang meninggal di sini!)

“Eh?? Opo o? Kena covid tha?”

(Eh? Kenapa? Kena covid?)

“He eh, Mbak! Mbak Nina karo kembarannya-Mbak Nana ninggal jaraknya cuma seminggu. Maringunu lima dino ngkas, Nani anake Mbak Nina yoh meninggal. Telung dino ngkas, Rati ibu e Mbak Nina karo Mbak Nana yoh meninggal. Trus Mas Arif, wes pindo nang rumah sakit dioisolasi, bolak balik kena covid tap yoh untung e sembuh. Cuma liyane yoh akeh seng kena moro onok kabar ninggal, Mbak.”

(He eh, Mbak! Mbak Nina sama kembarangnnya-Mbak nana meninggal dengan jarak satu minggu. Setelah itu lima hari kemudian, Nani anaknya Mbak Nina yah meninggal. Tiga hari berikutnya, Rati-Ibunya Mbak Nina sama Mbak Nana juga meninggal. Terus Mas Arif sudah dua kali masuk rumah sakit, diisolasi, berulang kali kena covid, tapi untungnya sembuh. Cuma lainnya yah banyak yang kena, tiba-tiba saja sudah ada kabar meninggal, Mbak.)

“Bapak karo Ibu piye? Awakmu dewe piye? Ndak popo?” Mendengar banyaknya orang yang terkena covid di Desa Sayu-tempat di mana Widayu dibesarkan, mendadak Widayu panik dan cemas dengan keadaan ayah, ibu dan adiknya.

(Bapak sama Ibu gimana? Kamu sendiri gimana? Nggak papa?)

“Ibuk winginane mari diisolasi, Mbak. Tapi wes mulih kok, Mbak. Ndak papa kok. Liyane sehat kabeh, Mbak.”

(Beberapa hari yang lalu, Ibu juga diisolasi, Mbak. Tapi sudah pulang kok. Nggak papa kok. Yang lainnya sehat semua, Mbak.)

“Tenan?” Widayu memastikan.

(Bener?)

“Tenanan, Mbak. Wes ndak popo.”

(Beneran, Mbak. Udah nggak papa.)

“Yoh wes lek ngunu. Kabari lek onok opo-opo. Mbak kan adoh, jadi cuma isok ngirim doa.”

Lihat selengkapnya