Hilang: dalam Mega Mendung

Ikhsannu Hakim
Chapter #18

Akad (4)

Empat temanku menunggu di ruang tengah; Dimas, Yayat, Gery, dan Farid – kupinta Farid datang. Aku masuk ke kamar membuka lemariku. Kotak kardus dari kamar kubawa ke ruang tengah. Lalu kubuka di hadapan mereka. Kuambil satu per satu dan menjajarkan kain-kain itu.

"Tiga ini gue yang temukan langsung, tiga yang ini gue ambil dari rumah kakak gue, dan yang satu lagi... Bawa sini, Mas! Nah, itu kemarin gue dapat dari ayah korban penculikan yang jadi saksi untuk pembuatan sketsa wajah. Itulah kemarin gue sama Dimas ke Pasar Minggu dan... dapat hadiah goresan di hidung ini. Hehe. Kalau tidak dipaksa Dimas untuk memperlihatkan ini ya mungkin gue enggak akan menunjukkannya ke kalian."

"Ini berarti lu ambil barang bukti kepolisian dong, Wan?" tanya Gery sambil menyilangkan tangan.

"Kepolisian tidak pernah mengambil ini sebagai barang bukti. Ini lemah untuk dijadikan barang bukti."

"Apa alasan lu ambil, lu kumpulkan?" sahut Farid.

"Alasannya karena kakak gue tulis kode di tiap kain yang ini." Kutunjukkan tulisan di kain-kain yang kutemukan di ruang rahasia Mas Hafiz. "Tapi gue enggak tahu arti kode itu. Gue juga enggak tahu cara menerjemahkan dari kain-kain ini."

"Kenapa lu enggak coba tanya ke kakak lu?" tanya Yayat sambil mengambil salah satu kain dan mengamatinya.

"Uh! Sudahlah! Keluarga gue enggak ada yang percaya Iqbal hilang atau masih hidup. Ya buat mereka mengikhlaskan anggota keluarga yang sudah tiada adalah tidak perlu lagi mengulik kasusnya yang telah berlalu."

Ternyata mereka semua mengangguk dengan tempo dan jumlah anggukan yang berbeda-beda.

"Eh, ini teh motif megamendung. Tapi motifnya seperti bukan batik megamendung umumnya sih, Wan. Kalian lihat deh! Kumpulan awannya..." Yayat membandingkan kain itu dengan motif mega mendung yang dia tunjukkan di ponselnya. "...beda."

Raut muka Dimas menganga pada mulutnya dan alisnya naik. Dimas mengambil kain yang lain. "Iya, ya. Kok beda? Mumet aku maksude1. Beda tapi bingung apa yang membuat beda. Gue foto ya. Gue coba bantu. Lu juga foto, Yat!"

"Oke, gue sudah selesai buat proposal PKM-M kita. Dosen lu juga sudah gue cantumkan, Yat, sebagai pembimbing kita. Besok gue dan Ikhwan menyerahkannya ke panitia. Semoga lolos pendanaan ya," sebut Farid dengan mata senyumnya menyoroti kami satu per satu.

"Masih ada info lagi nih. Kemarin gue sudah dapat izin untuk pasang botol-botol itu di Giant Yasmin," sahut Gery.

"Benar nih!?" tanyaku.

"Asli! Enggak bohong," balas Gery dengan masih bersedekap.

"Nah, masih ada dana berapa yang lu pegang, Dimas? Kalau kurang nanti gue tambahi untuk sewa pemasangan botol-botol itu," tanyaku pada Dimas.

Gery menyahut, "Enggak usah keluarkan dana sewa, Wan. Sewanya gratis, katanya wujud membantu mahasiswa. Biaya cetak dan botol saja seperti sebelumnya."

"Ayo saatnya kita makan malam!" ajak Farid sambil mengeluarkan dua plastik berisi sayur tahu dan sayur rebung serta lauk berupa ayam goreng. Disebutkannya bahwa itu masakan ibunya.

Meski Sofyan yang awalnya tidak ikut berkumpul, akhirnya datang dengan membawa piring, mangkuk, dan sendok bersama Dimas. Lalu kami menyantap menu yang dibawakan Farid dengan nasi yang kami tanak di magic jar.

Beres makan, Farid pamit pulang dan kami kembali ke kamar masing-masing. Aku yang mengantar Farid, sehingga kukunci gerbang, pintu depan, dan mematikan semua lampu yang tidak dibutuhkan. Lalu aku masuk ke kamar. Belum sempat aku meletakkan pantat ke atas kasur, pintu kamarku diketuk.

"Ikhwan, bisa ke kamar gue sebentar?" pinta Yayat. Lalu aku balas dengan anggukan dan mengikutinya hingga masuk ke kamarnya yang kemudian pintu dia tutup.

"Nih laptop baru lu ya?" tanyaku.

Gumaman yang jadi balasannya, " Sst..! Enggak usah keras-keras!" Yayat berbisik yang menjadikan kami berdua berbisik sepanjang malam. "Ini laptop bekas. Dan jangan sentuh apa pun!"

Di laptop itu ditempeli lakban hitam pada kameranya. Fisiknya sama seperti laptop pada umumnya. Namun sebuah harddisk eksternal tersambung padanya.

"Ikhwan, lihat ini!"

"Apa ini?" Aku melihat tampilan sebuah website, namun browser yang digunakan Yayat tidak seperti umumnya; gambar bawang merah. Ada beberapa menu layaknya website. Juga ada beberapa gambar dan video.

Lihat selengkapnya