"Apa ya maksudnya, Wan?" tanya Yayat saat kami berkumpul di Gladiator; tempat berkumpul di taman kampus yang berbentuk bangku-bangku melingkar ke atas dengan arena (panggung) di bawah seperti Koloseum, arena gladiator.
"Nanti dulu! Kita harus memikirkannya." Aku mengambil foto berupa layar website – maksudku dark web – dan terdapat tulisan bahasa Inggris: "The rich ceremony flower will picked inside of a big dark clouds line on the long road. The best picker will have it. See you there."
Duh! Apa maksudnya? Seberapa mahal bunga itu? Raflesia, anggrek, kadupul, safron? Atau yang berhubungan dengan acara yang berharga? Acara menikah? Mawar, daisy, lili, melati? Melati. Jasmine. Ya. Jasmine! Lalu kutulis. Aku menggigit jari telunjuk kananku. Barisan awan gelap besar? Awan gelap. Mendung. Besar? Banyak, luas, gemuk?
"Eh, lihat!" Tulisanku itu ditarik Dimas. "Big? Large, great, mega?"
"Mega! Iya itu, Mas. Mega mendung. Tapi gue masih bingung untuk arti keseluruhan sih," jawabku.
"Ikhwan, Dimas. Punten, memotong. Besok gue teh jadi berangkat ke Cirebon ya," potong Yayat.
"Memangnya itu karnaval apa sih?" tanyaku.
"Eta teh karvanal untuk memperingati hari jadi Cirebon ke-532. Acaranya teh berupa kirab budaya dan karnaval batik. Nah, karnaval itu bakal memodifikasi batik menjadi kostum karnaval seperti acara Jember Fashion Carnival," jawab Yayat.
"Nah! Karnaval, barisan. Batik Cirebon, megamendung. Ya, gue yakin itu. Besok ke sana!" Aku turun ke arena.
"Ya, kita harus ingat! Datang ke medan perang bukanlah permainan seperti dalam komputer atau ponsel. Di gim, nyawa yang hilang bisa muncul lagi atau ditambah. Sedangkan di medan perang, nyawa kita hanya satu. Hanya satu! Sekali nyawa itu hilang, selamanya hilang tak akan kembali. Sudah berganti alam. Risiko itu tidak main-main. Sebenarnya itu alasan terbesar teman kita tidak ingin melanjutkan apa yang sedang kita perjuangkan ini. Lagi pula sejak awal tidak ada yang memaksa kalian untuk ikut program ini, jadi kalau kalian mau berhenti silakan berhenti dari sekarang. Silakan. Setelah itu kalian akan aman dan terima kasih sudah membantu selama ini, bahkan tanpa bayaran seperti karyawan kantoran. Tapi jika kalian masih mau berjuang, besok kita berangkat ke Cirebon dengan risiko yang siap kita hadapi. Siapa yang mau berhenti?"
Unjuklah tangan kanan Gery. "Besok mau naik apa?"
Kutersenyum.
***