HILANG

mahes.varaa
Chapter #20

DIMENSI YANG LAIN PART 2

Glup. Rere menelan ludahnya sembari menahan tangan dan kakinya yang gemetar hebat karena melihat hewan yang paling dibencinya, terlebih lagi ukurannya yang sangat-sangat besar.

Jika ular itu makan, kira-kira berapa banyak orang yang dimakannya untuk membuat perutnya kenyang??  Baru hanya melihat hewan yang paling dibencinya dalam ukuran yang sangat besar, Rere sudah membayangkan yang tidak-tidak tentang hewan itu.

Tapi … Rere melihat ke arah pria yang terlihat tua dengan beberapa bagian rambutnya yang memutih dan mengenakan pakaian serba putih. Bahkan bagian kepalanya pun ditutup dengan bulatan kain putih yang membuat Rere teringat dengan potret Pangeran Diponegoro saat pelajaran sekolah dulu. Penampilan pria tua itu mirip dengan Pangeran Diponegoro meski wajahnya tidak benar-benar mirip.

Rere melihat ke arah pria itu yang kini tersenyum melihat Rere balik. Dalam benaknya Rere menyadari ada yang salah. ‘Itu’, kenapa pria tua itu memanggil ular itu dengan itu??

Rere diam sejenak dan kemudian menatap balik ular hitam besar yang kelihatan sangat menakutkan itu. Dalam benaknya Rere kemudian mengingat banyak hal yang berhubungan dengan legenda desa, cerita turun temurun desa dan beberapa kejadian aneh di mana banyak orang yang masuk pesarehan melihat ular besar termasuk Bulik Nuraini yang sampai ditemukan tak sadarkan diri.

Jangan-jangan … dugaanku selama ini benar??

“Kamu tidak takut dengan ‘ini’, Nak?”

Coba aku tebak saja! Toh ini bukan ujian yang kalo salah nilainya bakal jelek. Rere menelan ludahnya lagi dan kali ini mencoba untuk memberanikan dirinya meski tangan dan kakinya masih gemetar. “Sebelum aku jawab pertanyaan itu, bisakah saya tahu siapa Bapak?”

“Ahh … maaf, Nak.” Pria tu itu tertawa kecil mendengar pertanyaan Rere. “Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Sayu.”

“Sayu??” Rere langsung membulatkan kedua matanya karena kaget dan tidak mengira bahwa dirinya akan bertemu langsung dengan pemilik nama yang selama ini jadi legenda desa. “Sayu yang itu?? Mbah Sayu yang dikenal sebagai pendiri desa ini??”

“Panggil aku kakek buyut saja, Nak. Mau bagaimana pun kamu adalah keturunan dari anak angkatku!” Pria tua yang mengaku sebagai Sayu yang dikenal namanya di seluruh Desa Sayu, tertawa lagi melihat reaksi kaget Rere. “Jadi, Nak. Apa jawabanmu? Apa kamu tidak takut dengan ‘ini’?”

Rere memandang ular hitam besar yang menakutkan itu sembari sekali lagi menelan ludahnya. “A-apa Kakek buyut sedang bercanda denganku??” Rere menunjukkan kedua tangannya yang masih gemetar meski tidak separah sebelumnya. “Aku paling benci hewan itu, Kakek buyut! Jadi tak bisakah Kakek buyut mengubahnya ke bentuk lain? Bukankah ‘itu’ adalah tongkat milik Kakek buyut?”

Prok, prok! Pria tua dengan jubah itu bertepuk tangan memberikan pujian pada jawaban Rere. Pria tua itu kemudian mengubah ular hitam yang besar itu menjadi tongkat kayu, yang kemudian lamngsung berada di genggamannya. “Kamu orang pertama yang menebak dengan tepat, Nak. Dari mana kamu tahu kalo ular hitam yang menakutkan ini adalah tongkat milikku yang dicari banyak orang?”

Huft!! Rere menghela napas memikirkan jawaban yang harus diberikannya pada pria tua yang mengaku bernama Sayu. “Ada banyak alasan: dari cerita banyak orang yang pernah melihat ular itu, keadaan di mana ular hitam itu muncul terutama pada orang-orang yang bermasalah, cerita mengenai peninggalan Kakek buyut dan kisah Nabi Musa?”

“Oh?? Kisah Nabi Musa? Apa yang membuatmu berpikir kisah Nabi Musa ada hubungannya dengan tongkatku ini?”

Lihat selengkapnya