“Kita istirahat di sini,” ucap Aji. Terlalu memaksakan diri menyisir hutan, saat tubuh didera kelelahan, sama saja dengan tindakan konyol. Keempat kawannya tidak menjawab. Kekecewaan membungkam bibir mereka untuk mengucapkan sesuatu. Mereka didera rasa putus asa yang mendalam.
Perjalanan harus dihentikan.
Aji merebahkan tubuhnya di akar kayu. Wanda terlihat mengantuk, dia menguap beberapa kali. Sementara Derry, duduk membisu, bersandar menatap langit-langit hutan dengan tatapan nanar. Dia terlihat merana.
“Guys, kalian dengar, ngga?” Tanya Riko memecah kebisuan.
“Suara apa, bang?” Aji menanggapi.
“Kayak suara air mengalir,” jawab Riko. Kepalanya condong ke kanan untuk memperjelas pendengaran. Dari kejauhan, sayup-sayup angin hutan membawa suara gemericik air ke telinga mereka. Wanda dan Derry ikut menyimak. Mereka berharap, tidak salah dengar. Seteguk air akan memulihkan tenaga mereka. Seketika, jakun Wanda naik turun, membayangkan air dingin mengaliri batang lehernya.
“Kita cek, ji!” Ajak Riko.
“Gw ikut,” kata Wanda antusias.
“Lu ikut, kak?” Tanya Aji kepada Derry. Derry meringis, kemudian mengangguk. Dia kepayahan mengangkat tubuhnya.
Tidak jauh dari pohon besar itu, mereka menemukan sebuah aliran sungai kecil. Lebar sungai itu tidak sampai 1 meter. Airnya, hanya setinggi mata kaki. Meski dangkal, sungai itu mengalir cukup deras. Mereka berbinar karena menemukan sumber air untuk melepas dahaga.
Wanda, bergegas mendekati aliran sungai itu. Dia meraup air dengan kedua tangannya, kemudian meneguk dengan tergesa-gesa. Namun, dahaganya tidak serta merta hilang, dia malah memutahkan air itu. Wajah Wanda mengerut menahan jijik. Air yang diminumnya terasa pahit dan berbau lumpur, juga tercium aroma amis.
Riko ikut meneguk air itu. Diapun meludah. Lidahnya menolak rasa air yang aneh, bahkan terasa menjijikan. Dia juga mencium aroma kotoran.
“Rasa lumpur,” sahut Riko. Dia mengarahkan obor ke arah sungai itu. Dari pendaran cahaya, dia dapat melihat warna coklat pekat, air itu keruh. Seperti ampas kopi yang diaduk. Lumpur-lumpur dari dasar sungai itu seperti terangkat ke atas. Ada sesuatu yang baru saja mengincah dasar sungai itu. Dedak-dedak lunau mengapung ke permukaan.
“Kita tunggu keruhnya hilang, mungkin ada segerombolan hewan hutan yang masuk ke sungai ini tadi,” ucap Aji.
“Hewan apa?” Tanya Derry.