"Positif thinking aja, mungkin dia lagi kebelet," ucap Riko.
Derry dan Wanda saling pandang-pandangan. Keduanya sama-sama mengangkat bahu. Sama-sama bingung. Mereka paling paham akan karakter Ria yang penakut untuk pergi buang air sendirian. Tapi, bisa jadi karena ini pantai, Ria bisa memilih tempat di balik batu karang. Semoga saja itu benar.
Sekarang, karena tak ada yang dapat diusahakan, mereka bungkam seribu bahasa. Larut dalam prasangka masing-masing. Suasana mendadak senyap. Yang terdengar hanya suara deru ombak dan bunyi gemeretak dari kayu yang terbakar. Diselingi suara perut yang tersiksa lapar.
1 jam berlalu.
Hening.
2 jam kemudian. 2 jam yang terasa lama dan menyiksa.
Wanda, memegang tengkuknya. Tubuhnya bergidik. Wajahnya meringis menahan ngeri. Bulu-bulu halus di tubuhnya tiba-tiba berdiri.
“Guys, perasaan gw ngga enak. Gw ngga yakin Ria pergi buang air. Masa lama banget, siy. Dia kan penakut pergi sendirian. Jangan-jangan dia ... ” Wanda tidak melanjutkan kalimatnya. Dia sudah merasa ngeri dengan apa yang kini melintas di kepalanya.
“Ria diculik!” Derry mengucapkan kalimat itu dengan tegas. Riko dan Aji terperanjat mendengar perkataan Derry. Wajah mereka berdua menegang.