Yuni dan ibunya kembali terbangun. Mereka saling pandang lalu keduanya terduduk. Bu Laras menangkap wajah Yuni yang terlihat memucat, mencerminkan ketakutan yang terpampang jelas. Suasana hening terputus oleh pertanyaan cemas Yuni.
“Bu, dengar nggak suara-suara barusan?” tanya Yuni, matanya mencari kepastian dari wajah ibunya.
Bu Laras, yang awalnya diam, merespon dengan serius. “Dengar. Ibu mau lihat dulu, yuk temani Ibu ke depan, jangan-jangan ada yang perlu sama kita, soalnya tadi bu De mu bilang mau menginap disini,” ucapnya sambil berusaha meyakinkan Yuni.
Dengan gerakan mantap, Bu Laras beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar.
“Tadi kalau nggak salah bu De sudah pulang Bu. Katanya kebetulan ada tumpangan ke desanya, jadi sekalian. Bu, Yuni takut,” jelas Yuni.
“Masa sih bu De kamu sudah pulang, nggak pamit dulu sama ibu? Ya ampun, Yuni. Apa yang mau di takutkan sih. Biar ibu yang melihat sendiri. Takutnya itu keluarga kita,” ucap Bu Laras.
“Bu, jangan. Yuni takut, jangan-jangan itu hantu yang tadi,” kata Yuni sambil mencekal erat tangan ibunya, membuat langkah wanita itu terhenti di tengah perjalanannya.
Tatapan Yuni penuh dengan ketakutan. Bu Laras mencoba memberikan senyuman berusaha mencairkan suasana yang terasa sedikit tegang.
“Hus! Hantu apa sih, Yun? Selama ini ibu nggak pernah lihat hantu di rumah ini?” jelas Bu Laras dengan nada lembut, mencoba meredakan kekhawatiran putri bungsunya.
“Ibu nggak lihat sih. Seram sekali! Mana mirip sama mbak Rini lagi” seru Yuni dengan wajah yang masih terbayang ketakutan dari mimpi buruknya.
Bu Laras merespon dengan menghela nafas panjang, mencoba menenangkan putrinya yang terlihat ketakutan. Tetapi, satu sisi ia penasaran. Takutnya memang ada sanak keluarga yang jauh menumpang menginap di rumah mereka.
Acara resepsi Rini diadakan di aula kantor desa, sesuai permintaan keluarga pihak lelaki.
Tak semua pengantin yang bisa mengadakan resepsi di aula kantor desa. Biasanya hanya orang-orang tertentu. Kebetulan suami Rini memang dari kalangan orang berada.
Setelah resepsi pun, Rini langsung diboyong suaminya ke rumah yang telah dipersiapkan untuk mereka tempati setelah menikah nanti.
“Ya udah, kamu diam di sini, biar ibu lihat dulu,” ucap Bu Laras sambil mengelus kepala Yuni dengan penuh kelembutan.
“Tapi, apa ibu nggak takut?” tanya Yuni, tetapi ibunya hanya menjawab dengan senyuman.